softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Kamis, 06 Februari 2020

Kumpulan Cerpen ; Ataraxia




            Surejan hanya bisa pasrah menerima gempuran problem yang berkecamuk di dalam otaknya. Tak siap dengan masa depan dan kedewasaan yang sebentar lagi datang menghampar. Sinar harapan di matanya lenyap, begitu juga hati dan jiwa tak sanggup lagi menerima kenyataan hidup yang kian menusuk urat nadi di lehernya.

            Namun semua itu berubah ketika Surejan secara kebetulan melihat seekor kodok. Tadinya Surejan sangat takut dengan hewan berlendir menjijikkan itu. tapi entah kenapa sekarang hewan berlendir itu menjadi pusat perhatian Surejan. Katak itu berdiam dalam genangan air, sambil sesekali bernyanyi saling menyahut dengan kodok – kodok lain. Surejan tidak tahu menahu mengapa sangat menikmati para kodok itu bernyanyi riang di antara rintikan hujan. Serangga-seangga lain saling menyahut. Menyambut dan meramaikan hujan deras yang sebentar lagi mengguyur kota itu.

“Kodok itu…”  (batin Surejan)

Dia memperhatikan senyuman yang menerkah pada kodok itu. begitu juga dengan kodok-kodok lain yang nangkring di genangan lain. Hujan lebat dan badai petir tak membuat nyali kodok ciut, justru mereka semakin lantang bernyanyi.

Kang kung kang growk kung kang kung growk ~
kung kang kung growk kung kang kung growk ~

hingga tak sadar satu jam telah berlalu dan Surejan masih saja menatap kodok-kodok itu.

“Aku kira lu takut sama kodok Sure. Mau makan Swike?” tanya Nopejan yang sudah berada disampingnya sambil memainkan game keluaran terbaru.
“Kau bercanda! melihatnya saja sudah membuatku muntah” Kata Surejan dengan ekspresi jijik
“Lantas kenapa sekarang kamu ga muntah-muntah? Padahal dari tadi kamu liatin kodok itu” sambil menunjuk kodok hijau besar yang ada di depan kosan.
“Yang kulihat sekarang bukanlah kodok yang menjijikkan…”
“Nani?...”
“Kodok yang sekarang ada didepanku ini sangat special. Dia mengajarkanku bagaimana cara menjalani kehidupan ini dengan lebih terbuka dan sederhana”
“Heh, plis jangan halu. Aku tahu sekarang kerjaanmu makin banyak tapi jangan sampai hal itu membuatmu menjadi sinting!” Nopejan mulai ketakutan dan menghindar beberapa meter dari Surejan.
“Gua masih waras cuy. Kalau lu ga ada kerjaan, ayo bareng nonton orchestra kodok yang ada di depan kita” ajak Surejan
“Ogah ah! mending gue main WODN buat dapat CP gede. Bye. Nikmatin kesintingan lu” Nopejan berlalu menuju ke kamarnya.

Surejan tidak terusik dan tetap melanjutkan menatap kodok-kodok itu, dia mulai mendapatkan sebuah inspirasi dari seekor kodok yang bernyanyi di tengah guyuran hujan lebat.

“Aku ingin menjadi seekor kodok” (batin Surejan) “bernyanyi penuh riang bersama teman-teman yang lain. Badai diluar tak mengusiknya, bahkan kodok-kodok itu makin lantang bernyanyi. Padahal kodok-kodok itu tahu di luar sana petir bisa saja membuatnya menjadi Swike goreng”
“Lantas mengapa aku malah selalu merasa terbebani? Mengapa aku selalu berpikiran dangkal dan selalu protes dengan beban yang ada di sekeliling. Merasa takut dengan tanggung jawab yang akan didapatkan nanti, bahkan mencoba menghindari berbagai macam masalah dengan melarikan diri? Ya, aku harus menghadapi kehidupan. Seperti para kodok yang menikmati hidupnya di atas guyuran hujan”

Surejan membuka kamarnya lebar-lebar. Semua keluh kesah hilang saat itu juga. Semangat yang sudah luntur berbulan-bulan kini kembali bagai ditransfer oleh fiber optic berpaket 100/mbps.

“Akan kubuat hidup ini tidak ada penyesalan, jika ada sesuatu yang disesalkan, penyesalan itulah yang membuat kita kesal” (batin Surejan)

Tanpa banyak bacot, Surejan mulai menganalisis problem apa saja yang membuat tidak semangat, apa yang membuat tetap semangat, apa yang sekiranya mengganggu, apa yang membuat bisa berjuang, apa yang menghalangi untuk bisa tersenyum, apa yang membuat pikiran frustasi, apa yang bisa membuat tertawa, apa yang bisa membuat menangis, dan apa-apa lain yang berhubungan dengan kehidupannya sehari-hari.

“dahulu aku terlalu banyak berpikir ruwet. Sampai lupa betapa sederhananya mendapatkan kebahagiaan itu. dahulu aku terlalu ambil pusing dengan beban hidup serta rutinitas yang membelenggu. Sampai aku lupa betapa sederhana hidup ini seperti yang pernah aku rasakan ketika kecil” kata Surejan penuh dengan senyuman, sesekali dia menirukan suara kodok yang menginspirasinya di dalam kamar.

Growk growk… Kang kung kang kung ~ Surejan menirukan suara kodok dengan irama yang mengenaskan.

Nopejan yang mendengar suara Surejan lekas cepat-cepat kabur dari kamar. Mencoba menelpon kating untuk membawa Surejan ke RSJ terdekat.
“Ada apa Nope? Gue lagi jalan-jalan sama kucing nih”
“Penting mas. Gara-gara tugas yang dikasih mas Reynhard kemarin, Surejan jadi makin sinting! Kalau ga cepet-cepet aku takut ntar ketularan” Kata Nopejan sambil menangis ketakutan.
***


Setelah menganalisis tiap ‘apa’ saja yang ada dalam kehidupannya, Surejan mulai menanyakan ‘mengapa’ dirinya hidup? Mengapa dirinya berjuang? Mengapa dirinya membenci? Mengapa dirinya mencintai? Mengapa hidupnya sumrawut? Mengapa hidupnya tidak tenang? Mengapa kaos kakinya bolong? Mengapa guntung kuku nya ilang? Dan berbagai problem lain yang selalu menjadi pertanyaan dikala gusar. Sebuah jangkar yang selalu menghalanginya bergerak maju. Masalah-masalah itu bagaikan jangkar yang menghentikan kapal sampai ke tujuan. Jika tidak dihilangkan, yang ada akan membebani kapal untuk sampai ke seberang.

Surejan mulai mengerti sedikit dari arti kehidupan. Mulai memahami arti dari kedewasaan. Mulai belajar dari kesalahan untuk menggapai tujuan. Surejan sadar tidak setiap saat terus mengeluh seperti anak-anak remaja. Mulai tersadarkan dan menghilangkan emosi negative dengan senyuman. Untuk kesekian kalinya, Surejan merasa yakin bisa menghadapi berbagai hal yang ada di depan dengan dada membusung.
***


            Suara serine ambulan terdengar di luar kosan. Surejan mengerti mungkin karena nyanyian kodoknya membuat Nopejan mengira dia telah sinting.

“tak apa Nope, aku tidak akan membencimu karena ini. Kamu bisa mencancel orderan mobil RSJ mu itu” kata Surejan.
“TIDAK!!! Aku gamau sebelahan kamar sama orang sinting kaya kamu!” kata Nope setengah sinting.
“yang ada, jika kamu terus stress begitu, kamulah yang bakal jadi sinting”
“DIAM, aku gamau denger itu dari orang sinting!” suara Nopejan semakin keras hingga terdengar tetangga sebelah.
Dua orang perawat keluar dari mobil ambulan.
“oke, sekarang siapa yang harus kami bawa menuju ke RSJ Setia Burhan?”
“DIA ORANGNYA DOK!” sahut Nopejan. Menunjuk dengan bringas ke arah Surejan.
“apakah benar?” kata sang dokter memastikan.
“jika benar, kalian harus tahu siapa yang harus dibawa ke RSJ” sahut Surejan dengan senyuman hangat. Emosinya jauh terkontrol karena sudah mempelajari arti-arti kehidupan dari sang kodok.
“CEPAT DOK BAWA DIA, KESINTINGANNYA SUDAH LEVEL AKUT! AKHH…” kata Nope sambil memeluk sang dokter berusaha menghindar dari tangan Surejan. Sebenarnya Surejan berniat untuk menenangkannya.

“tolong ya dok, rawat dia dengan baik” sahut Surejan.
“baik mas, saya akan bawa pasiennya ke RSJ sekarang” kedua dokter itu sekuat tenaga menggiring Nopejan ke dalam mobil ambulan berjeruji besi.
“WOI BANG*AT KENAPA GUA YANG MASUK RSJ, WOI, ASW, JANGKR*K” Nopejan tak hentinya misuh-misuh sambil memelototi Surejan.
Surejan tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya. “semoga lekas sehat sobat” sahutnya penuh perhatian.
“TIDAAAK BUKAN AKU YANG SINTING. KALIAN SALAH ORANG, B*DEBAAAH!”
Mobil ambulan berlalu dengan suara jeritan dari Nopejan.

“seorang yang tidak mengerti arti dari kesederhanaan hidup akan berakhir dengan mengenaskan. Itulah petuah dari kodok sensei. Kalian tak akan bisa melawannya dengan pikiran kompleks”

Surejan menatap langit biru, banyak hal yang harus dilakukan untuk menikmati kehidupan. Merasakan rasa syukur atas apa yang dimiliki. Mencoba memanfaatkan apa yang dia punya untuk mengerti apa yang menjadi kekurangan. Mencoba memahami diri dan tidak membenci diri adalah hal dasar untuk menikmati dunia. Menyederhanakan pola pikir dan tindakan merupakan hal lumrah untuk melihat kebahagiaan. Menghindari tekanan, amarah, rasa furstasi, sehingga bisa menangkap penuh kesempurnaan yang terpampang jelas dalam matanya…

Sang kodok terlihat tememplek di batang pohon. Surejan berterimakasih telah mengingatkan dirinya dari keterpurukan akan kedewasaan. Mengucapkan syukur kepada tuhan karena telah kembali diingatkan dengan perantara makhluknya. Kemudian kembali masuk ke dalam kosan dengan perasaan tanpa beban.




Surakarta, February 6, 2020

MHA

Rabu, 05 Februari 2020

Pemimpin itu Mengatur, Bukan di Atur




            Seorang pemimpin puncak diharapkan dapat menggerakkan tiap komponen yang ada di bawahnya guna mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus mampu memandang segala sesuatu dengan pandangan luas dan dari sudut pandang yang berbeda. Jika tidak, seorang pemimpin tidak ada bedanya dengan anggotanya. Seorang pemimpin harus memiliki horizon luas dan Cakrawala penglihatan yang mencakup hingga ke pelosok terkecil dari organisasi.

            Pemimpin dituntut untuk memiliki wawasan yang luas agar sudut pandang yang dihasilkan tidak bias. Meski begitu perlu adanya sikap menerima masukan sebagai penambahan wawasan. Sikap kritis seorang anggota merupakan Mutiara yang harus dibina dan di kembangkan, dibarengi dengan sikap tegas dan bijak dalam mengatur keputusan. Untuk itu perlu pemahaman serta wawasan yang cukup dalam agar logika berpikir tetap dalam koridor yang seimbang.

            Dalam praktik sehari-hari memang tidak mudah mempraktekkan teori yang sudah diketahui sebagai seorang pemimpin, perseteruan dan bertindak arif dikala banyak anggota yang tidak sepakat menjadi dilema tersendiri yang harus segera diselesaikan agar menemukan jalan keluar terbaik. Dalam buku Strategic Leadership, AB Susanto mencontohkannya ketika presiden amerika ke-38 Richard Nixon terkena kasus Watergte dan yang membuatnya harus menngundurkan diri. Kemudian Ford yang kala itu menjabat sebagai wakil presiden, naik menjadi presiden. Ford setelah dilantik kala itu mengambil keputusan berani dengan mengampuni tanpa syarat Nixon dengan kasus-kasus yang menjeratnya. Hal itu Ford lakukan agar Amerika tidak melulu mempermasalahkan problem tersebut serta berupaya agar amerika bisa terus memandang ke depan. Sontak banyak kritikan pedas orang yang tidak sepakat dan menentang keputusan Ford, hingga pada akhirnya dia tidak terpilih menjadi presiden di periode selanjutnya.

            Namun selang bertahun-tahun kemudian, banyak yang memuji keputusan Ford ini sebagai langkah yang tepat agar AS melangkah kedepan, tidak terkungkung oleh masa lalu. Bahkan seorang Ted Kennedy yang dulu menentang keras keputusannya menjadi luluh dan paham dengan keputusan bijak Ford.

            Pemimpin tidak boleh takut dengan putusan mayoritas yang ada, karena mayoritas belum tentu benar, perlu pandangan luas dan kebijaksanaan untuk menghasikan keputusan yang tepat, walau di akhir dilemanya akan di jauhi dan tidak dipercaya oleh beberapa anggota. Namun selaras dengan itu, banyak orang yang akan sadar ketika mereka melihat hasil yang diperoleh dari keputusan tersebut.



Pemimpin adalah Penggerak

            Seorang pemimpin harus tetap menjaga mesin yang ada di organisasinya tetap panas dan terus bergerak. Roda harus diputar demi terus menjalankan kelangsungan organisasi. Tugas utama pemimpin adalah menemukan harmony dan sinkroniasi Gerakan antara tiap bidang yang ada. Bukan malah mencampuradukkan dan saling menyalahkan. Integrasi antar bidang sangat penting agar proses keberlangsungan bisnis bisa berjalan saling beriringan. Disharmoni menyebabkan kekacauan dan berdampak pada permusuhan antar bidang. Jika irama tidak sinkron, tujuan organisasi sulit tercapai.

            Pemimpin secara psikologis harus mengetahui konflik problem yang mengemuka atau tersembunyi di dalam organisasinya. Saat itulah dia harus mengendalikan irama, kapan harus turun tangan, kapan harus menyelesaikan dan membiarkan untuk sejenak. Timing sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan sampai seorang pemimpin itu buta dan hanya fokus pada tujuan. Namun onderdil dalam organisasinya berantakan.


Selasa, 04 Februari 2020

Politicking



Adalah sebutan untuk politik kantor yang biasanya terjadi dalam organisasi profesional. Politicking digunakan untuk mendapatkan keuntungan dan merealisasikan tujuan dalam wadah organisasi atau kantor tersebut, baik itu untuk diri sendiri, kelompok maupun organisasi secara keseluruhan. Keuntungan dapat berupa asset berwujud, asset tak berwujud, maupun kewenangan dan loyalitas anggota.

            Politicking kerap kali dilakukan untuk mendominasi sebuah perusahaan agar terkontrol dan sesuai dengan arah tujuan sang pemangku kepentingan. Kedengarannya memang jahat (hampir mirip istilah kata dictator yang diperhalus), Tapi bukan berarti politik kantor itu selamanya jahat, bisa jadi baik tergantung siapa yang menggunakan.

            Jika ada dua kubu yang melakukan politicking, intrik dan saling sikut pasti akan terjadi untuk mendapatkan dominasi publik. Selama ini politik kantor selalu di pandang negative, yang mengarah kepada perpecahan dan permusuhan, sejatinya politicking mempunyai manfaat tersendiri jika di representasikan dengan benar. Bila kegiatan tersebut dilaksanakan untuk kepentingan organisasi agar tumbuh berkembang. Justru berdampak pada ke efisienan perusahaan, memperkuat hubungan interpersonal dan secara bersamaan menguntungkan individu serta organisasi yang bersangkutan. Intinya jangan sampai politicking disalahgunakan untuk memenuhi Hasrat kepentingan pribadi.

            Dalam melaksanakan politicking yang baik dan benar. Peran pemimpin sangat krusial dalam mengarahkan dan menumbuhkan ikatan dan rasa saling percaya para anggotanya. Menghindarkan perselisihan, penyelewengan, serta rasa tidak puas yang nantinya akan memicu kudeta serta menghambat kinerja yang sudah ada. Seorang pemimpin yang strategis tak akan kehabisan akal untuk mengatasi berbagai macam penyelewengan yang tidak tunduk pada jalan lurus organisasi.


Untuk memaksimalkan politicking, dalam buku Strategic Leadership, AB Susanto mengatakan “…pimpinan perusahaan harus dapat menanamkan rasa saling percaya di antara para karyawan. Komunikasi terbuka harus dikembangkan… yang intinya adalah, ketika keterikatan karyawan itu renggang, maka politicking justru akan menjadi masalah ketika diterapkan. Hal itu akan memicu konflik perpecahan yang bertimbal balik menyusahkan pimpinan, pertumbuhan organisasi tersendat, bahkan dapat menghancurkan organisasi dari dalam.

            Mencari pendukung dan orang kepercayaan merupakan kewajiban bagi pemimpin ketika ingin menjalankan politicking. Sikap saling terbuka sangat penting untuk memperkuat koalisi dalam menggaet anggota organisasi lain.  pemimpin disini sebelum melaksanakan program yang diingini juga harus memahami kewajiban perusahaan dan mencontohkannya kepada anggota.

Seperti dulu Mandela pernah melakukan politicking. Mandela mengundang para tamunya untuk makan malam baik itu musuh maupun kawan. Mandela yakin bahwa dengan merangkul rival atau musuhnya, ia dapat mengendalikan mereka. Jika tidak dirangkul, mereka justru akan lebih berbahaya. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan loyalitas dari penawaran keuntungan yang di dapatkan.