Seorang
pemimpin puncak diharapkan dapat menggerakkan tiap komponen yang ada di
bawahnya guna mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus mampu memandang segala
sesuatu dengan pandangan luas dan dari sudut pandang yang berbeda. Jika tidak, seorang
pemimpin tidak ada bedanya dengan anggotanya. Seorang pemimpin harus memiliki
horizon luas dan Cakrawala penglihatan yang mencakup hingga ke pelosok terkecil
dari organisasi.
Pemimpin
dituntut untuk memiliki wawasan yang luas agar sudut pandang yang dihasilkan
tidak bias. Meski begitu perlu adanya sikap menerima masukan sebagai penambahan
wawasan. Sikap kritis seorang anggota merupakan Mutiara yang harus dibina dan
di kembangkan, dibarengi dengan sikap tegas dan bijak dalam mengatur keputusan.
Untuk itu perlu pemahaman serta wawasan yang cukup dalam agar logika berpikir
tetap dalam koridor yang seimbang.
Dalam
praktik sehari-hari memang tidak mudah mempraktekkan teori yang sudah diketahui
sebagai seorang pemimpin, perseteruan dan bertindak arif dikala banyak anggota
yang tidak sepakat menjadi dilema tersendiri yang harus segera diselesaikan
agar menemukan jalan keluar terbaik. Dalam buku Strategic Leadership, AB
Susanto mencontohkannya ketika presiden amerika ke-38 Richard Nixon terkena
kasus Watergte dan yang membuatnya harus menngundurkan diri. Kemudian Ford yang
kala itu menjabat sebagai wakil presiden, naik menjadi presiden. Ford setelah
dilantik kala itu mengambil keputusan berani dengan mengampuni tanpa syarat
Nixon dengan kasus-kasus yang menjeratnya. Hal itu Ford lakukan agar Amerika
tidak melulu mempermasalahkan problem tersebut serta berupaya agar amerika bisa
terus memandang ke depan. Sontak banyak kritikan pedas orang yang tidak sepakat
dan menentang keputusan Ford, hingga pada akhirnya dia tidak terpilih menjadi
presiden di periode selanjutnya.
Namun
selang bertahun-tahun kemudian, banyak yang memuji keputusan Ford ini sebagai
langkah yang tepat agar AS melangkah kedepan, tidak terkungkung oleh masa lalu.
Bahkan seorang Ted Kennedy yang dulu menentang keras keputusannya menjadi luluh
dan paham dengan keputusan bijak Ford.
Pemimpin
tidak boleh takut dengan putusan mayoritas yang ada, karena mayoritas belum
tentu benar, perlu pandangan luas dan kebijaksanaan untuk menghasikan keputusan
yang tepat, walau di akhir dilemanya akan di jauhi dan tidak dipercaya oleh
beberapa anggota. Namun selaras dengan itu, banyak orang yang akan sadar ketika
mereka melihat hasil yang diperoleh dari keputusan tersebut.
Pemimpin adalah Penggerak
Seorang
pemimpin harus tetap menjaga mesin yang ada di organisasinya tetap panas dan
terus bergerak. Roda harus diputar demi terus menjalankan kelangsungan
organisasi. Tugas utama pemimpin adalah menemukan harmony dan sinkroniasi
Gerakan antara tiap bidang yang ada. Bukan malah mencampuradukkan dan saling
menyalahkan. Integrasi antar bidang sangat penting agar proses keberlangsungan
bisnis bisa berjalan saling beriringan. Disharmoni menyebabkan kekacauan dan
berdampak pada permusuhan antar bidang. Jika irama tidak sinkron, tujuan organisasi
sulit tercapai.
Pemimpin
secara psikologis harus mengetahui konflik problem yang mengemuka atau
tersembunyi di dalam organisasinya. Saat itulah dia harus mengendalikan irama,
kapan harus turun tangan, kapan harus menyelesaikan dan membiarkan untuk
sejenak. Timing sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Jangan sampai seorang pemimpin itu buta dan hanya fokus pada tujuan. Namun
onderdil dalam organisasinya berantakan.
0 komentar:
Posting Komentar