Perjalanan yang asing, bagaikan seorang yang terasing dari tanah bekas ngising. Bangunan yang kokoh persegi tertera di depanku. warna hijau menyala, dengan ventilasi segede gaban, kuyakin para maling akan sangat menyukai jendela besar seperti ini, tanpa teralis, tanpa gorden, cukup terbuka hingga aku tahu apa yang ada di dalamnya walau sedang melihat dari luar.
“selamat datang kos baru” kataku, menghela napas sejenak sambil berdecak pinggang.
overall aku cukup puas dengan suasana baru ini, meski pindahan kos ini terasa menyebalkan dan menguras tenaga, senyuman hangat masih tergambar dari wajahku. aku merogoh kantong celana kemudian membayar upah 50 ribuan ke mobil pick up, barang-barangku kini sudah terangkut semua menuju ke sini.
Sudah hampir 5 tahun aku ngekos dan kini aku memutuskan untuk pindah dari kosan laknat itu.
“pancen asu” ketusku ketika mengingat kembali masa lalu di kosan terdahulu, tiba-tiba aku disuruh mengurus kos reot itu ketika kos itu benar2 hancur porak poranda. Bahkan aku tak habis pikir mereka tak punya malu untuk meminta hal itu.
“heh dasar, udah dibantuin malah di pisuhi” jawab rekanku sambil membawa ember dan peralatan jemuran. Dirinya tak terima ketika aku berceletuk asu.
“hehe, sorry Parjo ga bermaksud, aku cuma kepikiran masa lalu”
“halah yang itu kan, yg kamu disuruh jadi pimpinan perkumpulan pengurus kosan seluruh RT 8? atau biasa disingkat pepeks_8”
“ho’o. semprul tenan”
“itu sudah kamu ceritain 100 kali lebih, dah bosan aku dengernya. Sehabis ini aku ada acara penting untuk anniversary yang ke tiga hari jadianku sama mbak munaroh” Kata Parjo.
“iya iya” kumaklumi dirinya sedang berbunga-bunga menantikan hari jadian ke 3 harinya bersama mbak Munaroh.
Parjo dan aku menggotong barang berat termasuk lemari plastik yang sudah bercampur sarang laba, Menyapu lantai, menata peralatan kerja dan gaming, menempatkan kasur, bantal dan seprai. Pindahan ternyata cukup melelahkan, walau begitu aku berterimakasih kepada Parjo karena mau membantu, akhirnya ku sangoni dia dengan uang 10rb untung biaya bensin.
“nih salam tempel. makasih udah di bantuin”
“ok thanks bro, kabar2 aja kalo butuh sesuatu”
“ok2 siap”
Dia langsung melipir menggunakan motor ninja 4 hastag untuk segera menemui pujaan hatinya.
Kini ruangan dan segala isinya menjadi bersih. Ku tatap lekat-lekat dari ujung ke ujung. kebersihan ruangan menjadi salah satu faktor agar cepat beradaptasi disini.
“gimana le, cocok kan” aku terkejut mendengar suara ibu kos yang tiba-tiba berada di belakangku.
“hehe iya buk” sahutku ketika ibu kos datang berkunjung, dia takjub melihat barangku sebegitu banyaknya.
“wah banyak juga barangmu, baru pindah tapi sudah tertata rapi semua. namun tetap saja mirip gudang di rumahku hahaha” tawanya sambil termangap-mangap.
“hehehe iya bu, jadi gudang” celetukku sambil mengeluarkan tawa karir supaya harga kosannya siapa tau turun.
“nanti harga kos sudah sesuai di awal ya karena juga banyak yang antri, jadi kamu harus maklum” sahut ibu kos. Dia tahu tujuanku, harga kosan masih tetap sama.
Aku garuk kepala sambil mengangguk, ibu kos lekas pergi sambil mengendarai mobil mercy merahnya menuju tawangmangu untuk staycation bareng berondong. ternyata dia mampir kesini hanya untuk formalitas belaka.
“kurang asem” batinku sambil menghela napas.
***
Seminggu berlalu, orang-orang disini cukup tidak peduli dan masa bodoh dengan penghuni kamar satu dengan yang lain. Terasa sepi namun tetap nyaman karena tak perlu effort berlebih untuk memasang muka palsu kepada kenalan baru, yang acapkali bersilaturahmi agar tidak putus dan tiba-tiba saja pinjam dulu seratus.
Whatsapp telpon berdering.
“Halo Mento” sahutku kepada teman sejurusan.
“oi, kosmu pindah to? kok gak kabar-kabar. aku terlanjur ke kos lamamu nih”
“hehe sorry, ini ku sherlock”
rencana kita mau berangkat bareng untuk acara volunteer, lumayan menambah pengalaman di CV. Maklum dunia kerja sangat keras sehingga meminta fresh graduate memiliki pengalaman minimal 10 tahun kerja dengan batasan usia 25 tahun, sungguh permintaan yang sangat manuk akal dan tidak habis fikri.
Singkat cerita Mento sudah datang ke kosku. Motor vespanya menggonggong merdu di gendang telinga. Vespa butut peninggalan bapaknya yang sudah diproduksi bahkan sebelum nyonya meneer berdiri.
“bro?”
“sans, aku bawa helm 2”
“ok sip”
sepanjang perjalanan dia hanya membicarakan vespa, ke-trendingan nya dan bagaimana semua orang trendi sekarang wajib memiliki vespa.
“gila ga tuh, vespa sekarang dihargai 35 jt, 60 jt. motor ninja 4 tag hastag aja kalah bray”
Aku hanya tersenyum mendengar celotehannya. Tugasku kini mendengarkan sambil berharap volunter ku berjalan lancar.
Tempat volunteer cukup ramai. Banyak orang ambis dan sok edge berada disana. Dari lulusan muda umur 21 tahunan bahkan banyak Maba juga berada disini. Membuatku yang kini sudah semester 11 tersenyum kecut sambil meringis berharap mereka tidak menanyakan aku angkatan berapa dan sudah lulus atau belum.
“ayo kita harus tetap semangat memajukan agenda kita supaya event ini berjalan lancar” teriak salah satu pemimpin acara.
“saya memiliki usulan untuk melakukan penggalangan dana dengan berkelompok. kita memerlukan dana untuk melancarkan proses acara”
walhasil tiap anggota harus iuran 30 ribu. Memang luar biasa. Kita yang kerja, Kita yang susah, dan Kita yang bayar. sebuah kombinasi yang pas untuk kesejahteraan pemuda dan olahraga.
“luar binasa” batinku, namun orang-orang ini masih tetap optimis dan sangat antusias mengikuti acara volunter ini. Meski pada kenyataannya mereka diperas habis-habisan untuk nama baik perusahaan volunteer. Begitupun juga temanku yang ternyata oh ternyata dapat kenalan baru yang seketika menjadi pacar keduanya disini. Acara ini nantinya akan mendapat sertifikat plus dokumentasi untuk membuktikan bahwa volunter ini valid dan bisa diterima oleh HRD berbagai perusahaan.
***
Sebulan berlalu cepat, menorehkan laju kilatan kecil di langit malam, musim penghujan merembes dingin terketuk oleh butiran tetesan air kecil di sela langit. Tersekat oleh balutan gelap malam, tapi tetap saja terjun menghantam tanah yang mulai basah sedikit demi sedikit. Pagi berselang mendung, dan area sekitar masih basah bekas hujan semalam yang tidak deras, tapi cukup lama bergulir. Rutinitas harian pagiku adalah berangkat ke tempat volunteer. Turun kejalanan menggalang dana pendidikan, rapat mentor untuk mendapat motivasi dan arahan, berkomunikasi serta menampakkan diri supaya terlihat sebagai sosok yang user friendly, kutahu banyak dari mereka cukup lelah dan beberapa juga sudah berharap hal ini akan segera berakhir. Tak lain menunggu satu harapan pasti. Yah benar, selembar kertas sertifikat.
“terimakasih atas partisipasi luar biasa kalian untuk mengikuti agenda ini. Kalian semua hebat. Ini akan mendongkrak kualitas untuk generasi emas indonesia 2045!” sorak dan tepuk tangan membanjiri ruangan aula. Kepala acara tersenyum sumringah melihat semangat kami yang tak luntur walau sudah diperas tenaga, uang, dan ingusnya.
“untuk sertifikat tidak di cetak, namun akan kami bagikan ke email masing-masing ya. Untuk menghemat penggunaan kertas juga” kata pimpinan volunteer.
“oh ya tambahan selepas kita menutup acara yang luar biasa ini, saya harapkan selepas event ini kalian tidak saling melupakan, terus ramaikan grup dan jalin komunikasi kalian ya agar silaturahmi kita tidak putus, jangan cuma bisanya pinjam seratus” sontak membuat yang lain tertawa karir mendengar jokes ketua. Aku hanya ikut tertawa karir menirukan nada tawa lainnya. tentu saja hal itu kulakukan agar di CV bisa tertulis kalau aku mudah beradaptasi dan mengikuti suasana sekitar.
Usai sudah acara ini, sampai rumah, mandi, makan, dan kembali ke kasur. kubuka HP dan melihat email sudah berdering. Mereka cukup cepat untuk membagikan sertifikat di email tiap peserta. Tidak seperti di kampus yang bahkan aku bisa menunggu sampai akhir semester baru dibuatkan, itupun jika mereka tidak lupa.
Pikiranku melayang, mengalir ke belakang dengan agenda yang dijalani. Sertifikat dari hasil jerih payah yang bisa aku taruh di muka CV. Membuat para HRD setidaknya melirik untuk memanggilku tes wawancara kerja. Dan yup seperti kebanyakan orang ketika sudah diterima dalam sebuah perusahaan atau instansi. Rutinitas kerja di pagi hari, rutinitas kehidupan di sepanjang hari, perlakuan monoton di tiap sesi, sampai keberulangan yang tak henti sampai kontrak habis. Seperti tidak ada pilihan lain, seperti hal ini adalah satu-satunya jalan untuk sukses. Bahkan aku mempertanyakan arti sukses itu sendiri. Apakah hanya ditentukan selembar kertas CV ini? kurasa tidak. Namun, kita masih mengisi CV, dan mencari sertifikat dan pengalaman lain untuk dimasukkan ke dalam CV. Sebuah pengalaman berharga yang kini hanya tertuang di seonggok kertas berharga. Luar biasa.
Muhammad Habib Amrullah
Surakarta
3 Juli, 2024
0 komentar:
Posting Komentar