Selasa, 28 April 2020

Pandemic Covid 19




            Apa yang bisa dilakukan dirumah? Awalnya cukup senang dengan situasi ini, apalagi di surat edaran pertama tersedia waktu dua minggu sehingga bisa digunakan untuk pulang kampung. Saya pikir wabah ini memang hanya sementara terjadi dan setelah dua minggu perkuliahan akan berjalan seperti biasa. Namun takdir berkata lain. perpanjangan masa waktu untuk berkuliah di rumah terus di perpanjang. Hingga satu semesester ini harus saya rasakan untuk berkuliah full dirumah hingga semester ini selesai.

            Well, memang semula terasa menyenangkan karena tidak harus mandi, bersiap menyalakan motor, dan pergi ke kampus. Cukup rebahan sambil melihat dosen di zoom, mengerjakan tugas di leptop, atau sekedar menyimak perkuliahan di WAG.

            Tapi lebih dari itu, lama-lama terasa sangat membosankan apalagi di rumah bawaannya selalu males dan tidak produktif, saya takut hal ini akan berimbas ke hal yang lebih besar dan menjadi kebiasaan di masa depan. untuk itu berkenaan sekarang memasuki bulan Ramadhan beberapa waktu yang semula luang bisa diisi dengan agenda meningkatkan amal. Namun itu juga belum cukup. Karena perkuliahan juga akan dipadatkan menjadi tanggal 22 mei, serta organisasi yang sudah menuntut untuk berperan aktf di berbagai media online. Semua hal itu harus bisa teratasi. Meski tubuh memang menjadi sangat malas untuk bergerak menyelesaikan semuanya.

            Dari sini mungkin saya masih bersyukur, walau dirumah kebutuhan dasar masih bisa terpenuhi dengan baik. Tak bisa membayangkan betapa susahnya para pekerja harian di luar sana yang sekarang tengah kelaparan di tengah pandemic.

            Salah satu hal yang bisa saya lakukan adalah terus belajar dan berkembang. Meski tubuh terasa jenuh karena hanya berlabuh pada satu tempat. Melihat betapa susahnya di luar sana mungkin bisa memantik semangat yang luntur. Sebisa mungkin pulih bersamaan dengan peningkatan amal di bulan Ramadhan.

            Pemerintah sudah menghimbau supaya masyarakat tidak bepergian kecuali agenda yang sangat mendesak. Saya bisa rasakan itu terutama di daerah zona merah yang mereka selalu was-was jika ingin keluar. Tidak di sini – saya berada di zona hijau – yang para anak kecil masih bebas bermain di luar sana. Tapi kekhawatiran saya tidak berlaku bagi mereka yang membangkang dan merasa kuat untuk bermain dan ngerumpi di luar Bersama teman-teman.

            Saya bukan anak rebahan atau anak yang betah tinggal di suatu tempat. Saya akan merasa sangat lemah Ketika melakukan hal itu. bisa dilihat sekarang perut saya sudah mulai membuncit dan kurang berolahlaga, padahal asupan ke dalam perut begitu banyak melebihi batas tenaga yang dikeluarkan.

            Terlepas dari konspirasi dari berbagai media bawah tanah yang mengindikasi jika semua ini adalah ulah elite global. Saya memang memikirkannya Cuma fokus harus tetap kepada pengembangan diri. Untuk itu sekaranya saya harus membuat procedure apa yang pantas untuk saya lakukan kedepan dan merencanakan Kembali hidup saya jika hal buruk terjadi dan masa penangguhan stay at home di perpanjang hingga akhir tahun. Semoga kita semua lekas bisa selamat dan keluar dari situasi pelik ini.

0 komentar:

Posting Komentar