Sabtu, 03 Juni 2017

Kumpulan Cerpen; Bulan Suci Ramadhan



            Rembulan kembali menampakkan diri. Lengkungan cahaya rembulan yang memancar telah memberi tahu penduduk bumi. Ramadhan telah tiba. Umat muslim sedunia telah ketersiap untuk menyambut kedatangannya. Rasa senang dan bahagia tak henti-hentinya tercurah dari lubuk hati orang mukmin sejati. Dimana mereka selalu menanti bulan suci Ramadhan yang datang hanya sekali dalam setahun ini.

“hah.... selesai juga telawih peldananya” sahut teman sebelah Hasrul. Si Udin.
“ngomong-ngomong. Tadi mesjidnya penuh banget. Nggak biasanya sholat isyak sampai membeludak gitu”
“namanya juga awal lamadhan. Itukan sudah menjadi cili khas olang indonesia dalam menyambut lamadhan tiap tahun”
Hasrul mengangguk setuju.
“tapi lihat aja lama-lama. Pasti hali-hali belikutnya olang-olang makin sedikit ke masjid. jadi nggak bakalan beltahan lama”
“konsisten itu memang susah ya”
“betul”

            Malam itu, sebelum Hasrul pulang ke rumah selepas terawih. Dia diajak teman-teman yang lain untuk menyumet mercon.

“ayolah. Untuk memeliahkan suasana bulan lamadhan. Kita nyumet melcon di sekital jalan” Bujuk Udin kepada Hasrul.
“ah, nanti kalau kena orang gimana?”
“kan kita ngelempalnya ke tempat yang nggak ada olangnya”
“suaranya juga bakal nganggu orang lain. Kasihan kan kalau dirumah mereka kebetulan ada yang sedang ngaji. Kita malah dosa nganggu mereka”
“hah... ya udah lah kalau kamu nggak mau. Aku pelgi dulu ya. Nanti kalau kamu mau ikut nusul aja”
Lalu mereka berpisah. Hasrul pun pulang kembali menuju rumahnya.

            Umat muslim menyikapi kedatangan bulan Ramadhan pada tahun ini dengan cara yang berbeda-beda. Bagi yang imannya benar mereka pasti akan bahagia. Bagi yang iman stagnan. Rasanya bakal seperti bulan-bulan biasanya. Dan bagi yang imannya nggak bener. Sudah barang tentu dia akan geting dan dongkol dengan apa yang namanya ramadhan.

Si Joko. Dia adalah seorang yang sangat menyukai kedatangan bulan ramadhan. Hari ini semangatnya membuncah untuk melaksanakan sholat terawih di masjid dekat rumahnya. Dia bahkan datang pertama dan menyempatkan adzan sekalian. Saat ini dia menargetkan sehari bisa tilawah sepuluh juz agar bisa khatam sepuluh kali di bulan ramadhan. Saking Semangatnya si joko harus begadang untuk menyelesaikan target yang dibuatnya. Hingga paginya si Joko telat subuhan karena ketiduran.

            Karadin biasa saja menanggapi bulan yang hanya datang setahun sekali ini. Di dekat masjidnya menerapkan sholat terawih dua puluh tiga roka’at. Tapi Karadin langsung balik kerumah saat imam sudah sholat delapan roka’at. Witirnya dia laksanakan dirumah. Setelah itu dia menyalakan TV dirumah sambil mengorek-ngorek hidungnya.

            Gungun sangat membenci kedatangan bulan ramadhan. Dia malas dan ogah-ogahan shoalat terawih. Alasannya karena malas dan capek. Karena kebiasaannya juga acapkali tidak pernah sholat di masjid. Sekali ke masjid itupun saat hari raya kurban dan sholat id. Padahal itu hanya sholat sunnah. Kerjaannya tiap malam hanya ngelayap. Puasa bolong-bolong. Dan tak peduli akan hari akhir yang mencekatnya kelak.

            Musthofa adalah sesosok muslim ideal. Dia menyambut ramadhan dengan suka cita dan hati berbunga. Dia niatkan puasanya pada tahun ini untuk mengharapkan ridha dan berkah dari Allah. Dia mengaji, sholat ke masjid, sholat tahajud, sholat sunnah, sodakoh, menyapa tetangga, membantu fakir miskin, membaca kitab-kitab riyadhussalihin, dan melakukan amalan-amalan baik yang lain. Dia sangat di segani oleh masyarakat sekitar karena ketawadhu’annya. Dan itulah yang membuatnya sering dipilih menjadi imam masjid. Dan pada kesempatan sore menjelang berbuka puasa. Dia diundang untuk mengisi pengajian.

            “Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Dimana terdapat banyak sekali rahmat dan ridha Allah di dalamnya. Dimana kebaikan dilipat gandakan. Dimana pada bulan ini pula Al-qur’an di turunkan. Pada bulan yang suci ini pintu surga dibuka lebar. pintu neraka ditutup. Dan para setan di belenggu”

“Sepatutnya kita memanfaatkan momentum ini untuk beramal sebaik-baiknya dan berdo’a sebanyak-banyaknya kepada Allah. karena tiap do’a yang dipanjatkan umat muslim menjadi mustajab di bulan suci ini”

“ada beberapa keutamaan orang yang melakukan amalan puasa. Beberapa diantaranya adalah; puasa sebagai perisai dari api neraka, orang yang berpuasa mendapat pahala yang amat banyak, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di hadapan Allah daripada bau misik/kasturi, orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan, pertama ketika berbuka mereka akan gembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka akan bergembira karena puasanya, puasa juga memberi syafaat bagi orang yang menjalankannya, orang yang berpuasa juga mendapat pengampunan dosa, serta, Allah juga sudah menyediakan surga Ar Rayyan bagi orang yang berpuasa”

itulah sepenggal isi yang didengar oleh Hasrul saat mengikuti pengajian sore itu. Pengajian dilakukan sambil menunggu waktu berbuka. Hasrul yang masih kecil ikut menanti suasana dengan menyambinya dengan bermain bersama anak-anak kecil yang lain. Ada yang nangis gara-gara kepeleset saat lari. Teman yang lain membantu ngetawa’in. Namanya juga anak kecil. Dan yang menolongnya adalah ibunya sendiri. Sambil menasehati anaknya agar berhati-hati ketika bermain.

“Din, kamu puasa apa hari ini?” tanya Hasrul. Saat itu mereka beristirahat karena sudah lelah habis lari-lari.
“puasa sapi. Sebenalnya aku mau puasa penuh. Tapi gala-gala aku lapel banget tadi jam sebelas. Akhilnya aku makan habis dzuhul”
“kalau kamu Jan?” tanya Udin pada Parjandi.
“aku tadi pagi mencret jadi nggak puasa”
“makanya perutmu di jaga. Jangan makan sembarangan” Ujar Hasrul.
Parjandi merengut malu.
“kalau kamu Rul?” Tanya Udin kembali.
“aku puasa sampai magrib”
“eh, katanya teletabis tayang lagi lho”
“masak sih”
“aku nggak mau liat ah. Selem, mata meleka menteleng telus. Nggak pelnah kedip”
“biasa aja kali, namanya juga boneka”
“tapi selem tauk...”
“eh dengerin!” cetus Parjandi mengheningkan suasana.
Adzan magrib sudah berkumandangan. Waktu berbuka pun tiba.
“horee bukaa...!” teriak Parjandi. Padahal nggak puasa.
“apaan sih kamu. Kamu nggak puasa kok seneng banget”
“iya. Aku yang puasa penuh aja biasa. Nggak sombong!”

Seorang ibu-ibu menghampiri mereka dan memberi mereka minuman dan seperangkat takjil.
“ini anak-anak. Makan sambil duduk ya” kata ibu itu ramah.
“makasih buk” sahut Hasrul. Lalu mereka memakan takjil mereka dengan penuh suka cita.

Sumber gambar:

Jepara, 4 Juni 2017

            MHA

0 komentar:

Posting Komentar