Rembulan kembali menampakkan diri. Lengkungan
cahaya rembulan yang memancar telah memberi tahu penduduk bumi. Ramadhan telah
tiba. Umat muslim sedunia telah ketersiap untuk menyambut kedatangannya. Rasa
senang dan bahagia tak henti-hentinya tercurah dari lubuk hati orang mukmin
sejati. Dimana mereka selalu menanti bulan suci Ramadhan yang datang hanya
sekali dalam setahun ini.
“hah....
selesai juga telawih peldananya” sahut teman sebelah Hasrul. Si Udin.
“ngomong-ngomong.
Tadi mesjidnya penuh banget. Nggak biasanya sholat isyak sampai membeludak
gitu”
“namanya
juga awal lamadhan. Itukan sudah menjadi cili khas olang indonesia dalam
menyambut lamadhan tiap tahun”
Hasrul
mengangguk setuju.
“tapi
lihat aja lama-lama. Pasti hali-hali belikutnya olang-olang makin sedikit ke
masjid. jadi nggak bakalan beltahan lama”
“konsisten
itu memang susah ya”
“betul”
Malam itu, sebelum Hasrul pulang ke
rumah selepas terawih. Dia diajak teman-teman yang lain untuk menyumet
mercon.
“ayolah.
Untuk memeliahkan suasana bulan lamadhan. Kita nyumet melcon di sekital
jalan” Bujuk Udin kepada Hasrul.
“ah,
nanti kalau kena orang gimana?”
“kan
kita ngelempalnya ke tempat yang nggak ada olangnya”
“suaranya
juga bakal nganggu orang lain. Kasihan kan kalau dirumah mereka kebetulan ada
yang sedang ngaji. Kita malah dosa nganggu mereka”
“hah...
ya udah lah kalau kamu nggak mau. Aku pelgi dulu ya. Nanti kalau kamu mau ikut
nusul aja”
Lalu
mereka berpisah. Hasrul pun pulang kembali menuju rumahnya.
Umat muslim menyikapi kedatangan
bulan Ramadhan pada tahun ini dengan cara yang berbeda-beda. Bagi yang imannya
benar mereka pasti akan bahagia. Bagi yang iman stagnan. Rasanya bakal seperti
bulan-bulan biasanya. Dan bagi yang imannya nggak bener. Sudah barang tentu dia
akan geting dan dongkol dengan apa yang namanya ramadhan.
Si Joko. Dia adalah seorang yang sangat menyukai kedatangan bulan
ramadhan. Hari ini semangatnya membuncah untuk melaksanakan sholat terawih di
masjid dekat rumahnya. Dia bahkan datang pertama dan menyempatkan adzan
sekalian. Saat ini dia menargetkan sehari bisa tilawah sepuluh juz agar bisa
khatam sepuluh kali di bulan ramadhan. Saking Semangatnya si joko harus
begadang untuk menyelesaikan target yang dibuatnya. Hingga paginya si Joko
telat subuhan karena ketiduran.
Karadin biasa saja menanggapi bulan
yang hanya datang setahun sekali ini. Di dekat masjidnya menerapkan sholat
terawih dua puluh tiga roka’at. Tapi Karadin langsung balik kerumah saat imam
sudah sholat delapan roka’at. Witirnya dia laksanakan dirumah. Setelah itu dia
menyalakan TV dirumah sambil mengorek-ngorek hidungnya.
Gungun sangat membenci kedatangan
bulan ramadhan. Dia malas dan ogah-ogahan shoalat terawih. Alasannya karena
malas dan capek. Karena kebiasaannya juga acapkali tidak pernah sholat di
masjid. Sekali ke masjid itupun saat hari raya kurban dan sholat id. Padahal
itu hanya sholat sunnah. Kerjaannya tiap malam hanya ngelayap. Puasa
bolong-bolong. Dan tak peduli akan hari akhir yang mencekatnya kelak.
Musthofa adalah sesosok muslim
ideal. Dia menyambut ramadhan dengan suka cita dan hati berbunga. Dia niatkan
puasanya pada tahun ini untuk mengharapkan ridha dan berkah dari Allah. Dia
mengaji, sholat ke masjid, sholat tahajud, sholat sunnah, sodakoh, menyapa
tetangga, membantu fakir miskin, membaca kitab-kitab riyadhussalihin, dan
melakukan amalan-amalan baik yang lain. Dia sangat di segani oleh masyarakat
sekitar karena ketawadhu’annya. Dan itulah yang membuatnya sering dipilih
menjadi imam masjid. Dan pada kesempatan sore menjelang berbuka puasa. Dia
diundang untuk mengisi pengajian.
“Ramadhan adalah bulan suci yang
penuh berkah. Dimana terdapat banyak sekali rahmat dan ridha Allah di dalamnya.
Dimana kebaikan dilipat gandakan. Dimana pada bulan ini pula Al-qur’an di
turunkan. Pada bulan yang suci ini pintu surga dibuka lebar. pintu neraka
ditutup. Dan para setan di belenggu”
“Sepatutnya
kita memanfaatkan momentum ini untuk beramal sebaik-baiknya dan berdo’a
sebanyak-banyaknya kepada Allah. karena tiap do’a yang dipanjatkan umat muslim
menjadi mustajab di bulan suci ini”
“ada
beberapa keutamaan orang yang melakukan amalan puasa. Beberapa diantaranya
adalah; puasa sebagai perisai dari api neraka, orang yang berpuasa mendapat
pahala yang amat banyak, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di hadapan
Allah daripada bau misik/kasturi, orang yang berpuasa akan mendapat dua
kebahagiaan, pertama ketika berbuka mereka akan gembira dengan bukanya dan
ketika bertemu Allah mereka akan bergembira karena puasanya, puasa juga memberi
syafaat bagi orang yang menjalankannya, orang yang berpuasa juga mendapat
pengampunan dosa, serta, Allah juga sudah menyediakan surga Ar Rayyan bagi
orang yang berpuasa”
itulah
sepenggal isi yang didengar oleh Hasrul saat mengikuti pengajian sore itu. Pengajian
dilakukan sambil menunggu waktu berbuka. Hasrul yang masih kecil ikut menanti
suasana dengan menyambinya dengan bermain bersama anak-anak kecil yang
lain. Ada yang nangis gara-gara kepeleset saat lari. Teman yang lain membantu
ngetawa’in. Namanya juga anak kecil. Dan yang menolongnya adalah ibunya
sendiri. Sambil menasehati anaknya agar berhati-hati ketika bermain.
“Din,
kamu puasa apa hari ini?” tanya Hasrul. Saat itu mereka beristirahat karena
sudah lelah habis lari-lari.
“puasa
sapi. Sebenalnya aku mau puasa penuh. Tapi gala-gala aku lapel banget tadi jam
sebelas. Akhilnya aku makan habis dzuhul”
“kalau
kamu Jan?” tanya Udin pada Parjandi.
“aku
tadi pagi mencret jadi nggak puasa”
“makanya
perutmu di jaga. Jangan makan sembarangan” Ujar Hasrul.
Parjandi
merengut malu.
“kalau
kamu Rul?” Tanya Udin kembali.
“aku
puasa sampai magrib”
“eh,
katanya teletabis tayang lagi lho”
“masak
sih”
“aku
nggak mau liat ah. Selem, mata meleka menteleng telus. Nggak pelnah
kedip”
“biasa
aja kali, namanya juga boneka”
“tapi
selem tauk...”
“eh
dengerin!” cetus Parjandi mengheningkan suasana.
Adzan
magrib sudah berkumandangan. Waktu berbuka pun tiba.
“horee
bukaa...!” teriak Parjandi. Padahal nggak puasa.
“apaan
sih kamu. Kamu nggak puasa kok seneng banget”
“iya.
Aku yang puasa penuh aja biasa. Nggak sombong!”
Seorang ibu-ibu menghampiri mereka dan memberi mereka minuman dan
seperangkat takjil.
“ini
anak-anak. Makan sambil duduk ya” kata ibu itu ramah.
“makasih
buk” sahut Hasrul. Lalu mereka memakan takjil mereka dengan penuh suka cita.
Sumber gambar:
Jepara,
4 Juni 2017
MHA
0 komentar:
Posting Komentar