Selasa, 20 Juni 2017

AHAMMIYATUSY-SYAHADATAIN



            Kenapa Syahadatain itu sangat penting? Karena dengan bersyahadat seseorang bisa menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Syahadat juga merupakan gerbang utama seseorang untuk masuk agama islam. Mempelajari dan memahami Ahammiyatusy-syahadatain itu sangatlah penting bagi seorang muslimin. Bahkan dahulu para Nabi pun berkorban untuk memperjuangkan Kalimat ini. Dan kalimat inilah yang juga menjadi penggerak dakwah dari jaman nabi hingga sekarang ini.

            Mereka yang mendapatkan pahala dari Allah adalah yang bersyahadat. Pengakuan syahadat laa ilaaha illa Allaah belum dianggap syahadat bila hati dan akalnya belum benar-benar mengakui jika ‘tidak ada tuhan yang patut di sembah selain Allah’. Syahadat harus diucapkan dengan tegas dan penuh dengan penjiwaan dan keyakinan, serta tidak boleh plin-plan atau malah murtad.

Kepentingan bersyahadat

            Syahadatain adalah rukun islam yang pertama. Syahadatain ini penting karena sebagai dasar dan asas bagi rukun islam lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun iman dan Dien. Sebab-sebab kenapa syahadatain itu penting adalah :

1.              1.    Pintu masuknya Islam
2.              2.    Intisari ajaran Islam
3.              3.    Dasar-dasar perubahan menyeluruh
4.              4.    Hakikat dakwah para rasul
5.              5.    Keutamaan yang besar

1.      Madkhal Ilaa Al-Islaam (pintu masuk ke dalam islam)

Syarat diterimanya amal seseorang adalah dengan mengucapkan Syahadatain. Bila tidak, maka amal-amal yang selama ini dikerjakan adalah sia-sia bagai fatamorgana yang terlihat namun sebenarnya tidak ada. Dan Syahadatain jugalah yang membedakan seseorang beriman atau kafir.
       
      Pentingnya mengerti, memahami, dan melaksanakan Syahadatain harus kita realisasikan dalam hati dan kehidupan sehari-hari. Manusia bisa berdosa karena telah melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain. Manusia bisa menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap kalimat Laa ilaaha Illa Allaah.

       Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para Malaikat, dan orang-orang yang berilmu yaitu para nabi dan orang-orang yang beriman kepada mereka.

Dalil :
-          Qs (47 : 19)
“maka sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah. Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”

-          Hadits :
Diriwayatkan dari Utsman RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda barang siapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tak ada tuhan disembah kecuali Allah, ia masuk surga. (Dalam Kitab As Sahih)

-          Qs (37:35)
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illa Allaah" (tiada Tuhan melainkan Allah) mereka menyombongkan diri”

-          Qs (3:18)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

-          Qs (7:172)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) "

-          Qs (25:23)
“Dan Kami menghadap kepada apa yang mereka telah kerjakan dari amal (baik), lalu Kami jadikan dia debu yang beterbangan”

-          Qs (39: 64-65)
“Katakanlah apakah patut sesuatu yang lain dari Allah, kamu suruh aku menyembah, hai orang-orang yang bodoh? Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada mereka yang sebelummu, bahwa jika engkau menyekutukan Allah, niscaya gugur amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi”

2.      2.   Khulaashah Ta'aaliim Al-Islaam (Intisari Ajaran Islam)

Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahaman pada syahaadatain. Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini. Ada 3 hal prinsip syahaadatain :

o   Pernyataan Laa ilaaha illa Allaah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah SWT saja. Melaksanakan minhajillah (sistem/aturan Allah SWT) merupakan ibadah kepadaNya.
o   Menyebut Muhammad adalah Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW sebagai Rasulullah dalam mengikuti Minhajillah.
o   Penghambaan kepada Allah SWT meliputi seluruh aspek kehidupan. la mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.

Makna laa ilaaha illa Allaah adalah penghambaan kepada Allah SWT Wujud penyerahan diri hanya kepada Allah saja yang menciptakan manusia.

Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid yaitu kalimat laa ilaaha illa Allaah. Melalui contoh Nabi SAW, manusia melakukan ibadah yang tepat dalam melaksanakan syariat Islam. Muhammad SAW adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan termasuk bagaimana cara mentauhidkan Allah SWT.

Aktifitas hidup hendaknya mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, karena dengan mengikutinya akan mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah SWT saja.

Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah SWT Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.

Dalil :

-          Qs (2:21)
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”

-          Qs (51:56)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.”

-          Qs (21:25)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

-          Qs (33:21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

-          Qs (3:31)
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu: Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

-          Qs (6:162)
Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam".

-          Qs (3:19)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab Nya”

-          Qs (3:85)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yang merugi”

-          Qs (45:18)
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang­orang yang tidak mengetahui”

-          Qs (6:153)
“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”

3.   3.      Asaas Al-Inqilaab (Dasar-dasar Perubahan)

Syahaadatain mampu merubah manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.

Ada perbedaan penerimaan syahaadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan pemahaman terhadap makna syahaadatain secara bahasa dan pengertian/ pemaknaan, serta sikap konsisten terhadap syahaadah tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak.

Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahaadatain. Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid (penghamba), yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah SWT Syahaadatain telah berhasil merubah masyarakat dahulu maka syahaadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi baik.

Perubahan individu contohnya terjadi pada Mush'ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang dai, duta rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud.

Beberapa reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat tauhid sangat beragam. Mereka yang menggunakan akalnya akan dapat mudah menerima kalimat tauhid tetapi sebaliknya mereka yang menggunakan hawa nafsu serta adanya berbagai kepentingan akan menyulitkan mereka memahami kalimat tauhid.

Musuh Allah seperti kaum musyrikin senantiasa memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid. Orang yang beriman dalam sejarah selalu mampu mempertahankan keimanannya dalam menghadapi serangan musuh secara fisik, tetapi terkadang umat Islam kalah dengan serangan opini dan pemikiran seperti yang terjadi pada saat ini.

Dalil :
-          Qs (6:122)
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah­tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”

-          Qs (33:23)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang­orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)”

-          Qs (37:35-37)
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illa Allaah (Tiada Tuhan melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul sebelumnya”

-          Qs (85:6-10)
“Ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”

-          Qs (18:2)
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik”

-          Qs (8:30)
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya”

4.   4.      Haqiiqah Da'wah Ar-Rusul (Hakikat Seruan Para Rasul)

Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad SAW membawa misi dakwah yang sama yaitu syahaadah. Makna syahaadah yang dibawa juga sama yaitu Laa ilaaha illa Allaah. Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah SWT saja. Allah sebagai ilah adalah misi para Nabi untuk disampaikan kepada seluruh manusia.

Dalil :

-          Qs (60:4)
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata) "Ya Tuhan kami hanya Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali".

-          Qs (18:110)
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

5.   5.      Fadhaail 'Azhiimah (Ganjaran yang Besar)

Banyak ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah SWT dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW Ganjaran dapat berupa material ataupun moral. Misalnya kebahagiaan di dunia dan akhirat, rezeki yang halal serta keutamaan lainnya. Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi (keterlibatan) syahaadah dalam kehidupan sehari-hari. Dihindarkannya kita dari segala macam penyakit dan kesesatan di dunia dan di akhirat.

Dalil :

Hadits : “Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimat syahaadah”

Hadits : “Orang yang pada akhir kalimatnya (waktu ajal) mengucapkan Laa ilaaha illa Allaah dijamin masuk surga”

Hadits : “Dua perkara yang pasti, Kata Rasulullah SAW Maka seorang sahabat bertanya, Apakah perkara itu ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab, Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia tetap masuk surga (HR. Ahmad)”


Disadur dari : http://kajiantarbiyah.blogspot.co.id/2007/06/ahammiyatusy-syahadatain.html dengan beberapa tambahan dan pengurangan.

0 komentar:

Posting Komentar