Jumat, 23 Agustus 2024

Kumpulan Cerpen; Kerja




      HARI SENIN. Kendaraan berdesakan di sepanjang jalan. Setiap orang terbangun bersiap berangkat kerja untuk meraih cuan. Para pelapak pasar, pemalak pasar, pekerja kantoran, para guru, teknisi, penjaga toko, penjaga bank, penjaga stand, dan penjaga sumbangan kuburan semua beradu di jalan saling sikut dan klakson untuk bergegas ke tempat kerja menghimpun rezeki. Masripul salah satunya. Berdandan serapi mungkin, menggunakan sepatu hitam legam hasil polesan semalam. Beranjak keluar untuk menghela nafas menghirup udara knalpot di senin pagi.

“ah... keampasan suasana perkotaan di pagi hari” batinnya. Dirinya tetap tersenyum. Menjaga senyuman sangatlah penting bagi seorang pegawai, apalagi saat bertemu dengan atasan.

      Dikantor merupakan saat yang paling tepat membangun branding. Bagaimana cara bersikap di tempat kerja, bagaimana cara merangkul dan mendekatkan diri dengan lawan bicara, cara kita bertegur sapa dengan sepantaran dan juga dengan atasan. Semua di bangun senormal mungkin dengan tujuan yang sama.


“Tujuan apa yang ingin kamu capai?” 

“hmm pertanyaan mudah namun sulit dijawab. Semua orang memiliki tujuan masing-masing dalam bekerja, bahkan mereka yang menganggur pun juga memiliki tujuan” Jawab Masripul.

“kamu sangat lucu, bisakah kamu menjelaskan tujuan bekerja disini?”

“sesimpel ingin berkembang dan terus berkembang pak” sahut masripul. Sebuah perbincangan berat di senin pagi. Tapi pada sejatinya senin merupakan hari terberat bagi mereka yang berada di divisi penjualan. Selalu ada target mingguan dan bulanan yang harus dikejar walau mereka sekarat sekalipun.

“hanya itu? kamu tidak mau menjabarkannya kepada seniormu?” Pak Nando menyodorkan segelas kopi kehadapan Masripul. “minum kopi di pagi hari membantumu untuk berkonsentrasi disini anak baru. Bukan hanya itu, kopi juga membantu asam lambung mu naik dengan cepat. hahahaha”

Masripul menirukan tawa renyah seniornya. Tawa alami untuk seorang anak baru yang harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

“banyak orang memiliki tujuan dan alasannya sendiri pak. bahkan dalam sikap menunaikan pekerjaan” senyum masripul. Sudah sebulan dirinya disini dan biasanya hanya pertanyaan tempat tinggal dimana? ngekos atau di saudara? single atau Married, kesukaan, hobi, artis Java terfavorit dan berbagai pertanyaan ringan lain. Hingga akhirnya Masripul mendapatkan pertanyaan yang menginterogasi dirinya.


“Tuh sudah di cariin pak Mulyono. Senin ini bapak ada meeting lho” kata Masripul

“ah tau aja kau”

“hehehe, ayolah pak, target sales bulan depan harus sudah sesuai dengan rancangan yang diatur minggu lalu”

Pak Nando tersenyum dan bergegas pamit. Dirinya sadar tanggung jawab itu bisa memutus urat lehernya jika tidak dikerjakan dengan baik. Menelpon seorang staf kemudian melontarkan kata-kata pedas saat target yang dicapai tidak sesuai dengan kondisi dilapangan. Tuntutan pekerjaan di perusahaan swasta. Dimana ketika target penjualan tidak tercapai maka arus cash flow dan operasional perusahaan akan terganggu.


***

Turun ke lantai satu. Seorang pegawai mantan astra menemui Masripul dalam koridor kecil penghubung kantor. Bercerita panjang lebar soal perjalanannya dalam menempuh pekerjaan selama 14 tahun. Sebuah pengalaman berharga ketika bapak itu sudah jungkir balik mengais rezeki disaat Masripul sibuk memilih color yang tepat bergambar teletabis.


“disini tidak seperti itu” jawab bapak itu menunjukkan ke-sepuhannya dalam bekerja.

Masripul mengangguk antusias. Tersenyum renyah dengan apa yang dibicarakan pak Sukris.

“waktu itu sangat berharga, kita dikejar target dan kewajiban tak peduli kondisi apapun menghadang di depan. Selalu siap, banyak hal tidak terduga bisa terjadi di setiap harinya”

Masripul sangat kagum dengan apa yang didengarnya. Tempo hari dirinya sangat tidak terlibat dengan tim, bingung dengan fungsi, tugas, jobdesk yang harus diperbuat dalam perusahaan ini.


“tim bagus adalah ketika mereka sadar pekerjaannya tanpa harus diberi tahu. Pekerja itu harus mencari bukan dicari. Kalau dicari habislah dia dicari untuk dipecat hahaha” celetuk Pak Sukris sambil tertawa ngakak.


***

Masripul kembali ke tempat kerja di lantai dua. Berkonsentrasi dengan tugas dan KPI (key performance indicator) yang ditetapkan perusahaan. berpikir, menerka, mengulik, mencari jawaban, mencari solusi, menyelesaikan masalah, menyelesaikan penjualan, menyusun strategi dan straight edgy.

Sampai pada suatu ketika Masripul melepas fokus dan beralih ke media sosial untuk merilekskan diri. Banyak sekali pembahasan fyp yang berseliweran di dalam scroll bar medsosnya. Mulai dari bahasan tipe karyawan, budak korporat, partner bisnis, keluarga yang royal pada perusahaan, dan berbagai istilah lain yang dapat di bangun dari kata tersebut. Banyak ditemukan para karyawan mengeluh di medsos. Bagaimana cara mereka diperlakukan sebagai keluarga yang harus loyal pada perusahaan. Diberikan jobdesk lebih serta lembur tanpa dibayar. Semua berdasarkan loyalitas dan keikhlasan.


“IKHLAS NDASMU!” sahut seorang guru yang nongkrong di sore hari di seberang jalan. Kakinya terangkat satu, ketidakpuasan tercermin dari raut wajahnya. Masripul dapat melihat pria itu dari kaca jendela kantor. Meski tidak bisa mendengar percakapan, tapi penulis tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

“MASAK KAMU PASRAH SAJA SIH CUMA DIGAJI SETENGAH UMP!” tanya bapak itu pada teman sebelahnya.

“ya mau bagaimana lagi pak. Kita kerja disini untuk meraih ridho, dibayar berapapun asal cukup buat hidup saya mah sudah bersyukur”

“MAKAN TU BERSYUKUR! yang ada malah di sukurin sama tukang parkir. Masak gaji kita sebagai seorang guru yang di ajeni dan di banggakan sebagai pencipta generasi penerus bangsa kalah sama juru parkir yang kerja seenak udel bisa pergi haji 3x sehari! mikirrr, atasan kita ini kikirrr. mana bantuan dana bos yang di gembar gemborkan ituuuu!” tukasnya dengan muka merah padam seperti habis di sulut oleh sumbu pendek.

“sudahlah pak jangan suka membandingkan, nanti syukur dalam diri bisa hilang. Sudah benar kita bekerja meraih ridho-Nya. Jangan memikirkan dunia muluk-muluk yang ada kita malah terjerembab pada kesesatan yang nyata. Tujuan akhir kita itu akhirat”

“itu mindset yang harus dirubah!!! tujuan akhirat tapi dunia cuma dilewati begitu aja!? lebih baik gue bersyukur bekerja ikhlas dengan gaji dua digit, dari pada harus bersyukur dan kerja ikhlas dengan gaji yang dimana gw beli beras satu karung aja harus di kredit 12x!” tampaknya bapak itu sudah muak dengan pekerjaannya di sekolah itu. Tak lama dirinya sudah resign dan mulai mencari pekerjaan yang lain.

Disisi lain masripul kembali men-scroll medsos. Banyak sekali pencari kerja yang terdiri dari umur 35 keatas, Gen Z dan generasi sandwich. Mereka bekerja atas dasar kebutuhan keluarga, menunjang gaya hidup, mengejar gaji besar, atau berusaha meraih perusahaan impian yang mentereng untuk memenuhi hasrat pansos. Di lain sisi para pemilik usaha dan manajemen pabrikan dengan upah minimum merasa tidak laku, dan bersusah payah dalam mencari pekerja untuk ditempatkan pada unit mereka. 


“bagaimana kondisinya, dari kemarin ga ada yang daftar?” sahut Pak HR.

“turnover kita tinggi pak. Berbagai orang potensial keluar dan kita kekurangan tenaga kerja untuk menggerakkan dapur operasional kita” jawab si staff

“masa bodo, lihat para pencari kerja yang berjajar itu. Lihat para pengangguran yang parah di negeri ini. Lihat mereka semua butuh kerja untuk sekedar makan, sekedar memenuhi lifestyle. Berjejer rapi layak semut yang berkerumun mendekati serpihan makanan sisa. Tapi kamu tidak bisa mencarikanku pegawai dengan spek minimum untuk keuntungan perusahaan ini!?” tangan telunjuknya menuding hingga menyentuh hidung sang staf.

“ba-baik pak saya akan berusaha semaksimal mungkin” staf itu gemetaran sambil keringat dingin bercampur pesing.

“carikan spek yang lulusan SMP bahkan SD pun gapapa. Syarat cuma formalitas ktp saja cukup asal dia bisa dibayar 1 juta sebulan. Cari mereka yang kurang pendidikan dan gampang bersyukur. Tidak gembar-gembor bahkan demo berjilid-jilid meskipun digaji cuma segitu. CEPAATTT! walau sampai ke lubang bakteri sekalipun!”

“ba-baik pak saya carikan segera”

staff itu lari tunggang langgang untuk mencarikan spek yang dimaksud.




Jum’at, 23 Agustus 2024


0 komentar:

Posting Komentar