Dia tersenyum. Sejauh mata
memandang. Dia disuguhi pemandangan bunga beraneka warna. Bunga-bunga tumbuh
dengan indahnya. Pantulan cahaya matahari membuatnya seakan mengeluarkan
secercah kilauan cantik yang terpantul dari kelopaknya.
“indahnya....”
sergahnya. Tiada terkira dia bisa mendapatkan pemandangan secantik ini dalam
hidupnya. Seperti mimpi saja. Karena berandai jikalau ini hanya sebuah mimpi,
maka dia coba tepuk-tepuk pipinya. Belum bangun juga. Kemudian dia jawil
pipinya. Belum bangun juga. Dan terakhir, dia menjotosi pipi-pipinya. Dan
setelah melakukan semua itu, akhirnya dirinya bisa menyimpulkan.
“ternyata
bukan mimpi toh”
Kemudian
dia berkeliling menyusuri padang bunga.
Bunga-bunga yang harum, beraneka warna, dan juga sangat terawat. Siapa yang
merawatnya? Mungkin tidak ada. Bunga-bunga disini sepertinya tumbuh alami
secara sendirinya.
Di sebuah sungai yang deras airnya,
dia menepi disana untuk melepaskan dahaga. Melihat airnya yang begitu jernih
membuat dirinya tidak ragu untuk meminumnya secara langsung tanpa harus di
godog.
“WOW!”
dia sangat takjub seketika itu “ini sungguh air jernih yang sangat jernih.
Lebih jernih dari air terjehnih yang pernah jernih di dunia. Bahkan rasanya tak
kalah dengan pure it” setelah selesai memuaskan dahaga, kemudian dia
melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang lain.
Seekor binatang datang
menghampirinya. Seekor yeti? Bukan. Seekor beruang? Juga bukan. hewan itu
terlihat sangat abstrak dan tidak bisa terdefinisikan. Dia bingung melihat seeokor
binatang yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Kepalanya seperti orang utan.
Badannya layaknya bison yang kehabisan bulu. Kakinya selayak kaki harimau. Dan
matanya bagaikan mata elang yang sedang menukik kecemplung sumur. Hewan yang
seperti mutan itu berjalan dengan dua kaki, dengan tinggi kira-kira dua meter.
Aneh? Memang aneh. Dia sendiri saja bingung bukan main. Melihat hewan itu
membuatnya tidak takut. Justru rasa penasaran semakin memuncak ketika tahu
resliting celananya lupa untuk dikatupkan.
“he...hewan
macam apa kau...” desisnya pelan. Hingga akhirnya hewan seperti mutan itu
sampai juga di hadapannya.
“salam
panas....” dirinya kembali dikagetkan. Ternyata hewan itu bisa bicara layaknya
manusia.
“What
is your name?” kata dia.
“udah,
nggak usah sok nginggris, kamu orang indonesia, jadi pakai bahasa indonesia
saja”
“oh,
kau binatang yang bisa berfikir!, keberadaanmu di dunia bakalan membuat kiamat
lebih cepat” Dia tertegun cukup dalam
“kamu
ngomongin apa sih?”
“apa
kamu sejenis Dabbah?”
“Dabbah
your mother is goalkipper.... aku adalah reinkarnasi dari para binatang”
jelas hewan itu
“benarkah.
Tapi yang aku lihat, bentukanmu lucu sekali”
“jangan
coba-coba untuk membuatku marah, karena aku bisa membunuhmu dengan mudah”
“Iya-iya
maaf deh, aku hanya bercanda. Lagi pula, kenapa kau sampai datang
menghampiriku, apa mungkin karena aku berada di taman bungamu tanpa izin?”
“bukan
itu. hanya saja aku bingung, ada semacam bentukan aneh yang aku lihat”
“Hah....
bagaimana sih kau ini. Di duniaku, orang-orang sepertiku ada milyaran tahu....”
“oh,
jadi begitu. sepertinya kau dari dunia lain, dan tiba-tiba nyasar di tempat
ini”
“yah,
itu juga yang aku pikirkan dari awal aku ada di sini. Lalu, apa kau berada di
tempat ini seorang diri?”
“kau
salah. Sama seperti di duniamu, disini juga ada milyaran Kluthuk yang ada di
dunia ini”
“jadi...
kau menyebut dirimu Kluthuk?”
“benar.
sama seperti dirimu yang menyebut dirimu orang”
“tapi
disini sunyi sekali. Aku belum begitu percaya jika seekor Kluthuk sepertimu
bisa mendominasi dunia ini”
“ah...
kau ini, apa kau tak bisa melihat teman-temanku di sebelah sana?”
“tidak.
Aku hanya melihat hamparan bunga sejauh mataku memandang”
“ternyata
spesies sepertimu memiliki pandangan yang terbatas sekali. Kau tahu, dari sini
aku bisa melihat Kluthuk lain sedang ngupil di arah utara. Dan melihat kawanan
Klutuhuk sedang mengadakan pesta di arah tenggara. Lalu kau juga akan menjumpai
sebuah kota yang isinya Kluthuk-Kluthuk di barat lebih dua inci kurang
seperempat mili”
Kali ini dia mengerti perbedaan
kekuatan yang sangat besar yang terlihat padanya dan Kluthuk itu. Tetapi masih
ada rasa yang mengganjalnya semenjak tadi. tentang hewan Kluthuk ini. apa
Kluthuk ini adalah alien yang digembar-gemborkan itu. jika benar, maka
perawakannya jelas-jelas tidak sama seperti apa yang manusia di dunia gambarkan
tentang alien saat ini.
“boleh
aku bertanya?”
“selama
kau bisa bicara silakan”
“apa
kamu...”
“ah...
tunggu sebentar. Tidak enak bicara dengan sebutan itu. panggil aku Xnmal”
“(nama
macam apa itu...) baik, Xnmal...”
“bukan
Xnmal, tapi Xmnal”
“tapi
tadi kau bilang Xnmal”
“Xmnal”
“baiklah,
Xmnal. Namaku Jarso”
“nama
macam apa itu?”
“apa
kau tak sadar jika namamu yang aneh”
“apa
yang ingin kau tanyakan?”
“apa
kau tahu tentang dunia ku?”
“tidak.
Tapi terkadang ada cerita jika di belahan galaksi lain ada alien jahat yang
akan menyerang planetku”
“(jadi
cerita di tiap belahan dunia itu nyaris sama ya..)”
“kenapa
kau bertanya seperti itu?”
“tidak,
aku hanya memastikan saja”
“apa
kau tahu?”
“apa?”
“kakimu
mulai memudar”
Jarso
melihat kearah bawah. Dan mendapati dirinya melayang tanpa kaki.
“ke...kenapa
bisa begini?”
“mungkin
ini waktunya kau kembali ke duniamu. Senang bisa bertemu denganmu”
“oh
ya. Aku juga senang mendapatkan pengalaman yang belum pernah kurasakan
sebelumnya”
Kini badan Jarso terus memudar. Dan
tinggal bagian kepala saja yang terlihat. Xmnal masih berada di sana menunggu
Jarso menghilang. dan setelah beberapa saat Jarso pun lenyap. Xmnal lalu lekas
pergi dari sana untuk bergabung dengan koloninya. Dan pada saat itu, Jarso
entah ada di mana. Dia sama sekali tidak di temukan di manapun.
30
Agustus 2016
M H A
0 komentar:
Posting Komentar