Sabtu, 04 Maret 2017

Kumpulan Cerpen; Dunia Paralel






Dia tersenyum. Sejauh mata memandang. Dia disuguhi pemandangan bunga beraneka warna. Bunga-bunga tumbuh dengan indahnya. Pantulan cahaya matahari membuatnya seakan mengeluarkan secercah kilauan cantik yang terpantul dari kelopaknya.

“indahnya....” sergahnya. Tiada terkira dia bisa mendapatkan pemandangan secantik ini dalam hidupnya. Seperti mimpi saja. Karena berandai jikalau ini hanya sebuah mimpi, maka dia coba tepuk-tepuk pipinya. Belum bangun juga. Kemudian dia jawil pipinya. Belum bangun juga. Dan terakhir, dia menjotosi pipi-pipinya. Dan setelah melakukan semua itu, akhirnya dirinya bisa menyimpulkan.
“ternyata bukan mimpi toh”
Kemudian  dia berkeliling menyusuri padang bunga. Bunga-bunga yang harum, beraneka warna, dan juga sangat terawat. Siapa yang merawatnya? Mungkin tidak ada. Bunga-bunga disini sepertinya tumbuh alami secara sendirinya.

            Di sebuah sungai yang deras airnya, dia menepi disana untuk melepaskan dahaga. Melihat airnya yang begitu jernih membuat dirinya tidak ragu untuk meminumnya secara langsung tanpa harus di godog.

“WOW!” dia sangat takjub seketika itu “ini sungguh air jernih yang sangat jernih. Lebih jernih dari air terjehnih yang pernah jernih di dunia. Bahkan rasanya tak kalah dengan pure it” setelah selesai memuaskan dahaga, kemudian dia melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang lain.

            Seekor binatang datang menghampirinya. Seekor yeti? Bukan. Seekor beruang? Juga bukan. hewan itu terlihat sangat abstrak dan tidak bisa terdefinisikan. Dia bingung melihat seeokor binatang yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Kepalanya seperti orang utan. Badannya layaknya bison yang kehabisan bulu. Kakinya selayak kaki harimau. Dan matanya bagaikan mata elang yang sedang menukik kecemplung sumur. Hewan yang seperti mutan itu berjalan dengan dua kaki, dengan tinggi kira-kira dua meter. Aneh? Memang aneh. Dia sendiri saja bingung bukan main. Melihat hewan itu membuatnya tidak takut. Justru rasa penasaran semakin memuncak ketika tahu resliting celananya lupa untuk dikatupkan.
“he...hewan macam apa kau...” desisnya pelan. Hingga akhirnya hewan seperti mutan itu sampai juga di hadapannya.
“salam panas....” dirinya kembali dikagetkan. Ternyata hewan itu bisa bicara layaknya manusia.
“What is your name?” kata dia.
“udah, nggak usah sok nginggris, kamu orang indonesia, jadi pakai bahasa indonesia saja”
“oh, kau binatang yang bisa berfikir!, keberadaanmu di dunia bakalan membuat kiamat lebih cepat” Dia tertegun cukup dalam
“kamu ngomongin apa sih?”
“apa kamu sejenis Dabbah?”
“Dabbah your mother is goalkipper.... aku adalah reinkarnasi dari para binatang” jelas hewan itu
“benarkah. Tapi yang aku lihat, bentukanmu lucu sekali”
“jangan coba-coba untuk membuatku marah, karena aku bisa membunuhmu dengan mudah”
“Iya-iya maaf deh, aku hanya bercanda. Lagi pula, kenapa kau sampai datang menghampiriku, apa mungkin karena aku berada di taman bungamu tanpa izin?”
“bukan itu. hanya saja aku bingung, ada semacam bentukan aneh yang aku lihat”
“Hah.... bagaimana sih kau ini. Di duniaku, orang-orang sepertiku ada milyaran tahu....”
“oh, jadi begitu. sepertinya kau dari dunia lain, dan tiba-tiba nyasar di tempat ini”
“yah, itu juga yang aku pikirkan dari awal aku ada di sini. Lalu, apa kau berada di tempat ini seorang diri?”
“kau salah. Sama seperti di duniamu, disini juga ada milyaran Kluthuk yang ada di dunia ini”
“jadi... kau menyebut dirimu Kluthuk?”
“benar. sama seperti dirimu yang menyebut dirimu orang”
“tapi disini sunyi sekali. Aku belum begitu percaya jika seekor Kluthuk sepertimu bisa mendominasi dunia ini”
“ah... kau ini, apa kau tak bisa melihat teman-temanku di sebelah sana?”
“tidak. Aku hanya melihat hamparan bunga sejauh mataku memandang”
“ternyata spesies sepertimu memiliki pandangan yang terbatas sekali. Kau tahu, dari sini aku bisa melihat Kluthuk lain sedang ngupil di arah utara. Dan melihat kawanan Klutuhuk sedang mengadakan pesta di arah tenggara. Lalu kau juga akan menjumpai sebuah kota yang isinya Kluthuk-Kluthuk di barat lebih dua inci kurang seperempat mili”

            Kali ini dia mengerti perbedaan kekuatan yang sangat besar yang terlihat padanya dan Kluthuk itu. Tetapi masih ada rasa yang mengganjalnya semenjak tadi. tentang hewan Kluthuk ini. apa Kluthuk ini adalah alien yang digembar-gemborkan itu. jika benar, maka perawakannya jelas-jelas tidak sama seperti apa yang manusia di dunia gambarkan tentang alien saat ini.
“boleh aku bertanya?”
“selama kau bisa bicara silakan”
“apa kamu...”
“ah... tunggu sebentar. Tidak enak bicara dengan sebutan itu. panggil aku Xnmal”
“(nama macam apa itu...) baik, Xnmal...”
“bukan Xnmal, tapi Xmnal”
“tapi tadi kau bilang Xnmal”
“Xmnal”
“baiklah, Xmnal. Namaku Jarso”
“nama macam apa itu?”
“apa kau tak sadar jika namamu yang aneh”
“apa yang ingin kau tanyakan?”
“apa kau tahu tentang dunia ku?”
“tidak. Tapi terkadang ada cerita jika di belahan galaksi lain ada alien jahat yang akan menyerang planetku”
“(jadi cerita di tiap belahan dunia itu nyaris sama ya..)”
“kenapa kau bertanya seperti itu?”
“tidak, aku hanya memastikan saja”
“apa kau tahu?”
“apa?”
“kakimu mulai memudar”
Jarso melihat kearah bawah. Dan mendapati dirinya melayang tanpa kaki.
“ke...kenapa bisa begini?”
“mungkin ini waktunya kau kembali ke duniamu. Senang bisa bertemu denganmu”
“oh ya. Aku juga senang mendapatkan pengalaman yang belum pernah kurasakan sebelumnya”

            Kini badan Jarso terus memudar. Dan tinggal bagian kepala saja yang terlihat. Xmnal masih berada di sana menunggu Jarso menghilang. dan setelah beberapa saat Jarso pun lenyap. Xmnal lalu lekas pergi dari sana untuk bergabung dengan koloninya. Dan pada saat itu, Jarso entah ada di mana. Dia sama sekali tidak di temukan di manapun.

30 Agustus 2016


M         H         A

0 komentar:

Posting Komentar