Sabtu, 04 Maret 2017

Kumpulan Cerpen; Nol




Deretan rumah berbanjar memenuhi pinggiran jalan. Langit mendung pertanda hujan akan datang. Terlihat burung yang terbang menuju utara. Mencari tempat yang kering agar terhindar dari terpaan hujan. mentari sudah tak terlihat. Sore itu terasa seperti waktu malam. Angin bergemuruh mengibarkan daun-daun pepohonan perdu. Motor vespa terdengar ngebut. Mungkin sang pengendara tahu jika hujan akan turun, dan saat itu dia lupa bawa mantol. Sehingga dia cepat saja berkendara untuk lekas sampai ke rumah.

            Ayunan yang berayun dengan tiba-tiba. Setelah di fikirkan lebih dalam. Ternyata ayunan itu diterpa angin kencang. Angin yang begitu ribut. Sehingga bisa menggerakkan benda-benda saat itu. pohon bergoyang. Rumput menari. Kabel-kabel listrik bergetar tak karuan. Pertanda jika hujan kali ini akan menjadi badai.

“kau lihat berita hari ini. alam kita seakan sudah mau hancur saja”
“jaga bicaramu. Aku tak mau kiamat datang sebelum aku mati”
“heh, apa kamu setakut itu jika kiamat nanti datang?”
“bayangkan saja. Manusia seakan kapas-kapas yang berterbangan. Bukankah itu penggambaran yang membuktikan, saat itu manusia sangat putus asa dan tidak berdaya melihat kehancuran-kehancuran yang ada”

Riko dan Kiro. Adalah dua sahabat karib yang sedang terjebak dalam hujan badai. Mereka adalah pengendara bermotor yang juga lupa membawa mantol. Akhirnya mereka menepi di sebuah gubuk yang tertutup. Sebuah gubuk tua. Yang ditinggal kan pemiliknya sudah lebih dari seperempat dekade.
“apa susahnya sih bro bilang dua koma lima tahun. Sok gaya banget pake kata seperempat dekade”
“serah gua dong. Situ kok komen. Yang jelas. Di luar sana. Petir menyambar-nyambar dengan gilanya. Bisa parah deh kalau kena”
“bisa-bisa jadi orang bakar kan”
“bodo ah, sekarang kita mau ngapain nih. Sambil nunggu badai berhenti mengamuk?” tanya Kiro. Riko tampak berpikir.
“main apa coba. Mending main game di HP”
“yah, sekarang andalannya Cuma itu sih. tapi apa boleh buat, ketimbang bengong nggak ada tujuan” lalu mereka berdua bemain sendiri-sendiri dengan Hp mereka.

            Sudah satu jam berlalu. Dan badai belum kunjung reda. Justru angin semakin ganas melayangkan beberapa atap-atap rumah. Sampai ada juga sebuah pohon agak besar yang tercabut sampai akarnya.
“haduh bro. Hp gue lowbet”
“sama nih. Disini nggak ada ces-cesan lagi. Apalagi badai di luar juga semakin ekstrim. Kalau gubuk kita melayang, bagaimana nasib kita nih?”
“tenang saja. Allah tidak akan menguji hambanya sampai di luar batas kemampuannya. Semoga saja gubuk ini bisa bertahan sampai badai ini reda”
Sesaat kemudian terdengar suara keras mendekat. Riko mengecek suara yang bikin ribut itu. ternyata seorang pengendara Vespa. Sang pengendara dengan cekatan lekas berlari menuju gubuk yang ditinggali Riko dan Kiro. Pengendara vespa tergeletak seketika itu juga. Membuat Riko dan Kiro terpelongo.
“hosh.....hosh....hosh...” nafasnya memburu. Pakaiannya basah kuyub. Tubuhnya menggigil dan kulit tubuhnya sudah memutih bagai mayit yang sudah di kasih kapur barus.
“ya ampun. Bantu dia!” Riko lekas membuka pakaian pengendara itu yang menggigil. Dia berani membuka pakaiannya karena sang pengendara Vespa adalah seorang laki-laki. Lalu Kiro melepaskan jaket miliknya dan mengenakannya pada sang pengendara Vespa. Dan tidak sengaja menginjak tangan si pengendara Vespa.
“kamu tak apa-apa Om!?” riko mulai tampak khawatir melihat ekspresi wajah dari si pengendara Vespa yang berubah-ubah.
“a....aaa......ku....ta.....ng..  a .....nnnhh.... hosh... hosh.....” sang pengendara vespa mengigau tak jelas
“APA?. Saya nggak paham apa yang om omongin!”
“sudahlah Ko. Biarkan dia tidur dulu. mungkin dia juga sama kayak kita. Lupa bawa mantol. Trus selama perjalanan dia nekat agar sampai kerumah. Padahal rumahnya masih sangat jauh”
“kamu kok tahu ro?”
“emh..... nebak aja sih”
“tha.....ang......anhh.....” sang pengendara vespa kembali mengigau
“dia mengigau terus. Gimana nih?” tanya Kiro. Riko kembali berfikir. Setelah dia mengamati dengan cermat. Ternyata dia tahu penyebab dari semua ini.
“OI RO! TANGANNYA KAU INJEK TUH!“
”APA IYA!” iya lekas sadar dan menarik kakinya dari tangan sang pengendara Vespa. “ma...maafin om. Saya nggak sadar”
“untung dia nggak mati duluan gara-gara kesakitan”
“mana ada orang yang mati gara-gara tangannya keinjek”

Hari semakin malam. Derasnya hujan masih mengguyur area tersebut. Petir dan kilat bersahutan-sahutan dengan garangnya. Membuat banjir di beberapa titik dataran rendah. Cahaya bulan tidak terlihat. Awan gelap sudah menutup pintu-pintu langit yang ada. Malam itu amat gelap, karena bertepatan dengan listrik yang sedang mengalami oglangan.
“Riko. Menurutmu sampai kapan hal ini akan berlanjut?”
“entahlah. Tampaknya kita harus menunggu sampai keajaiban datang”
“dan kau lihat pengendara Vespa ini. tampaknya dia sudah ko’ed”
“hush.... jaga bicaramu. Dia hanya mengalami mati”
“yah terserahlah caramu menyebutkannya. Yang jelas. Bagaimana kita akan mengurusinya? Masak mau kita tinggal disini?”
“lha lalu mau kita apakan?”
“di buang”
Riko menepuk jidatnya “kamu sama sekali tidak berperi kemanusiaan ya. Masak pemikiranmu dangkal sekali. Kita kan punya HP. Dia juga punya KTP atau sejenisnya. Jadi kita bisa menghubungi orang terdekatnya”
“tapi kalau mereka tidak terima atas kematiannya. Lalu kita nanti diintrogasi polisi. Trus dijadikan tersangka gimana?”
“kita kan nggak salah. Ngapain takut. Kita kan juga sudah membantu dengan mengenakan jaketmu ke dia. Memang sudah waktunya saja dia mati disini. Kehendak tuhan tidak bisa di pungkiri”
“benar juga sih”

###

            Hari yang cerah. Matahari bersinar seperti biasa. Langit biru tehampar sampai sejauh mata memandang. Embun bergulir dari pucuk tetumbuhan. Anak-anak SD sudah pada ribut untuk segera berangkat ke sekolah. mungkinkah jika ada yang membingungkan. Lebih tepatnya jika meratapi tentang tumbuhan yang bisa menghasilkan beragam jenis pangan hanya dengan menyerap fosfor dan berbagai meneral lain dalam tanah. Namun bukannya malam tadi hujan turun dengan ganasnya. Sampai membuat beberapa rumah rusak dan banyak pohon-pohon yang tumbang.

            Riko dan Kiro terbangun dari tidurnya. Mereka berdua sama-sama menyeka mata. Membersihkan kotoran mata yang biasa di sebut belek agar hilang. dan kini mereka kembali ke awal. Selekas bermimpi hal tersebut. Akhirnya mereka menyiapkan mantol dari rumah masing-masing.

13 Desember 2016

M H A

0 komentar:

Posting Komentar