Deretan rumah
berbanjar memenuhi pinggiran jalan. Langit mendung pertanda hujan akan datang.
Terlihat burung yang terbang menuju utara. Mencari tempat yang kering agar
terhindar dari terpaan hujan. mentari sudah tak terlihat. Sore itu terasa
seperti waktu malam. Angin bergemuruh mengibarkan daun-daun pepohonan perdu.
Motor vespa terdengar ngebut. Mungkin sang pengendara tahu jika hujan akan
turun, dan saat itu dia lupa bawa mantol. Sehingga dia cepat saja berkendara
untuk lekas sampai ke rumah.
Ayunan yang
berayun dengan tiba-tiba. Setelah di fikirkan lebih dalam. Ternyata ayunan itu
diterpa angin kencang. Angin yang begitu ribut. Sehingga bisa menggerakkan
benda-benda saat itu. pohon bergoyang. Rumput menari. Kabel-kabel listrik
bergetar tak karuan. Pertanda jika hujan kali ini akan menjadi badai.
“kau lihat berita hari ini. alam kita seakan sudah mau hancur saja”
“jaga bicaramu. Aku tak mau kiamat datang sebelum aku mati”
“heh, apa kamu setakut itu jika kiamat nanti datang?”
“bayangkan saja. Manusia seakan kapas-kapas yang berterbangan.
Bukankah itu penggambaran yang membuktikan, saat itu manusia sangat putus asa
dan tidak berdaya melihat kehancuran-kehancuran yang ada”
Riko dan Kiro. Adalah dua sahabat karib yang sedang terjebak dalam
hujan badai. Mereka adalah pengendara bermotor yang juga lupa membawa mantol.
Akhirnya mereka menepi di sebuah gubuk yang tertutup. Sebuah gubuk tua. Yang
ditinggal kan pemiliknya sudah lebih dari seperempat dekade.
“apa susahnya sih bro bilang dua koma lima tahun. Sok gaya banget
pake kata seperempat dekade”
“serah gua dong. Situ kok komen. Yang jelas. Di luar sana. Petir
menyambar-nyambar dengan gilanya. Bisa parah deh kalau kena”
“bisa-bisa jadi orang bakar kan”
“bodo ah, sekarang kita mau ngapain nih. Sambil nunggu badai
berhenti mengamuk?” tanya Kiro. Riko tampak berpikir.
“main apa coba. Mending main game di HP”
“yah, sekarang andalannya Cuma itu sih. tapi apa boleh buat,
ketimbang bengong nggak ada tujuan” lalu mereka berdua bemain sendiri-sendiri
dengan Hp mereka.
Sudah satu jam
berlalu. Dan badai belum kunjung reda. Justru angin semakin ganas melayangkan
beberapa atap-atap rumah. Sampai ada juga sebuah pohon agak besar yang tercabut
sampai akarnya.
“haduh bro. Hp gue lowbet”
“sama nih. Disini nggak ada ces-cesan lagi. Apalagi badai di luar
juga semakin ekstrim. Kalau gubuk kita melayang, bagaimana nasib kita nih?”
“tenang saja. Allah tidak akan menguji hambanya sampai di luar
batas kemampuannya. Semoga saja gubuk ini bisa bertahan sampai badai ini reda”
Sesaat kemudian terdengar suara keras mendekat. Riko mengecek suara
yang bikin ribut itu. ternyata seorang pengendara Vespa. Sang pengendara dengan
cekatan lekas berlari menuju gubuk yang ditinggali Riko dan Kiro. Pengendara
vespa tergeletak seketika itu juga. Membuat Riko dan Kiro terpelongo.
“hosh.....hosh....hosh...” nafasnya memburu. Pakaiannya basah
kuyub. Tubuhnya menggigil dan kulit tubuhnya sudah memutih bagai mayit yang
sudah di kasih kapur barus.
“ya ampun. Bantu dia!” Riko lekas membuka pakaian pengendara itu
yang menggigil. Dia berani membuka pakaiannya karena sang pengendara Vespa
adalah seorang laki-laki. Lalu Kiro melepaskan jaket miliknya dan mengenakannya
pada sang pengendara Vespa. Dan tidak sengaja menginjak tangan si pengendara
Vespa.
“kamu tak apa-apa Om!?” riko mulai tampak khawatir melihat ekspresi
wajah dari si pengendara Vespa yang berubah-ubah.
“a....aaa......ku....ta.....ng..
a .....nnnhh.... hosh... hosh.....” sang pengendara vespa mengigau tak
jelas
“APA?. Saya
nggak paham apa yang om omongin!”
“sudahlah Ko. Biarkan dia tidur dulu. mungkin dia juga sama kayak
kita. Lupa bawa mantol. Trus selama perjalanan dia nekat agar sampai kerumah.
Padahal rumahnya masih sangat jauh”
“kamu kok tahu ro?”
“emh..... nebak aja sih”
“tha.....ang......anhh.....” sang pengendara vespa kembali mengigau
“dia mengigau terus. Gimana nih?” tanya Kiro. Riko kembali
berfikir. Setelah dia mengamati dengan cermat. Ternyata dia tahu penyebab dari
semua ini.
“OI RO! TANGANNYA KAU INJEK TUH!“
”APA IYA!” iya lekas sadar dan menarik kakinya dari tangan sang
pengendara Vespa. “ma...maafin om. Saya nggak sadar”
“untung dia nggak mati duluan gara-gara kesakitan”
“mana ada orang yang mati gara-gara tangannya keinjek”
Hari semakin
malam. Derasnya hujan masih mengguyur area tersebut. Petir dan kilat bersahutan-sahutan
dengan garangnya. Membuat banjir di beberapa titik dataran rendah. Cahaya bulan
tidak terlihat. Awan gelap sudah menutup pintu-pintu langit yang ada. Malam itu
amat gelap, karena bertepatan dengan listrik yang sedang mengalami oglangan.
“Riko. Menurutmu sampai kapan hal ini akan berlanjut?”
“entahlah. Tampaknya kita harus menunggu sampai keajaiban datang”
“dan kau lihat pengendara Vespa ini. tampaknya dia sudah ko’ed”
“hush.... jaga bicaramu. Dia hanya mengalami mati”
“yah terserahlah caramu menyebutkannya. Yang jelas. Bagaimana kita
akan mengurusinya? Masak mau kita tinggal disini?”
“lha lalu mau kita apakan?”
“di buang”
Riko menepuk jidatnya “kamu sama sekali tidak berperi kemanusiaan
ya. Masak pemikiranmu dangkal sekali. Kita kan punya HP. Dia juga punya KTP
atau sejenisnya. Jadi kita bisa menghubungi orang terdekatnya”
“tapi kalau mereka tidak terima atas kematiannya. Lalu kita nanti
diintrogasi polisi. Trus dijadikan tersangka gimana?”
“kita kan nggak salah. Ngapain takut. Kita kan juga sudah membantu
dengan mengenakan jaketmu ke dia. Memang sudah waktunya saja dia mati disini.
Kehendak tuhan tidak bisa di pungkiri”
“benar juga sih”
###
Hari yang cerah.
Matahari bersinar seperti biasa. Langit biru tehampar sampai sejauh mata
memandang. Embun bergulir dari pucuk tetumbuhan. Anak-anak SD sudah pada ribut
untuk segera berangkat ke sekolah. mungkinkah jika ada yang membingungkan.
Lebih tepatnya jika meratapi tentang tumbuhan yang bisa menghasilkan beragam
jenis pangan hanya dengan menyerap fosfor dan berbagai meneral lain dalam
tanah. Namun bukannya malam tadi hujan turun dengan ganasnya. Sampai membuat
beberapa rumah rusak dan banyak pohon-pohon yang tumbang.
Riko dan Kiro
terbangun dari tidurnya. Mereka berdua sama-sama menyeka mata. Membersihkan
kotoran mata yang biasa di sebut belek agar hilang. dan kini mereka kembali ke
awal. Selekas bermimpi hal tersebut. Akhirnya mereka menyiapkan mantol dari
rumah masing-masing.
13 Desember 2016
M H A
0 komentar:
Posting Komentar