Adalah sebutan
untuk politik kantor yang biasanya terjadi dalam organisasi profesional. Politicking
digunakan untuk mendapatkan keuntungan dan merealisasikan tujuan dalam wadah
organisasi atau kantor tersebut, baik itu untuk diri sendiri, kelompok maupun
organisasi secara keseluruhan. Keuntungan dapat berupa asset berwujud, asset tak
berwujud, maupun kewenangan dan loyalitas anggota.
Politicking
kerap kali dilakukan untuk mendominasi sebuah perusahaan agar terkontrol dan
sesuai dengan arah tujuan sang pemangku kepentingan. Kedengarannya memang jahat
(hampir mirip istilah kata dictator yang diperhalus), Tapi bukan berarti
politik kantor itu selamanya jahat, bisa jadi baik tergantung siapa yang
menggunakan.
Jika
ada dua kubu yang melakukan politicking, intrik dan saling sikut pasti akan
terjadi untuk mendapatkan dominasi publik. Selama ini politik kantor selalu di
pandang negative, yang mengarah kepada perpecahan dan permusuhan, sejatinya politicking
mempunyai manfaat tersendiri jika di representasikan dengan benar. Bila kegiatan
tersebut dilaksanakan untuk kepentingan organisasi agar tumbuh berkembang. Justru
berdampak pada ke efisienan perusahaan, memperkuat hubungan interpersonal dan
secara bersamaan menguntungkan individu serta organisasi yang bersangkutan. Intinya
jangan sampai politicking disalahgunakan untuk memenuhi Hasrat kepentingan
pribadi.
Dalam
melaksanakan politicking yang baik dan benar. Peran pemimpin sangat
krusial dalam mengarahkan dan menumbuhkan ikatan dan rasa saling percaya para
anggotanya. Menghindarkan perselisihan, penyelewengan, serta rasa tidak puas
yang nantinya akan memicu kudeta serta menghambat kinerja yang sudah ada. Seorang
pemimpin yang strategis tak akan kehabisan akal untuk mengatasi berbagai macam
penyelewengan yang tidak tunduk pada jalan lurus organisasi.
Untuk memaksimalkan politicking, dalam buku Strategic Leadership, AB Susanto mengatakan “…pimpinan perusahaan harus dapat menanamkan rasa saling percaya di antara para karyawan. Komunikasi terbuka harus dikembangkan…” yang intinya adalah, ketika keterikatan karyawan itu renggang, maka politicking justru akan menjadi masalah ketika diterapkan. Hal itu akan memicu konflik perpecahan yang bertimbal balik menyusahkan pimpinan, pertumbuhan organisasi tersendat, bahkan dapat menghancurkan organisasi dari dalam.
Untuk memaksimalkan politicking, dalam buku Strategic Leadership, AB Susanto mengatakan “…pimpinan perusahaan harus dapat menanamkan rasa saling percaya di antara para karyawan. Komunikasi terbuka harus dikembangkan…” yang intinya adalah, ketika keterikatan karyawan itu renggang, maka politicking justru akan menjadi masalah ketika diterapkan. Hal itu akan memicu konflik perpecahan yang bertimbal balik menyusahkan pimpinan, pertumbuhan organisasi tersendat, bahkan dapat menghancurkan organisasi dari dalam.
Mencari
pendukung dan orang kepercayaan merupakan kewajiban bagi pemimpin ketika ingin
menjalankan politicking. Sikap saling terbuka sangat penting untuk
memperkuat koalisi dalam menggaet anggota organisasi lain. pemimpin disini sebelum melaksanakan program
yang diingini juga harus memahami kewajiban perusahaan dan mencontohkannya kepada
anggota.
Seperti dulu
Mandela pernah melakukan politicking. Mandela mengundang para tamunya
untuk makan malam baik itu musuh maupun kawan. Mandela yakin bahwa dengan
merangkul rival atau musuhnya, ia dapat mengendalikan mereka. Jika tidak
dirangkul, mereka justru akan lebih berbahaya. Hal ini diperlukan untuk
mendapatkan loyalitas dari penawaran keuntungan yang di dapatkan.
0 komentar:
Posting Komentar