softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Jumat, 13 Maret 2020

Kumpulan Cerpen; Apatheia

https://wall.alphacoders.com/



            Ketika membual tentang masa depan, Kita berkhayal membuat sebuah mahakarya besar perubah peradaban. Berharap meraih gambaran sempurna dalam menjalani tiap liku kehidupan. Berperan menjadi seorang protagonist, dalam serial film bioskop kesayangan.

“bukankah dulu kamu ingin menjadi seorang pemain bola?” – Haikal.
Rei tersenyum simpul “em, aku ingat. Saking kebeletnya ingin menjadi pemain pro, pada hari itu juga aku sampai menangis untuk segera dibelikan sepatu bola”
“tapi lucunya itu hanya bertahan beberapa minggu saja ya, hingga kamu keluar dari SSB”
Rei mengangguk. “yah, hanya sesaat, lalu dorongan itu perlahan lenyap. Bagai sariawan yang diobati lasegar”
“setelah itu kamu sempat berganti cita-cita. Mulai dari hal konyol seperti ingin menjadi badut, hingga sesuatu yang hebat seperti seorang ilmuan, dan kamu mengatakan itu dengan sangat percaya diri dan penuh keyakinan”

Rei mengingatnya “hari-hari yang menyenangkan”
“aku selalu menantikannya, dorongan-dorongan yang pernah kamu ciptakan di masa lalu, membuatmu berani mengambil jalan berbahaya untuk menggapai suatu tujuan”
Rei duduk santai di samping Haikal. Berdua menikmati senja ditemani hembusan angin berbau tebu. Dia Mengarahkan pandangannya ke langit. Di bawah pohon rindang membujur hamparan dataran tanah luas yang ditanami ratusan tebu berbatang besar.
“Kamu benar Kal, dari dulu aku sering berganti pilihan untuk mengambil sebuah keputusan”
“mengapa?” Tanya Haikal. Melihat wajah sendu Rei yang ketika itu masih menatap kosong sang senja.

Rei berpikir sejenak. Mengingat segala hal yang membuatnya ragu selama ini. “jalan itu, atau manusia, atau kebosanan, atau bisa jadi…”
“bisa jadi…?”
“bisa jadi aku tidak menemukan diriku yang asli di jalan itu”
Hening sejenak, sekawanan burung berkelompok di atas membentuk formasi ‘V’ untuk terbang ke arah utara. Awan mulai berkumpul menutup langit. Senja perlahan mulai redup dihempas angin. Dua sekawan itu masih berada disitu, terdiam untuk menantikan sesuatu yang telah lama mereka cari.
“dirimu yang asli memang seperti apa?” tanya Haikal. Sebuah pertanyaan dadakan yang meluncur keluar dari tenggorokannya. “apakah kamu mengetahui tentang dirimu sendiri?”
“diriku sendiri? Diriku yang asli ya…” Rei berpikir sejenak, berusaha memahami bagian dirinya yang hilang.
“apa kamu sendiri juga tidak tahu?”
Rei mengangguk.
Haikal tersenyum.

“memang tidak mudah untuk mengenali diri sendiri. Itu hal dasar yang harus kamu kenali sebelum mengenal orang lain”
“aku hanya mengingat diriku yang dulu lebih hebat, lebih berani, lebih perkasa…”
“tapi kamu dulunya juga yang paling cengeng, paling penakut, dan paling ceroboh…”
“seorang yang tidak ingin mendapat luka apapun, sekaligus seorang yang ingin menerjang ke depan tak peduli dengan berbagai luka yang ada”
“seorang yang tak peduli dan tetap maju sejauh apapun rasa sakit yang di dapatnya”

Rei dan Haikal tersenyum. Tatapan Rei yang kosong kini mulai terisi, matanya yang sayu perlahan kembali normal.
“namun orang seperti itu sudah tidak ada lagi. Rasanya seperti… menjadi orang lain” – Rei.
“rasanya seperti tidak menjadi diri sendiri, atau berubah menjadi diri yang lain?” – Haikal.
Rei menggeleng “diriku tetaplah diriku”
“kamu benar…”

***



            Waktu bergulir semakin menjelaskan keberadaan kehidupan. Entah itu mengarah kepada suatu hal suram atau kepada kebahagiaan. Usaha dan harapan yang kuat dalam meraih cita-cita. Serta pengorbanan tanpa kenal lelah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tak bisa di pungkiri hal itu bisa lenyap hanya dengan sebuah ketukan kecil dari dalam diri.

“perubahan itu apa selalu membawa kepada kebaikan?” – Rei.
“Perubahan kadang membawa pada kehancuran” – Haikal.
“bukankah lucu banyak orang disana ingin sekali untuk berubah…”
“mereka berharap dengan perubahan itu akan menjadi lebih baik”
“perubahan untuk menjadi lebih baik? Atau justru kebaikan yang mereka khayalkan sebenarnya mengarah ke kebaikan yang menjerumuskan?”
“aku tidak bisa menjawabnya” Haikal memalingkan mukanya kebawah. Menatap rerumputan yang tumbuh di sekitar tempat duduknya ”lagi pula, aku bukanlah orang yang berhak mengomentari perubahan seseorang”

Rei terdiam.

Dalam benak Rei masih memiliki tekad dan harapan untuk di capai di masa depan. Kemauan kuat untuk mendapatkan impian yang telah lama di idam-idamkan. Berharap agar terus bangkit sebanyak apapun dirinya terjatuh ke dalam jurang. Berharap masih mampu berdiri walau beribu kali tubuhnya ambruk tertusuk panah.

“hidup … apakah sesulit itu?” – Rei.
Haikal menggelengkan kepalanya. “yang ada merekalah yang mempersulit diri”
“menurutmu… Bagaimana sikapmu atas cara pandang orang lain?”
“mengapa kamu bertanya hal itu?”
“dari dulu aku tidak pernah terusik seburuk atau sebaik apapun seseorang memandangku”
“lalu?”
“sekarang aku mulai merasa terusik atas pandangan itu”
“apakah itu yang membuat beban di dalam dirimu”
Rei mengangguk, berpikir bahwa hal inilah yang membuatnya berubah.
“kalau dari pandanganku… kita hidup bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain”
“Maksudmu?”

Haikal tersenyum “Kita hidup sejatinya untuk diri kita sendiri, termasuk setiap langkah yang kita bangun. Jika hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, jelas saja hidupmu serasa terkekang karena sibuk memenuhi keinginan mereka terhadapmu”
Rei Paham. Sambil tersenyum dirinya mulai memutuskan sesuatu “terimakasih”
Haikal tersenyum.
Rei ikut tersenyum.

            Segala yang diusahakan belum tentu akan berdampak pada perubahan. Yang dinilai bukanlah hasil sementara yang ada di lapangan. Namun hasil akhir ketika pertandingan itu telah selesai. Sejauh apapun, sekeras apapun seorang ingin berubah dan beralih itu tidak menjadi masalah. Toh mereka akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan usaha yang mereka lakukan ketika bermain. Ketika waktu itu masih berjalan.

“aku sekarang sadar, bukan hanya soal orang lain. bahkan bukan hanya soal diri sendiri”
“kehadiran orang lain memang penting, kehadiran diri juga sama penting, jadi mengapa kamu memilih untuk berganti yang lain?”
“tidak ada yang lebih penting dari pada hidup yang memiliki tujuan pasti”
“semua sudah ada jalannya. Tinggal kita mau berjalan menyusurinya atau tidak”

Rei tersenyum, Haikal ikut tersenyum. Sejauh ini mereka hanya bisa melihati diri mereka terus berubah digiring oleh waktu. Bercanda, berkumpul, bermain, bertemu, dan berpisah. Diantaranya mereka harus membuat keputusan untuk bersikap, di antaranya kadang harus memperoleh suatu hal agar tetap ada, terus bersemangat dalam menempuh hari, dan berharap waktu terakhir menjadi kemenangan manis.





Surakarta, 12 Maret 2020

M         H         A