softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Kamis, 30 April 2020

Kumpulan Cerpen; At Home




            Sambil tertatih pria krempeng itu tetap berjalan lurus sambil meminggul karung goni. Pakaiannya lusuh berbau semerbak apek. Banyak orang sekitar menjauh karena tidak ingin terkontaminasi. Memilih menutup hidung atau berjalan bagai menghindari mantan. Tapi suasana akhir-akhir ini berbeda. Seakan semua menghilang di depan matanya. Suasana sepi kesana kemari. Yang ada hanyalah kicauan burung yang mulai berani bertengger di pucuk-pucuk pohon tanpa rasa takut terkena senapan. Jalanan lengang bahkan jika pria itu ingin tidur nggeletak disanapun ga akan tertabrak – saking jarangnya kendaraan melintas. Semua sudah mengurung driiri dalam rumah masing-masing akibat pandemic.

            Lelaki itu tahu bahwa banyak larangan untuk keluar rumah tersebar di berbagau media. Mulai dari koran bekas, televisi warung yang tak sengaja dia lihat, hingga obrolan para warga yang melintas. Semua membicarakan tentang penyakit itu, dan semua sadar dan takut jika tertular penyakit itu. membela diri dengan menutup diri di rumah, pemerintah menyarankan untuk work at home, stay at home, productive at home dan berbagai semboyan yang memaksa masyarakat untuk tidak keluar. Supaya penyebarkan virus tidak semakin mewabah. Gelandangan itu tahu, gelandangan itu juga paham. Tapi apa daya, mengurung diri dirumah sama saja bunuh diri, meski toh tidak terkena penyakit juga bakalan mati kelaparan karena tidak mendapat asupan nasi.

            Pria itu masih berjalan lurus, mengumpulkan tiap bongkahan sampah yang ada disekitarnya. Peluh dan bau sudah tidak digubris. Virus apapun sudah di abaikan. Asalkan bisa hidup dengan berjuang itu lebih baik ketimbang berdiam diri.

“woi, jangan masuk area ini, kami sedang melakukan Lockdown di desa kami!” bentak warga kapling.
Tidak hanya disini, banyak teriakan juga didapat di berbagai kapling yang ingin pria krempeng itu masuki. Tapi tak masalah, masih banyak tempat lain yang menyediakan sampah untuknya.

Aku menghembuskan nafas berat…

            Melihatnya saja sudah merasa kasihan – Tiap hari menatap dari dalam jendela kamar – pemulung itu lekas berlalu meninggalkan tempat. Berlabuh ke tempat lain untuk mengais sampah.

“le, jangan lupa kalo ada tugas atau kuliah”
“iya buk” sahutku dari dalam kamar.

Kembali menatap layer smartphone, sebentar lagi waktunya kuliah online. Aku sama sekali tidak memperhatikan berapa kali absen yang sudah terlewat. Tak peduli lagi berapa nilai IP semester yang akan di dapat sekarang. Asalkan semua matkul lulus, itu sudah lebih dari cukup. Lagian aku belum bisa maksimal melakukan metode ini. Mesti terlihat mudah namun ternyata menyesuaikan perkuliahan ini lebih sulit dari yang dikira. Mulai dari jadwal yang tidak teratur hingga kadang ketiduran saat kelas berlangsung.

            Apalagi niat di dalam diri juga belum terbangun menambah kemalasan Ketika melakukan apapun. Entah itu tugas, organisasi, maupun kegiatan rumahan. Semua dilakukan melalui rebahan. Sambil sekali menatap keluar jendela melihati mereka yang masih pontang-panitng bertahan hidup di luar sana. Melakukan cara apapun untuk bisa mengisi perut mereka.

“bro, nanti kalau sudah selesai bagi tugas ya”

WhoApp Kembali berdering. Temanku ini memang selalu mencari jawaban di berbagai tempat termasuk aku. Yah aku memang tergolong cepat Ketika melakukan sesuatu. Hal itulah yang bisa membuatku malas sampai mendekati deadline.

“ya, kalo beres, ga janji” timpalku seadanya.

Kehidupan yang dimulai dirumah, aku hanya bisa merasakan betapa sepinya karena tiap hari harus mendekam disini. Tidak merasakan susahnya mereka yang masih berkeliaran di luar untuk mencari pundi rezeki.

            Melihat berita isinya hanya tentan covid. Yang trending-trending juga berbagai macam hal konyol, tidak mendidik, dan tidak penting. Tidak ada sesuatu yang menggugahku. Tak ada siaran piala Euro yang mungkin bisa kami sekeluarga nikmati selama puasa andai wabah tidak terjadi. Bisa melihat anime launching tepat waktu, bisa nongkrong bareng temen. Para pekerja harian juga dapat asupan gizi, dan PHK besar-besaran tidak akan terjadi.

“tapi aku percaya segala hal pasti ada hikmahnya” balas seseorang Ketika melihat status galau ku di whoapp.
“hee, memang apa hikmahnya?”
“do’a-do’a mereka yang suka rebahan terkabul”
“montoon bercanda”
“haha, dari dulu lu juga sama kan pasti berharap bisa libur Panjang dikala kesibukan kuliah”
“iya sih pernah”
“nah itu salah satu hikmahnya, kita dibuat merasakan libur panjang”
“tapi tetep aja nyesek kalo tugasnya bejibun kek gini. Pamadatan kuliah dll”
“haha, nikmati aja boss. Mungkin juga hikmah supaya lebih dekat dan bisa sharing-sharing bareng keluarga. Udah lama kan lu ga di rumah”

Aku hanya bisa membalas emoticon senyum. Sudah terlalu lama aku tidak tinggal dirumah hingga melupakan nama beberapa orang di sekitar tetangga rumah.

            Apa yang bisa dilakukan dirumah selain menganggur seharian. Bertingkah seolah produktif tapi nyatanya selalu mencuri waktu untuk bermain dan membuang waktu. Masa yang begitu mencekam dimana hampir segala sesuatu tidak bisa dilakukan. Hanya berbekal jaringan, mau tidak mau banyak orang mulai berpikir dan harus berubah demi mengarungi kehidupan secara maksimal.

“dimasa peralihan seperti ini aku tidak bisa betah dirumah. Tugas menggunung bahkan sampai tidak bisa mengikuti proses belajar perkuliahan”
“meski ada saja orang yang masih betah dan berusaha keras mengikuti kelas”
“aku bahkan sampai lupa rasanya hari minggu, karena kesannya semua hari itu seperti libur”
“gila aku ketinggalan banyak tugas”
“ya ampun kenapa ga ada yang pc aku siang tadi, aku ketiduran ga ikut kelas!”

Grub Whoapp mulai ramai.

Beberapa orang merasa tidak terima Ketika diwisuda online, beberapa juga harus melewatkan momen penting kelulusan SMA dengan wisuda online. Rapat online, organisasi online, kajian online. Tapi itulah yang terbaik yang bisa dilakukan sekarang.

“apa yang harus kamu lakukan sekarang?”
“adaptasi”




Jepara, 30 April 2020

MHA 


Selasa, 28 April 2020

Pandemic Covid 19




            Apa yang bisa dilakukan dirumah? Awalnya cukup senang dengan situasi ini, apalagi di surat edaran pertama tersedia waktu dua minggu sehingga bisa digunakan untuk pulang kampung. Saya pikir wabah ini memang hanya sementara terjadi dan setelah dua minggu perkuliahan akan berjalan seperti biasa. Namun takdir berkata lain. perpanjangan masa waktu untuk berkuliah di rumah terus di perpanjang. Hingga satu semesester ini harus saya rasakan untuk berkuliah full dirumah hingga semester ini selesai.

            Well, memang semula terasa menyenangkan karena tidak harus mandi, bersiap menyalakan motor, dan pergi ke kampus. Cukup rebahan sambil melihat dosen di zoom, mengerjakan tugas di leptop, atau sekedar menyimak perkuliahan di WAG.

            Tapi lebih dari itu, lama-lama terasa sangat membosankan apalagi di rumah bawaannya selalu males dan tidak produktif, saya takut hal ini akan berimbas ke hal yang lebih besar dan menjadi kebiasaan di masa depan. untuk itu berkenaan sekarang memasuki bulan Ramadhan beberapa waktu yang semula luang bisa diisi dengan agenda meningkatkan amal. Namun itu juga belum cukup. Karena perkuliahan juga akan dipadatkan menjadi tanggal 22 mei, serta organisasi yang sudah menuntut untuk berperan aktf di berbagai media online. Semua hal itu harus bisa teratasi. Meski tubuh memang menjadi sangat malas untuk bergerak menyelesaikan semuanya.

            Dari sini mungkin saya masih bersyukur, walau dirumah kebutuhan dasar masih bisa terpenuhi dengan baik. Tak bisa membayangkan betapa susahnya para pekerja harian di luar sana yang sekarang tengah kelaparan di tengah pandemic.

            Salah satu hal yang bisa saya lakukan adalah terus belajar dan berkembang. Meski tubuh terasa jenuh karena hanya berlabuh pada satu tempat. Melihat betapa susahnya di luar sana mungkin bisa memantik semangat yang luntur. Sebisa mungkin pulih bersamaan dengan peningkatan amal di bulan Ramadhan.

            Pemerintah sudah menghimbau supaya masyarakat tidak bepergian kecuali agenda yang sangat mendesak. Saya bisa rasakan itu terutama di daerah zona merah yang mereka selalu was-was jika ingin keluar. Tidak di sini – saya berada di zona hijau – yang para anak kecil masih bebas bermain di luar sana. Tapi kekhawatiran saya tidak berlaku bagi mereka yang membangkang dan merasa kuat untuk bermain dan ngerumpi di luar Bersama teman-teman.

            Saya bukan anak rebahan atau anak yang betah tinggal di suatu tempat. Saya akan merasa sangat lemah Ketika melakukan hal itu. bisa dilihat sekarang perut saya sudah mulai membuncit dan kurang berolahlaga, padahal asupan ke dalam perut begitu banyak melebihi batas tenaga yang dikeluarkan.

            Terlepas dari konspirasi dari berbagai media bawah tanah yang mengindikasi jika semua ini adalah ulah elite global. Saya memang memikirkannya Cuma fokus harus tetap kepada pengembangan diri. Untuk itu sekaranya saya harus membuat procedure apa yang pantas untuk saya lakukan kedepan dan merencanakan Kembali hidup saya jika hal buruk terjadi dan masa penangguhan stay at home di perpanjang hingga akhir tahun. Semoga kita semua lekas bisa selamat dan keluar dari situasi pelik ini.