Dia bernama Mulyana. Seorang anak yang selalu dipenuhi optimisme. Baginya, segala sesuatu mungkin saja dilakukan—apa saja, dimana saja, kapan saja, dan tanpa sajak. Selalu berkeinginan untuk terus bertumbuh di masa depan. Menjadi orang sukses yang dapat membantu banyak orang. Hidup seperti layaknya fyp tiktokers yang hilir mudik membanjiri generasi baru-baru ini. Berharap setelah lulus sd terus masuk smp, kemudian masuk sma atau smk, lanjut kerja, terus nikah, lanjut kuliah sampai s3, kemudian sukses lalu menghasilkan banyak uang dan menjadi investor sukses dan dikenal dunia. Sungguh sebuah kehidupan anti lika liku, anti musibah dan ujian, anti gagal dan menderita. Kehidupan lempeng yang dibayangkan kebanyakan anak-anak SD jaman now. Yang saat ini sudah terlintas di benak Mulyana, seorang anak polos yang baru menginjak SMP kelas 3.
Raut muka Mulyana sangat sumringah, membikin sebuah buku untuk mengenang tujuan yang akan di gapainya. Mencoret-coret tanpa pandang bulu apa yang akan dilakukan di masa depan. Lalu dengan antusias dan semangat tinggi mencoba menggapai asa yang sudah digariskan oleh potlot inul daratistanya. Dirinya pajang coretan itu di dinding. Supaya bisa dilihat tiap hari yang kemudian dicapai di masa depan.
“wah pintar anak ibu. gedenya mau jadi insinyur” sahut Anairy, ibu dari sang anak bernama Mulyana.
“iya buk. kata guru dan motivator di sekolah kita harus bermimpi setinggi langit. supaya kalau jatuh kita akan tetap berada di bintang-bintangnya” jawab Mulyana dengan mantap.
***
Sampai akhirnya Mulyana masuk SMA. Di sekolah Dia memang bukan siswa paling pintar, namun keuletan membawanya untuk terus berjuang merubah nasib keluarga yang kini berposisi di gelandang menengah kebawah.
“aku harus jadi orang sukses kedepannya itu cita-cita saya bu” hentak Mulyana ketika Bu guru menanyakan cita-cita kepada para murid yang lain.
“iya bagus Mulyana, lalu apa saja yang akan kamu lakukan untuk menjadi orang yang sukses?” lanjut Bu guru
“saya bisa melakukan apa saja bu. untuk sekarang saya sudah merencanakan jalan kesuksesan dengan terus mencoba tanpa kenal lelah. merancang rencana sampai 50 tahun kedepan” tegas Mulyana.
SMA Negeri 1 Berpyutar merupakan salah satu sekolah paling eksis se seantero wakanda. Ekstrakulikuler di sekolah ternama itu ada sekitar 15. dan Mulyana tidak tanggung-tanggung mengikuti 10 proyek ekstrakulikuler tersebut.
“gila kamu, masak kamu mau sikat semuanya?” Yuno tercengang mendengar kabar tersebut.
“seriusan Mulyana? wah hebat kamu, serba bisa pokoknya” Puji seorang cewe bernama Ningtyas.
“hehe, selagi diri masih bernafas, selagi kaki masih berdiri, semua harus dilakukan tanpa pandang bulu” sahut Mulyana dengan pede nya.
“wah mantap, aku aja cuma ikut 1 les bahasa inggris” sahut Martin Parjo
“aku malas ikut beginian. mending di rumah main mobil wijen dan Humor of Kingdoms” sahut yang lain bernama Sehla.
Mulyana merupakan seorang anak yang mandiri, meski dia mandiri tapi ternyata rekeningnya adalah bank BCA. Dia sangat rajin menabung untuk masa depan. Menurut tutorial youtube, salah satu tingkat kesuksesan meningkat di masa depan adalah pandai mengontrol pengeluaran dan selalu menyisihkan uang untuk di tabung. Kedua orang tuanya tidak sempat mengajarkan perihal kehidupan karena masih terlalu sibuk mengais rezeki. Melihat anaknya cukup makan, kebutuhan sekolah dan sangu terpenuhi itu sudah lebih dari cukup untuk menuntaskan tanggung jawab mereka sebagai seorang tua.
Bel sekolah berbunyi. minggu-minggu berat dilalui Mulyana dengan semangat membara, melibas all konten dan all event yang diadakan di sekolah. Mengikuti segala kegiatan ekstra kurikuler maupun Defisit kurikulum. Membangun impact besar dan membranding dirinya yang kini akhirnya dipercaya menjadi ketua osis di sekolah saat kenaikan kelas 2 SMA.
Mulyana naik ke panggung dengan gagah dan percaya diri. Pandangannya memutari para audiens yang menghadiri pelantikan Mulyana. Mulut nya bersiap, mencoba memikirkan kata-kata elok nan elekgan untuk bisa dikenang oleh ratusan siswa antusias yang berada disini.
“tenang saja pak kepala sekolah, saya sudah ada disini!” jawab Mulyana kepada para hadirin di sekolah. Disambut riuh tepuk tangan para penonton.
“kalau ada geng atau sesuatu yang menyimpang di sekolah ini. AKAN SAYA LAWAN!” tambahnya membuat headline sekolah saat itu menjulukiNya sebagai ketua osis yang merakyat dan mengayomi sampai rela masuk gorong-gorong sekolah hanya untuk meneliti jumlah ikan air tawar yang nyangkut di sana saat hujan mendera.
Keberjalanan mengesankan saat SMP dan SMA membuat Mulyana dicintai oleh guru-guru sebagai seorang yang berprestasi. Memiliki keuletan tersendiri bahkan disinyalir menjadi orang hebat di masa depan. Namanya menggema dan menjadi inspirasi dan idola bagi siswa baru yang baru masuk di sekolah itu.
“wah kak mulyana. aku ngefans banget sama kamu” sahut seorang perempuan kpops yang memiliki buku bersampul Sasuke.
“aku juga, tolong ajari aku supaya bisa jadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara” sahut seorang bertubuh gagah dan perkasa, rupanya Dia selalu melakukan push up 100x pull up 100x dan lari 10 km setiap harinya. Namun dengan apa yang sudah dia lakukan, dirinya masih tetap merendah kepada kakak tingkatnya bernama Mulyana.
“sing tenang. Satu-satu. Semua ada jalurnya. tergantung kamu mau jalur mid line, gold line, atau expi line hahahaha” kata Mulyana sontak lawakannya membuat yang lain ikut tertawa.
***
Mulyana mengernyitkan dahinya. Tak habis pikir dengan pemikiran kebanyakan temannya untuk merajut kehidupan di masa mendatang. Sama sekali tidak mempersiapkan apapun. Cuma sedikit dari mereka yang sadar dengan terpaan yang akan mereka hadapi di masa depan. Mereka membikin geng nakal yang kerap masuk ruang BK berkali-kali. Menyontek saat tugas maupun ketika ujian berlangsung. Pacaran sudah seperti sunnah muakkad, bahkan jumlah sholat tak sebanyak jumlah mantan dalam kehidupan mereka. Wajib hukumnya bolos seminggu sekali tanpa alasan apa pun. Mulyana hanya bisa menggeleng, berharap nasibnya di masa depan tidak seperti teman-temannya yang sudah hancur terdistorsi oleh kebodohan duniawi. Dirinya ingin fokus menatap masa depan dengan pasti, kemudian berharap masa depan cerah akan menyelimutinya nanti.
Teman-temannya di sisi lain, memiliki pandangan yang sangat berbeda. Mereka tidak begitu peduli dengan pelajaran. Bagi mereka, cukup mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sudah lebih dari cukup. "Kuliah? Terserah, yang penting diterima," begitu ujar salah satu teman Mulyana saat membicarakan masa depan. Sementara itu, Mulyana telah menetapkan ambisi tinggi. Dia sudah bermimpi untuk masuk ke jurusan terbaik di universitas terbaik di Indonesia.
Namun, Mulyana tak bisa menutup mata pada realitas sekitarnya. Sering kali dia merasa terisolasi oleh ambisinya sendiri. Saat teman-temannya tertawa dan bercanda tentang keinginan mereka yang minimalis, Mulyana merasa seolah menjadi orang asing di tengah-tengah keramaian. Dia merasa sendirian dalam perjalanannya, namun dia yakin bahwa ini adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan.
***
Waktu berlalu, benalu mulai merayap menyusuri dahan pohon mangga yang mulai berbuah. Pohon itu tumbuh besar diselimuti ranting dan dedaunan lebat. tak terasa 9 tahun sudah berlalu, usia Mulyana kini menginjak 25 tahun, waktu yang tepat untuk merintis untuk membabi buta merangsek segala tujuan yang sudah di buat di masa lalu. tapi…
"Apa ada yang salah?" pikir Mulyana dalam hati. Tatapannya kosong memikirkan apa yang sudah ditempuh pada titik ini.
dirinya tak bisa mengerti dengan apa yang sedang dirinya hadapi. Sebuah kebingungan karena apa yang menjadi tujuannya tidak satupun yang terlaksana.
“APA-APAAN INI!” jeritnya, sesekali mengigau tak menentu di dalam kamar kosan.
sepersekian waktu keberjalanan hidupnya, Mulyana dengan mata kepala sendiri, menyaksikan satu per satu teman-temannya sukses dalam jalur mereka masing-masing. Temannya yang jago main futsal meski sering bolos, kini sudah menjadi bagian dari timnas U-23 dan bermain di panggung internasional. Teman lainnya, anak dari keluarga kaya yang suka duduk di belakang kelas, berhasil menjadi manajer di perusahaan ayahnya berkat "orang dalam". Seorang teman yang dikenal nakal dan judes, namun pandai bergaul, kini mondar-mandir ke luar negeri dengan lancar berbahasa Inggris. Bahkan temannya yang pendiam kini telah menguasai ilmu komputasi dan bekerja sebagai teknisi serta IT di perusahaan besar di Jakarta.
Mulyana hanya bisa tersenyum kecut. Semua yang dulu dianggapnya tak serius, kini telah melangkah lebih jauh darinya. Dia merasa ditinggalkan, seolah seluruh dunia bergerak maju sementara dirinya terperangkap dalam waktu.
Di kamar kecilnya yang pengap, ia menatap dinding. Ada secarik kertas lusuh yang tertempel di sana, penuh debu. Itu adalah daftar tujuan hidup yang pernah dia buat bertahun-tahun lalu, ketika optimisme dan semangat masih memenuhi dadanya. Tulisan-tulisan itu kini tampak seperti sisa-sisa mimpi yang memudar.
"Apa yang terjadi dengan semua ambisiku dulu?" bisiknya pelan, hampir tak terdengar. Dia ingat betapa kerasnya dia berusaha, tetapi kini dia tak kuasa melawan kenyataan. Teman-temannya yang dulu dipandang sebelah mata, kini sudah berada di puncak karier mereka. Sedangkan dia, meskipun pernah punya rencana yang jelas, justru terjebak dalam lingkaran kegagalan dan penyesalan. Sebuah perencanaan yang kini menjadi wacana.
Tangerang, 9 September 2024
Muhammad Habib Amrullah