Saya lupa kejadian hari tersebut. Mungkin lebih tepatnya ketika libur kenaikan kelas. saat itu, aku pulang ke rumah telat. Karena sebagian hari libur saya habiskan di Sukoharjo dan Wonogiri. Mungkin saya balik kerumah di Bangsri waktu itu tanggal 28 Juli, jam 3, lebih tepatnya jam tiga lebih seper-empat.
Saya membaca sebuah buku yang berjudul “berfikir tanpa berfikir”. saat di toko buku, saya sangat tertarik dengan judul buku itu. dalam benak saya berkata “mana ada orang bisa berfikir tanpa berfikir”. dari awal sebenarnya saya sudah tau maksudnya. Yaitu pasti berhubungan dengan gerak ‘refleks’ dan berpikir cepat. Dan tentu saja saat saya membaca buku itu. dugaan saya selebihnya benar. Di dalam buku itu di jelaskan bagaimana orang bisa mendapatkan kemampuan mengamat dan menyimpulkan suatu persoalan dengan cepat. Tanpa perlu menggunakan waktu yang terlalu lama dan memakan biaya. Bukan berarti tanpa resiko. Ada resikonya. Tapi meski isinya memang menarik. Tapi yang saya dapatkan dari buku itu hanyalah Kisah-kisah seseorang yang mendapatkan pemikiran itu. tentu saja para ahli-ahli di bidangnya. Dan jujur, tidak sedikitpun membuat saya bisa berfikir tanpa berfikir. (selebihnya saya banyak berfikir untuk memahami isi buku tersebut) Saya hanya bisa memahaminya saja. Padahal buku tersebut setebal lebih dari 600 hal.
Tapi
saya sedang tidak membahas tentang isi dari buku itu. Dan saya juga tak asal
membeli buku itu. walaupun yang saya dapatkan dari buku itu hanya sedikit.
mungkin bisa jadi buku itu sangat berat bagi saya, sehingga banyak makna
tersembunyi yang tidak bisa saya pahami. Jadi, yang ingin saya bahas adalah,
kesuksesan buku ini menjadi buku “Best Seller”. Mungkin ketika anda sempat
menemui buku ini dan membaca isinya. Kurang lebih anda akan berfikir “kenapa
buku yang isinya amat berat ini, dan tidak bisa membuat saya berfikir tanpa
berfikir, hanya sekedar memahami, bisa menjadi Best Seller?” saya juga pasti
akan bertanya “kenapa ANDA membeli buku itu?”
Ini
adalah masalah yang terjadi yang di proses otak sepersekian detik. Bahkan mili
detik disaat anda melihat buku itu di toko buku. Dari berbagai judul. Kenapa
anda memilih Judul itu. lalu, diantara sekian banyak penulis. Mengapa anda
memilih penulis yang sudah terkenal, mengapa anda memilih buku yang sudah tercantum
kata “Best seller” disampul bukunya? Itu sebenarnya adalah sebuah respon otak
kita yang bekerja secara spontan, Sehingga bisa menarik anda untuk membeli buku
tersebut. jadi pada intinya. pengaruh seseorang saat melihat pertama kali
sebuah buku yang menurutnya sangat berkesan, sangat membuat penasaran adalah
kesimpulan dari otaknya? Apakah dia berfikir? Tentu dia berfikir. Tapi tak
selama dengan orang yang sedang menganalisa. Seumuran saya hidup, saya tak
pernah melihat ada orang membeli buku,lalu menganalisanya dulu sebelum membeli.
Pasti mereka melihat, berpikir cepat, jika tertarik, langsung embat. (tapi
sebelum itu jangan lupa di bayar...) Begitulah efek Dahsyat dari pandangan
pertama seseorang menilai suatu barang.
Dan
tentu itu juga turut berlaku bagi manusia. Sebelum saling menyapapun, biasanya
seseorang didalam pikirannya sedang memikirkan orang yang sedang dilihatnya. Jika
dia memakai celana jeans bolong di tengah, terus menggunakan jaket kulit
biawak, dengan tindik yang menghiasa wajahnya. Pasti orang yang melihat akan
berpikiran jika dia bukan orang baik-baik
0 komentar:
Posting Komentar