Di
pagi menjelang siang yang terik. Suasana riuh klakson terdengar bergantian
memekakkan telinga. Di sepanjang trotoar. Salah seorang yang mengenakan
jas kantoran dengan langkah cepat, berjalan mengejar waktu agar dirinya tidak
terlambat. Lalu entah sadar atau tidak, dia membuang sebuah botol isotonik yang
baru saja di tengguknya ke jalanan. Orang di belakangnya yang tidak terima
dengan apa yang dilihatnya, langsung menegur pria ber jas itu.
“eh,
pak pak pak. Tunggu!” sahut Parjan.
Pria
yang membuang sampah sembarangan itu menoleh ke arah Parjan
“ada
apa?” alisnya bersungut, dari gerakannya tampak sekalipun ia tak ingin membuang
waktu.
“apakah
bapak sadar dengan perbuatan yang bapak lakukan?”
“saya
berjalan ke kantor saya” sahutnya, ringkas.
“bukan....
bukan itu, selain itu”
“saya
kentut semenit yang lalu”
“Bukan
lagi... sesudah itu”
“emh...”
Bapak itu berpikir lama sampai kesabaran Parjan habis. Padahal sudah jelas
bahwa bapak tadi telah membuang sampah sembarangan.
“begini
pak, bapak itu tadi” kata Parjan setengah menjerit “membuang sampah tidak pada
tempatnya”
“lalu
apa masalahmu?”
“Justru
itu masalah bagi saya, dan jutaan warga negara indonesia lainnya. Berkat bapak.
Tiap tahun kita selalu dilanda kebanjiran” Tegas Parjan
“lho
lho lho kok. Saya tok yang disalahin. Lihat tuh... itu.... itu juga” sambil
menunjuki sampah-sampah yang berceceraan di mana-mana. “liat. Bukan Cuma saya
tok. Banyak orang yang membuang sampah sembarangan”
“dibilangin
kok malah ngeyel. Bapak ini lho yang tertangkap dengan mata kepala saya
sendiri, telah membuang sampah sembarangan. Nggak mungkinlah saya kagebunshin
(jurus seribu bayangan) terus niteni setiap orang yang membuang sampah
sembarangan!”
“Kayak
bapak sendiri nggak pernah mbuang sampah sembarangan aja. Sadar diri pak. Bapak
juga pernahkan, membuang sampah sembarangan!?”
“enggak
pernah”
“bohong!”
“Beneran!”
“jangan
coba-coba bohong. Allah maha melihat”
“yah...
satu dua kali seminggu sih” sambil garuk kepala
“tuh...
bapak sendiri saja mbuang sampah sembarangan, malah sok-sok’an ngandani
orang yang mbuang sampah sembarangan. Sadar diri pak. Jangan jadi orang
munafik”
“tapi
sekarang saya sudah insyaf pak. Bapak ini lho, tadi mbuang sampah sembarangan”
“Insyaf
apaan. Nanti kalau lupa juga diulangi lagi. kalau Cuma insyaf, saya sekarang
juga bisa insyaf”
“tapi
kan insyafnya duluan saya. Bapak dibilangin kok malah balik mbilangin”
Lalu
keduanya gelut.
Mereka saling adu jotos dan adu
sepak. Orang-orang di sekitar tak ingin melewatkan peristiwa yang jarang
terjadi ini. Sebagian merekamnya untuk ditaruh di instagram. Tak ada yang
melerai. Justru penonton semakin ramai. Dalam sebuah kota bernama Solai.
Petugas sedang menyebul peluit untuk mengatur para pengendara motor agar
tertib. Pak polisi saat itu penasaran dengan kerumunan massa yang bergerumul di
trotoar. Mungkin itu juga salah satu penyebab kemacetan. Lantas pak polisi itu
memberikan peluit bekas mulutnya kepada temannya yang berada di tenda pos
kepolisian.
“ganti
kamu yang ngatur. Saya mau ngurusi yang disana”
Temannya
tanpa bertanya dengan sigap mengangguk. Lalu pak polisi itu dengan cepat
menyeberang jalan dan menuju kerumunan itu. orang-orang yang tau jika ada
polisi langsung bubar tanpa di apa-apain.
Pak polisi amat tercengang setelah
berada di tempat kejadian, Melihat dua orang yang babak belur karena sedang
berkelahi. Mereka berdua sudah terlihat lelah. Dan hidung keduanya sudah
mengeluarkan cairan merah.
“Kalian
Kenapa bisa berantem disini!! Apa kalian nggak malu sama orang-orang yang
meng-upload video berantem kalian!” pak polisi menghardik dengan suara intonasi
tinggi.
“dia
yang mulai pak. Dia munafik!”
“oi,
kamu duluan yang membuang sampah tidak pada tempatnya!”
“dia
juga mbuang sampah sembarangan pak!”
“dia
juga kentut sembarangan pak polisi!”
“DIAMM!!!”
polisi itu berteriak keras. Membuatnya menjadi pusat perhatian kembali.
Sehingga kemacetan dijalanan bertambah lagi. karena banyak orang yang mulai
penasaran, lalu mulai memperlambat laju kendaraan.
“Sudah-sudah.
Perkara seperti ini, sebaiknya kita selesaikan di pos polisi. Mari ikut saya
kesana”
“tapi
pak. Saya mau berangkat kerja. Gaji saya bisa dipotong 10.000 pak kalau
terlambat satu menit. Itupun berlaku kelipatan” sang pekerja kantoran berusaha
mengiba, namun hati pak polisi itu sama sekali tak tergelitik untuk ter-iba.
Dan tetap menyuruhnya menyelasaikan kasus ini di pos polisi. Dan setelah
melewati perdebatan yang tidak begitu panjang. Akhirnya mereka sama-sama ridho
untuk digiring ke pos polisi yang ada di perempatan itu.
Sesampainya di pos polisi. Merekapun
duduk di sebuah kursi yang telah di sediakan. Pak polisi itu juga duduk di
antara keduanya. Bapak-bapak kantoran itu tak henti-hentinya memelototi Parjan.
Bapak itu sangat marah karena si Parjan telah membuang waktunya yang sangat
berharga dengan percuma. Parjan yang tahu jika sedang di plototi memilih untuk
mengalihkan pandangan ke arah lain sambil bersiul meniru bunyi kicauan burung
di pagi hari.
“ehm.
Jadi, saya mau bertanya pada anda duluan” kata pak polisi sambil menepuk
punggung Parjan “ada masalah apa yang membuat kalian bisa berkelahi di tempat
umum seperti itu?”
“begini
pak, tadi saya melihat bapak ini sedang membuang sampah sembarangan, lalu saya
menegurnya. Eh, dia malah marah-marah dan balik negur saya. Kan rancu, jelas
itu membuat saya nggak terima dong pak. Sebagai manusia yang cinta kebenaran
dan membenci kedzaliman. Dan selalu mengamalkan ‘Amal ma’ruf nahi munkar. Maka
dari itu saya ingin membenarkan kesalahan-kesalahan yang ada di hadapan saya”
“hei,
sadar diri! Kamu juga sama! sok negur-negur orang. Padahal kamu juga pernah
buang sampah sembarangan!” bentak si bapak berdasi.
“tapi
kan, saya sudah insyaf pak”
“insap
gundulmu. Kalau begitu sekarang saya juga bisa insap”
“insyaf
pak, bukan insap”
“bodho!.
Penting pelafatannya sama! sok-sok’an ngandani lagi”
“bapak
ini. dengarkan dulu. saya ini sebagai seorang yang insyaf duluan. Berkewajiban
menginsyafkan orang yang belum insyaf. Jadi bapak saya bilangi agar insyaf
lillahi ta’ala. Jangan asal insap-insup. Tapi insyaf beneran”
“saya
nggak bakalan mau insap kalau anda belum merubah perilaku anda!”
“sudah
sudah!. Ribut lagi. tenang, segala permasalahan itu harus di selesaikan dengan
kepala dingin. Mengerti!” kata pak polisi. Kedua orang itu meng-iyakan dengan
memberi isyarat anggukan.
“lalu
dari bapak sendiri pak....”
“Eric”
“ya,
pak Eric. Apa yang membuat anda berkelahi dengan pak Parjan ini?”
“Soalnya,
orang ini bikin geregetan pak. Sok ngandani saya. Padahal dirinya sendiri juga
melakukan”
“tadi
kan sudah saya jelaskan...” Parjan menyanggah
“Sudah
cukup!” Pak polisi lekas memutus dialeg Parjan. “jadi begitu” pak polisi sudah mengetahui
inti dari permasalahan kasus ini.
“jadi
begini saja. Pertama pada Pak Eric, tolong lain kali jangan membuang sampah
sembarang. Dan untuk Pak Parjan, sudah bagus menegur orang yang salah. Tapi
anda harus sadar diri untuk tidak melakukan hal itu juga. Kalian berdua
mengerti” kedua orang itu mengangguk bersama.
“nah,
sekarang salaman. Kalian berdua harus saling maaf-maaf’an” ke dua orang itu
saling lirik. Mereka berdua masih tampak kesal antara satu dengan yang lain,
sehingga enggan untuk segera bersalaman. Tapi karena desakan polisi. Akhirnya
mereka pun bersalaman juga. Lalu keduanya pergi meninggalkan Pos polisi itu
dengan perasaan setengah lega.
Jalanan tampak lengang dan lancar.
Para pengendara sudah sampai ke tempat
tujuan masing-masing. Teman pak polisi yang juga bekerja sebagai polisi tadi
sudah lelah mengatur para pengendara semenjak tadi. dan kini dia bisa
beristirahat dan bersantai di dalam pos polisi di dekat perempatan itu.
“Haduuuh
cuapeknyaa.....” keluhnya “apa setiap jam kerja harus selalu macet seperti ini
sih” pak polisi itu menyeka peluh yang ada di dahi. Keringatnya berjatuhan
menghantam bumi. Sebagian lagi dengan titisnya mengahantam semut yang sedang
ada di bawahnya. Sehingga membuat semut itu mati karena terkontaminasi. “lalu,
bagaimana dengan kedua orang tadi yang engkau urus” tanyanya pada polisi
temannya.
“udah
beres” katanya sambil mengemut permen sunduknya.
“masalah
mereka memangnya apa pak?”
“cuman
sepele kok. Ada orang yang buang sampah sembarangan”
“oh
begitu”
Udara panas yang menyergap dari luar
tertepis oleh putaran kipas angin yang berputar di dalam ruangan pos polisi.
Awan jarang terlihat dilangit. membuat langit cerah biru terbentang luas tak
terkira jauhnya. Sebuah bis kota menurunkan penumpang. Ada sebuah genangan
comberan yang tak sengaja terinjak oleh penumpang. Pedagang asongan berebut mencari
pembeli. Menawarkan dagangannya yang entah masih bagus atau sudah basi. Tapi
begitulah yang sering terjadi. walau tak pernah di ketahui, tapi terkadang itu
sangat penting untuk dikaji. Di lain sisi. pak polisi itu telah selesai
mengabiskan permennya. Dan entah sadar atau tidak. Dia membuang sunduk permen
itu di sembarangan tempat.
M
Habib A
Kartasura,
1 Juni 2016