Pagi ini, kebanyakan orang sudah
terbangun dari tidur, mimpi-mimpi yang tercipta menguap di udara, lalu terlupa
oleh ingatan. Pagi ini, segala aktivitas sudah mulai dikerjakan. Hening dan
sepi yang terasa tadi malam. Kini sudah mulai terisi oleh suara bising knalpot
kendaraan. Semua bangun. Semua tersadar. Setelah puas mengistirahatkan badan,
kini waktunya melanjutkan rutinitas sehari-hari. Untuk mencari nafkah, untuk
belajar, untuk bermain dan bercanda, untuk membersihkan selokan yang mampet,
dan juga untuk-untuk yang lainnya. Semua akan bermulai. Di pagi hari ini.
Pagi ini, seorang murid tak sengaja
menyandung batu. Untung saja dia mengenakan sepatu, sehingga hanya mengalami
terjatuh. Pagi ini, ada kecelakaan di perempatan jalan itu. alasannya
mengantuk. Karena semalaman orang itu mengerjakan skripsi, sehingga tidak bisa
tidur. Pagi ini, si Jaki mengenakan kaos kaki yang belum dicuci selama enam
bulan. Membuat bau seisi ruang kelas seperti kandang kambing, bisa dilihat dari
teman sebelahnya yang sudah sakau menahan tengik. Pagi ini, banyak nyawa
anak-anak di bagian dunia lain melayang. Terkena hantaman roket, artileri, dan
berbagai senjata pemusnah lain. Pagi ini, seorang ibu memarahi anaknya yang
malas bersekolah. Pagi ini, pengemis yang magang di lampu merah itu menghilang dari
tempatnya. Pagi ini, matahari terbit di sebelah timur. Pagi ini, pagi yang cerah
menjemur jemuran.
Pagi ini, aku menulis Cerpen ini.
dan di waktu yang sama. temanku masih ada yang mandi. Ada yang sarapan pagi.
Kucing mengeong meminta teri. Lauk kami pagi ini. langit cerah dan matahari
menyinari. Membuat tumbuhan-tumbuhan melakukan reaksi Hill.
Karena alarm mati. Seseorang bangun
pada waktu siang hari. Dia tidak bisa merasakan indahnya pagi. Dia pun
menangis. Bukannya menyesal karena tidak bisa melihat pagi. Tapi karena lupa
seragam sekolahnya belum di cuci.
Anjing menggong-nggong mengoyak maling. Maling lari terbirit-birit.
Tersadar jika hari sudah pagi. Dan dirinya sudah kesiangan untuk mencuri.
Pagi, kehadirannya selalu di nanti.
Dimana impian baru akan tercipta, menggilas impian lama yang sudah berkarat
oleh arus laju zaman.
Aku disini, dia disitu. Aku disana, mereka kemana. Angin kemana,
air disitu. Setan disini, membisikkan hal itu. ranting disana, embun kesana.
Malaikat disini, mencegah untuk melakukan itu. apa itu? entahlah. Yang jelas,
disana tidak ada itu. mata terbuka, hati terketuk. Seorang yang buta, masih
bisa bersyukur. Kenapa bersyukur? Karena masih bisa merasakan sejuknya pagi.
“pagi
bro”
“pagi
juga”
“gimana
PR fisika mu?”
“belum
aku kerjakan. Kalau kamu?”
“udah
aku kerjakan. Tapi ketinggalan dirumah”
“enggak
kamu ambil”
“nggak
usah. Aku baru mengerjakan satu soal kok”
Di
belahan pagi lainnya.....
“selamat
datang di BetaMaret. Selamat berbelanja....”
“hmmm”
“beli
pulsanya sekalian”
Pria
itu menggeleng.
“ada
bonusan beli satu dapat dua. anda ingin rokok rasa apa?”
“rasah
mbayar...”
Di
belahan pagi lainnya.....
“bank
ini penjagaanya sangat ketat. Butuh strategi jitu untuk bisa mengambil uang
dari dalam brangkasnya”
“betul.
Tapi ngomong-ngomong, tempat diskusi kita sepertinya salah tempat bos”
“kenapa?”
“masak
kita buat rencana di depan satpam yang jaga pintu”
“dia
kan nggak tau!”
“nggak
tau gimana to bos. Wong kita sudah jelas banget menenteng senjata AK-47”
Di
belahan Pagi lainnya.....
“huh....
susahnya jadi buruh tani. Gaji nggak seberapa tapi peluh sudah berceceran
membasahi dahi. Andaikata kita gagal panen lagi kali ini. kita mau makan apa di
hari-hari yang lain?”
“nggak
usah ngresulo begitu to yu....yu. jalani aja, selama hati ikhlas, jalan
pasti akan selalu ada. Tuhan pasti tak kan membiarkan kita mendapatkan cobaan
melebihi batas kemampuan kita”
Begitulah
pagi. Beginilah pagi. Sebuah pagi dengan berbagai macam kejadian-kejadian.
Kejadian yang berbeda-beda dari tiap belahan bumi. Pagi ini, banyak kejadian
baru yang akan dialami. Bukankah kau juga sama merasakannya. Atau, justru tidak
pernah merasakannya.
M Habib A
26
September 2016
0 komentar:
Posting Komentar