Suatu sore yang menyenangkan. Awan
berlalu melayari langit yang biru. Cuaca cerah namun tidak panas, Sampai seseorang
yang sedang tiduran diteras tidak merasakan gerah. Angin berdesir. Membuat
jutaan debu berterbangan menuju suatu tempat yang tak pasti. Bumi, Air, Api,
Udara. Keempat elemen yang dimiliki oleh avatar. Acara kartun dari sebuah
stasiun televisi yang sedang ditonton anak kecil di rumahnya. Hamparan sawah
berpadi kuning. Sang petani dengan aritnya sudah bersiap untuk memanen hasil.
Selokan yang keruh. Selalu buntet dan airnya meluber jika hujan datang menderu.
Tidak terasa, kejadian tiap hari serasa terus bergulir dengan cepat dan sama.
jika tidak sama, mungkin suatu hari, itu akan menjadi hal yang sama dan lumrah
di masa mendatang. Mungkin.
Sore ini, akankah seperti sore-sore
yang lalu? Akankah sore-sore yang datang akan sama seperti sore ini. Dimana
mobil selalu melintas di jalan raya. Dimana motor-motor dengan gagahnya
berzig-zag melewati kemacetan. Dimana seorang ibu berbaju kumal berjalan di
lampu merah, menggendong anak bayinya yang diberikan obat tidur agar tidak
menangis. Semua itu bisa saja terus terulang dan berulang setiap hari.
“hwaahh......!!!”
seorang mas mas berkaos hijau dan bercelana jeans menjerit dari arah utara.
Membawa sebuah payung besar yang tergenggam kuat di tangan kanannya.
“hwaah....!” jeritnya kembali. Membuat orang seisi stasiun
kaget dan menjadikannya sebagai pusat perhatian.
“wuukk....wuuk...” kata salah seseorang pembawa gitar kecil.
Rupanya dia seorang pengamen
“hwaah...!!” orang tadi kembali berteriak sambil menudingkan
jarinya pada sang pengamen. Dari kejadian ini, membuat mbak-mbak yang sedang
berada di sebelah orang nggak jelas itu merasa ketakutan. Sedangkan om-om yang
tak jauh dari situ tertawa terbahak-bahak. Oh, rupanya orang yang selalu
jerit-jerit itu adalah orang yang mengalami kelainan dan tidak bisa bicara
dengan normal
“kukira dia gila. Tau-taunya Cuma orang sedeng” kata seorang
mbak-mbak berkerudung transparan
“apa bedanya orang gila sama orang sedeng to yu..” jawab
orang di sebelahnya. Mungkin temannya
“wuuk...wuuk... guk!” sang pengamen tampaknya sangat ingin
menjahili si orang yang tak bisa bicara normal itu
“Hwaah!!!” kali ini kemarahan orang yang tak bisa bicara
dengan normal itu meledak. Seluruh urat nadi yang ada di lehernya menyembur
keluar. Dia mengambil batu dari pot bunga dan siap melemparnya ke muka pengamen
tersebut.
“ei..ei... tenang-tenang”
“Wuuk.. wuuk” kata sang pelerai itu. mencoba berinteraksi
dengan seorang yang tidak bisa bicara tersebut. Lantas, hal itu menjadikannya
semakin marah. Dan melemparkan batu yang dia genggam kearah orang yang melerai.
“sontoloyo” pekiknya tak habis pikir, padahal niatnya baik,
yaitu mengajaknya berbicara dengan bahasa yang sesuai.
“hwahh.. hah... uwaa...” kata orang yang tidak bisa bicara
normal itu, menurut KBBTN (Kamus Besar Bahasa Tidak Normal) itu semacam umpatan
yang tersembunyi
“ladalah. He pengamen. Nggak usah manas-manasin suasana disini.
Kasian orang yang nggak bisa ngomong ini. Dia kan juga manusia” kata sang
pelerai kepada sang pengamen “iya kan mas wuuk?” katanya pada orang yang tak
bisa bicara normal itu. orang yang tak bisa bicara normal itu mengangguk.
Tapi, apa kira. Kejahatan selalu
datang tidak terduga. Kejahilan selalu saja ada disetiap lubuk hati manusia.
Yang membuatnya keluar tak lain adalah setan yang menggoda iman dan takwa. Dan tanpa
diduga sama sekali. Pak-pak yang melerai tadi berganti haluan dan ikut-ikutan
mengolok-olok orang yang tak fasih ngomong itu.
“pak wuuk. Mari saya antarkan ke PAUD untuk belajar
berbicara”
“wkwkwkwk.....” tawa sang pengamen. Merasa memiliki sekutu
“gwaahh!!!” orang yang tak bisa berbicara dengan fasih itu
semakin geram. Saking geramnya. Sampai-sampai dia tersedak. Hal itu membuat ke
2 orang yang menjahili tadi semakin tertawa kesetanan. Tapi bukan Cuma itu,
orang-orang yang berada di terminal, semua tertawa melihat tingkah orang yang
tak bisa bicara dengan fasih tersebut.
7 Juni 2016
M H A
0 komentar:
Posting Komentar