Sabtu, 31 Desember 2016

Berharganya Waktu




Waktu adalah bagian dari struktur dasar alam semesta, sebuah dimensi di mana peristiwa terjadi secara berurutan. waktu merupakan suatu dimensi di mana terjadi peristiwa yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan, dan juga ukuran durasi kejadian dan interval.



Allah ta'ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
"Demi masa. sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al'ashr).

Waktu mengalir seperti aliran sungai menuju hulu ke hilir. Membuat berbagai peristiwa bersejarah yang sebagian diawetkan dalam catatan dan juga kitab suci. Waktu terus bergerak maju, meninggalkan masa lalu yang semakin hari semakin berlalu. Waktu adalah tempat di mana kita hidup dalam suatu masa. Tak terpikirkah betapa pentingnya hal itu, tetapi kebanyakan orang masih saja menyia-nyiakannya.

            Suatu waktu, tak jarang kita menghadapi sebuah penyesalan. Sampai akhirnya, hal itu menjadi sebuah beban pikiran. Seperti; mengapa saat itu aku tidak mau melakukan itu, andai saja waktu itu aku berbuat dimikian, sungguh bodohnya aku dahulu malah memilih cara seperti ini, jika saja waktu ulangan aku tidak menerapkan sistem ngawur.... dan berbagai macam ungkapan lain yang berbeda tapi intinya sama, ‘menyesal’. Maka dari itu, sebelum kita menemui yang namanya ‘penyesalan’, akan lebih baik jika kita terus mengintropeksi diri untuk berbuat baik. Kalau toh memang dahulu kita pernah melakukan hal buruk. Tak usah terus disesali, tapi renungkanlah dan jadikan itu sebagai sebuah pembelajaran diri.

            Kenapa saat ini orang-orang lebih memilih untuk menyia-nyiakan waktunya. Karena mereka mengira jika masih memiliki waktu yang cukup lama untuk berleha-leha. Padahal sebagian besar orang tau, jika kematian bisa saja datang mencekek urat lehernya. Hasan Al-Bashri pernah berkata "Janganlah lagi engkau katakan 'besok', karena kamu tidak pernah tahu kapan kamu akan kembali kepada Rabbmu".

Kebanyakan tabiat manusia selalu menunda-nunda masalah dan menyegerakan kesenangan. Walhasil, hasilnya adalah pemborosan waktu yang bisa dibilang sangat-sangat mengenaskan. Dewasa ini bisa dilihat rutinitas sebagian besar anak remaja yang lebih memilih mengunci diri dikamar, bermain HP, ngegame, serta aktivitas-aktivitas lain yang tidak berguna, bahkan mereka melakukannya selama berjam-jam. Mencengangkan? Memang. Namun hal itu sekarang menjadi fenomena yang wajar. Kenapa? Karena sudah sering, dan dapat di temukan dimana-mana. (kecuali di tempat-tempat pedalaman yang paling dalam).

            Waktu adalah uang, kata beberapa orang. ‘Otomatis jika waktu adalah uang, berarti kita bisa menukarkan waktu kita dengan uang’ kata salah satu buku yang pernah saya baca. Banyak manusia menganggur dan tidak memanfaatkan waktu luang mereka. Hanya melamun menantikan keajaiban datang menibani kepala mereka. Apa yang di tunggu sekalipun tidak akan datang bila hanya berdiam. Akan lebih baik jika kita bergerak untuk menyambut rizeki yang telah ditentukan.

            Waktu bagaikan pedang. Jika kita salah menggunakannya maka kita akan tertebas oleh pedang itu, namun jika kita pintar menggunakannya, maka akan menjadi senjata yang ampuh dan berguna. Realitas membuktikan masih banyak orang yang salah menggunakan waktu. Disaat seorang memiliki waktu luang, terkadang digunakan untuk malas-malasan. Disaat seorang memiliki waktu yang sempit, yang terjadi adalah seorang itu bingung, stress, meninggalkan pekerjaannya dan akhirnya frustasi. hal Itu berakibat fatal bagi diri sendiri yang masih mendamba menjadi orang sukses.

            Jika masih susah mengontrol waktu, itu menandakan bahwa orang itu masih belum cukup kuat untuk mengontrol diri. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah

  1. selalu mengingat mati
  2. membuat jadwal harian
  3. menaruh segala catatan tentang kegiatan yang akan dilakukan di tempat-tempat yang sering terlihat
  4.      memotivasi diri, sempatkan membaca pelbagai tokoh-tokoh masa lalu yang sangat menghargai waktu. Seperti Imam Syafi’i yang membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur. Ibnu Hajar al-‘Asqalani, yang menulis kitab “Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari” berjumlah 17 jilid, beliau menggunakan waktunya selama 29 tahun untuk menyelesesaikan buku itu. Dan tentunya masih banyak
    lagi.
dan masih banyak cara lain yang bisa anda temukan. Tapi cara di atas adalah yang sering dilakukan kebanyakan orang.

      Beberapa ada yang pernah mengatakan
“kenapa saya sangat susah untuk menjalankannya?”
“kenapa saya selalu saja melenceng dari jadwal yang sudah saya buat”
“kenapa saya merasa sangat malas”


Jika difikirkan, sebenarnya orang yang bertanyapun harusnya sudah memiliki jawabannya. Mungkin belum memiliki keinginan yang kuat, kurang meluruskan niat, atau belum istiqomah. Padahal syarat utama untuk melakukan sesuatu adalah niat. Untuk mendapatkan niat, seseorang harus memiliki keinginan. Setelah dua hal itu di peroleh, hal selanjutnya adalah perbuatan yang di barengi dengan keistiqomahan. Jika masih belum bisa, jangan berfikir untuk menyerah. Jika jadwal yang dulu tidak bisa kita jalankan, maka buatlah jadwal baru yang saat itu mungkin bisa kita lakukan. Buatlah jadwal terus, teruslah renovasi jadwal dengan segala hal yang mungkin agar tubuh kita mentolelir apa yang kita tulis dalam kertas itu. Teruslah lakukan. Ketika kita sudah merasa jenuh, maka buat lagi jadwal yang baru, begitu terus sampai tubuh kita kapok sendiri dan akhirnya akan menuruti keinginan kita. Kuncinya memang ada satu. Yaitu Lawan diri kita.

0 komentar:

Posting Komentar