Ngga
perlu banyak basa-basi, kita langsung menuju pokok bahasan utama. Esensi DAKWAH adalah untuk menyerukan kebaikan, dengan hasil
kita bisa menyeret orang-orang yang masih berperilaku buruk menuju ke dalam
kebaikan. Jika dipikir sampai sekarang, sudah berapa banyak orang yang hijrah
dari tangan kita? Seberapa banyak orang yang mau kita ajak Sholat atau berhenti
melakukan kegiatan buruk macam merokok?
Perkara
hati memang urusan Allah, namun sudahkah kita berusaha melakukan yang terbaik
untuk menyelamatkan mereka dari jurang kedzaliman. Atau mungkin, kita hanya
sekedar menyerahkan mereka kepada Allah, mendo’akan saja supaya mereka segera
taubat, tanpa perlu kita bersusah payah merubah keadaan mereka. Menghindar
untuk sekedar menyelamatkan diri sendiri agar tidak terjerumus, atau mungkin
mengajak dan berbuat baik hanya sekedar menggugurkan agenda proker yang telah
di rancang pada awal periode.
Sungguh keliru, rupanya
kita masih perlu meng-cross-check niat
kita. Cara pandang akan tujuan dakwah, cara kerja akan esensi tiap kegiatan,
serta sudut pandang dari urgensi ukhwah. Mungkin kita masih perlu belajar
banyak untuk kembali memantapkan pondasi yang terabaikan.
Dakwah
muntijah ialah dakwah produktif. Seperti melakukan banyak agenda keagamaan,
terus menerus mengajak orang kepada kebaikan, merancang sekian ratus agenda
organisasi, mengeluarkan biaya berjuta-juta untuk snack gratis. Nyatanya semua
itu serasa ampas karena hanya dihadiri oleh segelintir orang, dari internal
organisasi sendiri, itupun ga semua, parahnya lagi ga ada setengahnya dari
total keseluruhan staff. Itupun kalau dari luar mereka yang datang kebanyakan udah
bener dalam hal pemahaman dan fikrah islam. Yang menjadi pertanyaan sekarang
ialah. Apa esensi dari tiap agenda yang di buat tersebut? Selain hanya
buang-buang tenaga, buang-buang uang, buang-buang waktu, dan buang-buang
pikiran. MIRIS.
Banyak dari LDF yang sering mengeluh
“anggota kami sedikit”
“susah banget menggaet massa
untuk masuk ke organisasi dakwah. Mereka lebih memilih organisasi lain yang
lebih glamour dan asik”
“segala bentuk kegiatan kami
selalu dihadiri sedikit orang”
Dan berbagai hal lain yang
intinya segala kendala itu merujuk pada SDM yang ada. Target yang jarang
tercapai. Dan segala kesulitan dalam menggaet orang luar. Padahal sebagian
besar mahasiswa di tiap universitas yang ada di indonesia itu beragama islam.
Lucunya meski notabenenya memiliki jumlah penganut islam terbanyak justru malah
LDF nya kekurangan sumber daya. Begitupun setiap agenda yang ada hanya di
hadiri secuil simpatisan staff LDF, bahkan ada juga acara yang gagal diakibatkan
ga ada orang yang hadir. MIRIS.
Semua
menganggap masalah tersebut wajar dan lumrah. Masalah mainstream yang sudah
menjadi adat dan kebiasaan LDF ataupun LDK di tiap kampus. Masalah yang tak
akan pernah berubah seberapa keras kita berusaha untuk merubahnya. Padahal
selama ini mereka bekerja dengan cara yang salah, tujuan yang salah, dan
strategi yang salah. Hanya berkutat pada agenda. Sama sekali tidak
memperhatikan hakikat individu yang sebenarnya perlu untuk mendapatkan
penanganan lebih jauh.
Merubah
cara pandang dan pikiran memang sulit. Merubah perusahaan kearah yang lebih
baik perlu pengorbana ekstra. Dahulu perpindahan dari minyak tanah ke kompor
gas untuk memasak juga perlu waktu lama. untuk itu sebelum kita pasrah dan
hanya berserah diri dengan hasil kerja yang kurang tepat. Lebih baik kita
memuhasabah tiap hasil kerja yang telah di lakukan terdahulu, Mempelajari tiap
kesalahan dan bertanya mengapa yang datang Cuma segelintir? Mengapa mereka tidak
mau ikut LDF? Mengapa tiap kegiatan LDF itu kebanyakan tidak mengasyikkan? Apakah
orang yang ingin berhijrah harus melalui kegiatan LDF? Dan berbagai pertanyaan
lain yang memacu otak untuk berpikir kritis.
Untuk
menerapkan dakwah muntijah tidak hanya cukup mengandalkan proker-proker formal
yang kaku. Mereka pasti menghindar dan malas karena tahu kegiatan itu hanya
buang-buang waktu. Perlu adanya semacam penyuluhan informal. Pendekatan manual
tanpa embel-embel kegiatan terencana maupun embel-embel organisasi. Tak perlu
adanya jarkoman, nge tag tempat, persiapan konsumsi, pengadaan dana organisasi,
kerjasama antar UKM dan lain sebagainya yang ribet dan bikin riwil. CUKUP
BERTEMU, MENYAPA, BERINTERAKSI, MENGAJAK SEDIKIT DEMI SEDIKIT DIRINYA HIJRAH,
SAMBIL KITA MENCONTOHKAN PERILAKU TERPUJI YANG KITA DAPATKAN DI LDF. This simple, tapi memang kebanyakan
kader dakwah tak bisa menerapkan hal tersebut.
Mana mau
mereka menerima ajakan orang asing untuk hijrah? Walaupun itu dalam hal
kebaikan, tapi ketika orang tersebut tidak begitu dekat maka akan sangat sulit
bagi orang itu untuk mau di ajak. Beda
lagi kalau itu orang terdekat mereka, yang sering mengajak berinteraksi dan
bermain Bersama. Mereka rela di ajakin nongkrong sampai larut malam, karena
memang mereka sudah mendapatkan HATINYA.
Nah
sekarang kita masuk ke ranah HATI!. Ranah yang paling sakral di miliki oleh
tiap manusia. Seperti yang pernah saya perumpamakan sebelumnya bahwa
‘manusia tidak seperti robot yang
hanya di input perintah tertentu langsung jalan. Manusia itu kompleks, setiap
input yang sama tidak selalu menghasilkan output yang sama’
Tiap hati beda cara
penginputannya, tiap individu berbeda cara penangannya. Untuk menggaet hati
manusia memerlukan cara spesial yang tidak hanya bisa dilakukan oleh proker
formal yang di tujukan pada satu/dua watak individu. Tetapi menyeluruh sesuai
dengan variasi hati tiap individu. Untuk itulah, perlu penekanan bahwasanya LDF
tidak memulu perkara organisasi dan proker semata yang di tonjolkan, tetapi
juga dari segi interaksi
antar personal yang perlu di tekankan untuk bisa menggaet mereka menuju
kebaikan. Sekali lagi Perlu adanya penekanan INFORMAL pada organisasi. Jangan
melulu formal.
Contoh
nyata, Rasul berdakwah di tiap-tiap rumah dengan melakukan interaksi,
memperlakukan tiap individu dengan cara-cara berbeda. Mengenal mereka yang di
dakwahi dan mengetahui kebutuhan apa yang mereka butuhkan per-individu,
bayangin, per-individu! Bukan hanya sekedar agenda formal rutinan yang sering
digembar-gemborkan memalui jarkoman! (itupun hanya di scroll up).
Intinya
dakwah muntijah bukan hanya sekedar mengandalkan aspek kualitas proker yang
dirancang dan dilaksanakaan. Bukan hanya sekedar mengeksekusi kuantitas proker
yang telah dijalankan. Namun disini juga ada kualitas diri dan kualitas dalam
berinteraksi, kualitas dalam mengajak, kualitas dalam merangkul hati, kuantitas
dalam memperbanyak channel pertemanan, kuantitas dalam berbagai interaksi yang
dilakukan setiap hari. Semua perlu di upayakan untuk apa? Tentu dan pasti,
untuk dakwah muntijah yang tidak hanya membeku dalam kontek formalitas belaka.
Namun juga masuk ke ranah informal di tiap kehidupan, di tiap-tiap hari yang
selalu kita lewati dengan saudara kita.
0 komentar:
Posting Komentar