Kamis, 02 Mei 2019

Formalitas Dakwah Muntijah



Ngga perlu banyak basa-basi, kita langsung menuju pokok bahasan utama. Esensi DAKWAH adalah untuk menyerukan kebaikan, dengan hasil kita bisa menyeret orang-orang yang masih berperilaku buruk menuju ke dalam kebaikan. Jika dipikir sampai sekarang, sudah berapa banyak orang yang hijrah dari tangan kita? Seberapa banyak orang yang mau kita ajak Sholat atau berhenti melakukan kegiatan buruk macam merokok?

Perkara hati memang urusan Allah, namun sudahkah kita berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan mereka dari jurang kedzaliman. Atau mungkin, kita hanya sekedar menyerahkan mereka kepada Allah, mendo’akan saja supaya mereka segera taubat, tanpa perlu kita bersusah payah merubah keadaan mereka. Menghindar untuk sekedar menyelamatkan diri sendiri agar tidak terjerumus, atau mungkin mengajak dan berbuat baik hanya sekedar menggugurkan agenda proker yang telah di rancang pada awal periode.

Sungguh keliru, rupanya kita masih perlu meng-cross-check niat kita. Cara pandang akan tujuan dakwah, cara kerja akan esensi tiap kegiatan, serta sudut pandang dari urgensi ukhwah. Mungkin kita masih perlu belajar banyak untuk kembali memantapkan pondasi yang terabaikan.

Dakwah muntijah ialah dakwah produktif. Seperti melakukan banyak agenda keagamaan, terus menerus mengajak orang kepada kebaikan, merancang sekian ratus agenda organisasi, mengeluarkan biaya berjuta-juta untuk snack gratis. Nyatanya semua itu serasa ampas karena hanya dihadiri oleh segelintir orang, dari internal organisasi sendiri, itupun ga semua, parahnya lagi ga ada setengahnya dari total keseluruhan staff. Itupun kalau dari luar mereka yang datang kebanyakan udah bener dalam hal pemahaman dan fikrah islam. Yang menjadi pertanyaan sekarang ialah. Apa esensi dari tiap agenda yang di buat tersebut? Selain hanya buang-buang tenaga, buang-buang uang, buang-buang waktu, dan buang-buang pikiran. MIRIS.

Banyak dari LDF yang sering mengeluh

“anggota kami sedikit”
“susah banget menggaet massa untuk masuk ke organisasi dakwah. Mereka lebih memilih organisasi lain yang lebih glamour dan asik”
“segala bentuk kegiatan kami selalu dihadiri sedikit orang”

Dan berbagai hal lain yang intinya segala kendala itu merujuk pada SDM yang ada. Target yang jarang tercapai. Dan segala kesulitan dalam menggaet orang luar. Padahal sebagian besar mahasiswa di tiap universitas yang ada di indonesia itu beragama islam. Lucunya meski notabenenya memiliki jumlah penganut islam terbanyak justru malah LDF nya kekurangan sumber daya. Begitupun setiap agenda yang ada hanya di hadiri secuil simpatisan staff LDF,  bahkan ada juga acara yang gagal diakibatkan ga ada orang yang hadir. MIRIS.

            Semua menganggap masalah tersebut wajar dan lumrah. Masalah mainstream yang sudah menjadi adat dan kebiasaan LDF ataupun LDK di tiap kampus. Masalah yang tak akan pernah berubah seberapa keras kita berusaha untuk merubahnya. Padahal selama ini mereka bekerja dengan cara yang salah, tujuan yang salah, dan strategi yang salah. Hanya berkutat pada agenda. Sama sekali tidak memperhatikan hakikat individu yang sebenarnya perlu untuk mendapatkan penanganan lebih jauh.

            Merubah cara pandang dan pikiran memang sulit. Merubah perusahaan kearah yang lebih baik perlu pengorbana ekstra. Dahulu perpindahan dari minyak tanah ke kompor gas untuk memasak juga perlu waktu lama. untuk itu sebelum kita pasrah dan hanya berserah diri dengan hasil kerja yang kurang tepat. Lebih baik kita memuhasabah tiap hasil kerja yang telah di lakukan terdahulu, Mempelajari tiap kesalahan dan bertanya mengapa yang datang Cuma segelintir? Mengapa mereka tidak mau ikut LDF? Mengapa tiap kegiatan LDF itu kebanyakan tidak mengasyikkan? Apakah orang yang ingin berhijrah harus melalui kegiatan LDF? Dan berbagai pertanyaan lain yang memacu otak untuk berpikir kritis.

            Untuk menerapkan dakwah muntijah tidak hanya cukup mengandalkan proker-proker formal yang kaku. Mereka pasti menghindar dan malas karena tahu kegiatan itu hanya buang-buang waktu. Perlu adanya semacam penyuluhan informal. Pendekatan manual tanpa embel-embel kegiatan terencana maupun embel-embel organisasi. Tak perlu adanya jarkoman, nge tag tempat, persiapan konsumsi, pengadaan dana organisasi, kerjasama antar UKM dan lain sebagainya yang ribet dan bikin riwil. CUKUP BERTEMU, MENYAPA, BERINTERAKSI, MENGAJAK SEDIKIT DEMI SEDIKIT DIRINYA HIJRAH, SAMBIL KITA MENCONTOHKAN PERILAKU TERPUJI YANG KITA DAPATKAN DI LDF. This simple, tapi memang kebanyakan kader dakwah tak bisa menerapkan hal tersebut.

Mana mau mereka menerima ajakan orang asing untuk hijrah? Walaupun itu dalam hal kebaikan, tapi ketika orang tersebut tidak begitu dekat maka akan sangat sulit bagi orang itu untuk mau  di ajak. Beda lagi kalau itu orang terdekat mereka, yang sering mengajak berinteraksi dan bermain Bersama. Mereka rela di ajakin nongkrong sampai larut malam, karena memang mereka sudah mendapatkan HATINYA.

            Nah sekarang kita masuk ke ranah HATI!. Ranah yang paling sakral di miliki oleh tiap manusia. Seperti yang pernah saya perumpamakan sebelumnya bahwa
‘manusia tidak seperti robot yang hanya di input perintah tertentu langsung jalan. Manusia itu kompleks, setiap input yang sama tidak selalu menghasilkan output yang sama’
Tiap hati beda cara penginputannya, tiap individu berbeda cara penangannya. Untuk menggaet hati manusia memerlukan cara spesial yang tidak hanya bisa dilakukan oleh proker formal yang di tujukan pada satu/dua watak individu. Tetapi menyeluruh sesuai dengan variasi hati tiap individu. Untuk itulah, perlu penekanan bahwasanya LDF tidak memulu perkara organisasi dan proker semata yang di tonjolkan, tetapi juga dari segi interaksi antar personal yang perlu di tekankan untuk bisa menggaet mereka menuju kebaikan. Sekali lagi Perlu adanya penekanan INFORMAL pada organisasi. Jangan melulu formal.

            Contoh nyata, Rasul berdakwah di tiap-tiap rumah dengan melakukan interaksi, memperlakukan tiap individu dengan cara-cara berbeda. Mengenal mereka yang di dakwahi dan mengetahui kebutuhan apa yang mereka butuhkan per-individu, bayangin, per-individu! Bukan hanya sekedar agenda formal rutinan yang sering digembar-gemborkan memalui jarkoman! (itupun hanya di scroll up).

            Intinya dakwah muntijah bukan hanya sekedar mengandalkan aspek kualitas proker yang dirancang dan dilaksanakaan. Bukan hanya sekedar mengeksekusi kuantitas proker yang telah dijalankan. Namun disini juga ada kualitas diri dan kualitas dalam berinteraksi, kualitas dalam mengajak, kualitas dalam merangkul hati, kuantitas dalam memperbanyak channel pertemanan, kuantitas dalam berbagai interaksi yang dilakukan setiap hari. Semua perlu di upayakan untuk apa? Tentu dan pasti, untuk dakwah muntijah yang tidak hanya membeku dalam kontek formalitas belaka. Namun juga masuk ke ranah informal di tiap kehidupan, di tiap-tiap hari yang selalu kita lewati dengan saudara kita.

0 komentar:

Posting Komentar