Minggu, 28 April 2019

Hati dan Perbedaan Manusia




Hari ini aku sadar masih banyak perbaikan yang harus dilakukan. Merasa diri sempurna itu adalah sebuah kata bualan, sebuah kata hoax yang harus dihindari dan di buang jauh-jauh dari afiliasi diri. Hari ini, Nampak begitu berkilau seperti hari-hari yang lalu. Namun kejenuhan seakan menggerogoti diri untuk kembali menapak maju menuju hari yang baru.

            Siapa tau besok kamu akan mengalami kesuksesan yang lebih besar, kesuksesan yang sama, atau mungkin malah tersungkur dalam nestapa karena futur yang menyerang badan. Namun itu memang bakala terjadi dan akan sering terjadi.

            Manusia memang tidak seperti robot yang sekali di perintah langsung menurut bagai budak di zaman dulu. Manusia memiliki mekanisme sendiri dalam memproses perintah, itupun di pengaruhi pula oleh faktor-faktor internal maupun eksternal yang jika dihitung banyaknya akan memakan waktu yang sama banyaknya.

            Manusia memang unik. Keunikannya sampai memiliki variasi yang tidak bisa dihitung dengan kalkulator di dunia isekai. Untuk itu, aneh rasanya jika mereka menginginkan persamaan sepihak atau menganggap diri mereka yang paling baik dan sempurna dari yang lain. Dan menolak akan perbedaan yang secara haqiqi berada di sekitar mereka.

            Mari berkaca sejenak, bagaimana kita bisa menerima sebuah perbedaan itu secara nalar mulai dari perumpamaan yang paling kecil. karena hal itu akan membuahkan pemahaman yang akan membantu kita menuju ke sebuah bahasan pokok yang paling besar.

            Kita lihat bapak dan ibu kita. Itu saja sudah Nampak perbedaan yang cukup beragam. Jika sama (misal bapak sama bapak) tentu kita tak akan lahir dari mereka kan. sama halnya kita melihat warna pelangi yang begitu indah, karena terdiri dari berbagai warna yang berpadu menjadi satu memanjakan mata. Untuk itu tak selamanya perbedaan itu buruk. Justru kita harus menyikapi perbedaan itu lebih dewasa dan bijak. Karena hal tersebut akan membantu kita memahami hati tiap manusia yang berbeda pula setiap individunya.

            Mari kita berkaca pada diri. Seberapa bedanya fisik kita dengan sahabat kita? Atau mungkin seberapa bedanya sifat kita dengan tetangga, temen satu kosan, dosen, dan lain-lain. kita semua sebenarnya memiliki perbedaan itu. bayangkan jika seluruh muka orang yang ada di dunia sama. Betapa menakutkannya, betapa tidak cethonya. Padahal kita membandingkan dua orang kembar aja masih susah dan kebalik-balik manggil orangnya. Apalagi jika itu seluruh dunia. Bahkan untuk menambah selera konsumen tiap rasa kopi saja ber variasi?

            Sampai sini saya anggap anda paham bahwa perbedaan itu terasa indah, tentu dengan cara menyikapinya secara benar. Lalu, bagaimana cara menyikapi perbedaan secara benar?

            Pertama adalah kedewasaan. Seberapa dewasa kita dalam menerima sebuah perbedaan, hal itu akan mempengaruhi bagaimana tanggapan, sikap dan perilaku kita terhadapnya. Masih banyak yang belum bisa menyikapi perbedaan dengan sewajarnya. Merasa paling benar dan sempurna, dengan menyisihkan yang lain. ingin menang sendiri, tanpa peduli bahkan sering menindas yang berbeda.

            Kedua adalah dengan hati. Kita tahu bahwa tiap hati manusia memiliki beragam sifat yang berbeda. Untuk menyentuhnya kita membutuhkan hati yang siap untuk menyapanya. Ibarat sentuhlah hati dengan hati. Maka engkau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dan juga keakraban. Sesatu dapat diselesaikan dengan tiga cara. Hati, pikiran dan tindakan. Sebelum masuk ke ranah pikiran (debat) dan tindakan (perang dan konflik). Sebaiknya kita saling memahami secara personal dan bicara melalui hati ke hati.

0 komentar:

Posting Komentar