Hari ini
aku sadar masih banyak perbaikan yang harus dilakukan. Merasa diri sempurna itu
adalah sebuah kata bualan, sebuah kata hoax yang harus dihindari dan di buang
jauh-jauh dari afiliasi diri. Hari ini, Nampak begitu berkilau seperti hari-hari
yang lalu. Namun kejenuhan seakan menggerogoti diri untuk kembali menapak maju
menuju hari yang baru.
Siapa
tau besok kamu akan mengalami kesuksesan yang lebih besar, kesuksesan yang
sama, atau mungkin malah tersungkur dalam nestapa karena futur yang menyerang
badan. Namun itu memang bakala terjadi dan akan sering terjadi.
Manusia
memang tidak seperti robot yang sekali di perintah langsung menurut bagai budak
di zaman dulu. Manusia memiliki mekanisme sendiri dalam memproses perintah,
itupun di pengaruhi pula oleh faktor-faktor internal maupun eksternal yang jika
dihitung banyaknya akan memakan waktu yang sama banyaknya.
Manusia
memang unik. Keunikannya sampai memiliki variasi yang tidak bisa dihitung
dengan kalkulator di dunia isekai. Untuk itu, aneh rasanya jika mereka
menginginkan persamaan sepihak atau menganggap diri mereka yang paling baik dan
sempurna dari yang lain. Dan menolak akan perbedaan yang secara haqiqi berada
di sekitar mereka.
Mari
berkaca sejenak, bagaimana kita bisa menerima sebuah perbedaan itu secara nalar
mulai dari perumpamaan yang paling kecil. karena hal itu akan membuahkan
pemahaman yang akan membantu kita menuju ke sebuah bahasan pokok yang paling
besar.
Kita
lihat bapak dan ibu kita. Itu saja sudah Nampak perbedaan yang cukup beragam.
Jika sama (misal bapak sama bapak) tentu kita tak akan lahir dari mereka kan.
sama halnya kita melihat warna pelangi yang begitu indah, karena terdiri dari
berbagai warna yang berpadu menjadi satu memanjakan mata. Untuk itu tak
selamanya perbedaan itu buruk. Justru kita harus menyikapi perbedaan itu lebih
dewasa dan bijak. Karena hal tersebut akan membantu kita memahami hati tiap
manusia yang berbeda pula setiap individunya.
Mari
kita berkaca pada diri. Seberapa bedanya fisik kita dengan sahabat kita? Atau
mungkin seberapa bedanya sifat kita dengan tetangga, temen satu kosan, dosen,
dan lain-lain. kita semua sebenarnya memiliki perbedaan itu. bayangkan jika
seluruh muka orang yang ada di dunia sama. Betapa menakutkannya, betapa tidak
cethonya. Padahal kita membandingkan dua orang kembar aja masih susah dan
kebalik-balik manggil orangnya. Apalagi jika itu seluruh dunia. Bahkan untuk
menambah selera konsumen tiap rasa kopi saja ber variasi?
Sampai
sini saya anggap anda paham bahwa perbedaan itu terasa indah, tentu dengan cara
menyikapinya secara benar. Lalu, bagaimana cara menyikapi perbedaan secara
benar?
Pertama
adalah kedewasaan. Seberapa dewasa kita dalam menerima sebuah perbedaan, hal
itu akan mempengaruhi bagaimana tanggapan, sikap dan perilaku kita terhadapnya.
Masih banyak yang belum bisa menyikapi perbedaan dengan sewajarnya. Merasa paling
benar dan sempurna, dengan menyisihkan yang lain. ingin menang sendiri, tanpa
peduli bahkan sering menindas yang berbeda.
Kedua
adalah dengan hati. Kita tahu bahwa tiap hati manusia memiliki beragam sifat
yang berbeda. Untuk menyentuhnya kita membutuhkan hati yang siap untuk
menyapanya. Ibarat sentuhlah hati dengan hati. Maka engkau akan mendapatkan apa
yang kau inginkan dan juga keakraban. Sesatu dapat diselesaikan dengan tiga
cara. Hati, pikiran dan tindakan. Sebelum masuk ke ranah pikiran (debat) dan
tindakan (perang dan konflik). Sebaiknya kita saling memahami secara personal dan
bicara melalui hati ke hati.
0 komentar:
Posting Komentar