softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Minggu, 23 Juni 2019

Impianku Untuk Indonesia



Memandang realitas saat ini, segala macam kerusakan moral dan budaya telah menggerogoti anak bangsa. Hal itu dianggap wajar karena arus globalisasi yang tak terbendung. Serta kurang peran orang tua dalam menjaga anaknya. Namun di lain sisi, kita mengamanatkan kepada mereka untuk menyokong kemajuan Indonesia di masa yang akan datang. Yang katanya Indonesia akan jaya di tahun 2045. Apakah Indonesia mampu maju? Dengan kualitas sumber daya yang kita lihat sekarang sangat kurang dari segi aspek adab, budaya, dan pola pikir?

Banyak orang menginginkan Indonesia maju dari berbagai aspek. Mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Saya telah menanyakan ke khalayak ramai mengenai impian mereka tentang Indonesia. Kurang lebih hampir mirip. Kebanyak ingin menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya, menjadi negara maju, menjadi macan asia, serta mensejahterakan rakyatnya dengan sumber daya negara yang dikelola dengan baik.

Kami menginginkan Indonesia menjadi negara berbudaya, Makmur dan beradap, orang-orangnya berpikiran maju, damai, pemimpinnya cerdas dan jujur, toleransi, sejahtera, swasembada pangan, swasembada pekerjaan, menjadi negara eksportir minim impor, pemerataan ekonomi, memberantas kemiskinan, sadar akan masalah sosial ekonomi, mandiri, tidak goyah dengan berbagai tantangan serta ideologi luar, mencintai budaya sendiri, adil untuk setiap golongan masyarakat, hukum yang adil, menjadi pemimpin peradaban, toleransi antar ummat beragama, pemimpin amanah, mensejahterakan rakyat, mengenalkan kearifan lokal dan wisata,

Komentar saya adalah ‘PREET’ melihat realita di lapangan tak seindah ekspektasi dan harapan mereka. Mereka ingin perubahan untuk Indonesia maju? Nyatanya kebanyakan para penduduknya masih kurang berpikir maju. Ngapain coba kita berharap yang besar-besar macam menjadi Macan asia, menjadi negara Super Power dengan militer nomor satu di dunia. Menjadikan sepakbola Indonesia masuk dan juara piala dunia. Lha wong masalah kecil macam bocil pacaran, sampah yang di buang seenaknya, mereka yang sering terlambat dan tidak menghargai waktu. Dan masih banyak problem lainnya saja belum kelar. Hal simple dan disepelakan seperti itu saja masih belum bisa teratasi. Gitu masih mau mikir Indonesia akan maju?

            TENTU MASIH. Meski kenyataan pahit masyarakat kita masih memiliki PR serius dalam hal adab, budaya, dan pola pikir. Setidaknya mereka masih memiliki pandangan untuk maju. Itu penting. Sebab, Itu tandanya mereka masih memiliki harapan serta keinginan agar Indonesia menjadi negara maju kedepannya. Namun disini saya tekankan akan masalah aksi. Ngga asal omong tok. Karena sesuatu yang hanya sebatas pemikiran, jika tidak direalisasikan, maka selamanya pemikiran itu akan menjadi imajinasi.



             Mari mengaca pada diri. Untuk membenahi Indonesia yang carut marut. Permasalahan pertama yang harus diatasi adalah dari diri sendiri. Sudah benarkah kita? Sudah sadarkah kita akan pentingnya kotribusi kita dalam memajukan Indonesia? Sudah adakah kontribusi kita? Dll.., tanyakan hal itu pada diri anda, supaya anda juga sadar jika memiliki peran yang sama seperti 250 juta penduduk Indonesia lainnya. Kemudian setelah diri anda sadar, masuklah ke ranah keluarga, Lalu ke ranah Sanak saudara, kemudian masyarakat secara keseluruhan.

Mengapa untuk membikin negara maju bukan memilih untuk membangun infrastruktur? membangun Gedung penelitian? Mencetak buku sebanyak-banyaknya? Meningkatkan laju produksi negara? Atau membikin lapangan pekerjaan? Karena semua itu bakal percuma jika sumber daya manusia yang ada di negara tersebut tidak terbina dengan baik. Segala sesuatu yang dinilai pertama kali adalah masyarakatnya. Personal adalah hal paling mendasar dalam terciptanya negara. Itu bagaikan sel. Jika sel itu baik semua? Otomatis tubuh juga akan sehat. Bisa melakukan segala aktifitas positif yang tentu bermanfaat pada tubuh.

***



            Disini saya perlu tekankan rasa persatuan dan cinta kepada tanah air. Dengan mencintai budaya serta bangsa sendiri, akan menumbuhkan rasa perjuangan. Perjuangan untu memajukan bangsa akan semakin kuat. Bak seorang pria yang ingin melindungi kekasihnya. Beda lagi dengan mereka yang malah mengadopsi pemikiran luar. Untuk itu mereka malah berperan dalam membantu memajukan negara lain.

            Paradigma yang terjadi disni hanyalah sebatas tentang cita-cita. Sebuah impian yang diharapkan bisa terwujud di masa mendatang. Kapan impian itu menjadi kenyataan? Siapa yang tau. Kita hanya berusaha supaya itu bisa terwujud secepatnya. 2045? Bahkan Dahlan Iskan menyebut itu kelamaan. Mengapa ngga 2025? Tanya beliau kala itu. disitulah saya berpikir, benar juga. Mengapa kita selalu menantikan dan melimpahkan tugas pada yang lain. mmengapa tidak di mulai pada diri kita sendiri? Mengapa harus menunggu 2045 jika sekarang saja kita bisa menyusun pondasi untuk memajukan Indonesia lebih cepat? Ketika kita mengulur waktu untuk bangkit. Secara tidak langsung kita juga ikut mengulur kejayaan Indonesia.

            Cobalah berpikir rasional. Hanya berpikir tanpa bertindak tak akan membuahkan hasil selain wacana. Semua perlu mekanisme aksi supaya keberadaan wacana berubah menjadi realisasi. Mari kita Bersama membangun cita-cita Bersama. Karena jika sendiri akan terasa sulit. Menyusung Bersama akan membawa dampak yang signifikan, konsisten dan efisien dalam membangun Indonesia yang dicita-citakan. Semua lini harus turut ikut andil. Jangan mengelak dan melimpahkan pada yang lain tanpa ada rasa tanggungjawab. Sadarkan pada diri realita yang sekarang tengah menjadi PR Bersama. Kita majukan Indonesia Bersama. Seberbeda dan se heterogennya kita. Kita bawa Indonesia maju dengan ciri khas, gotong royong dan saling bahu membahu untuk mencapai Indonesia yang lebih bailk. Jaya indonesiaku!


Surakarta, 23 June 2019



M         H         A

Minggu, 09 Juni 2019

Kumpulan Cerpen ; Asal Mula




            Sampai saat ini Kiraimin baru menyadari suatu hal penting. Suatu hal yang amat sepele dan sering di pandang remeh kebanyakan orang. Suatu hal yang acapkali tidak dipedulikan, tak di gubris, terkacangi, bahkan sama sekali tidak diminati oleh mereka-mereka yang berilmu tinggi. Padahal kenyataannya suatu hal itu sangatlah penting untuk dikaji, bahkan sangat recommended pula jika digunakan untuk bahan kajian skripsi.

“…asal mula
“apa-apaan itu, Kiraimin” tanya Sukimin, tak paham dengan segala macam rentetan pemikiran tak mutu yang Kiraimin paparkan barusan.
“halah, gitu aja kok ngga mudeng, purcuma kamu punya IPK 4 kalau masalah sepele bin remeh ini ngga bisa kamu pahami” jelas Kiraimin. Meneguk segelas kopi berharga lima puluh ribuan.
“lha kamu neranginnya belibet kayak orang keselek permen”
“simplenya gini deh, kamu tahu kopi?”
“iya, ini kopi” sambil mengangkat gelas kopi di meja.
“dari mana itu berasal?”
“biji kopi”
“dari mana biji kopi?”
“dari pohon kopi”
“dari mana pohon kopi?”
“dari biji kopi”
“dari mana biji kopi?”
“Dari pohon kopi”
“kok muter-muter sih?”
“ya ga tau, anda bertanya saya menjawab”
“kenapa ini bisa di namakan kopi?”
“tanya aja sama penemunya”
“mengapa kok dinamakan kopi, Bukannya teh? kenapa di inggris sebutannya coffe, sedangkan disini kopi, di arab torabika dan di rusia kopi susu?”
“perbedaan sudut pandang budaya dan Bahasa?” jawab Sukimin.
“intinya adalah, semua itu ada dasarnya, kopi inipun memiliki proses yang cukup rumit sebelum tersedia di hadapan kita. Dia memiliki sejarah, dia memiliki khasiat, kandungan gizi tertentu, dan tentu memiliki sebuah tujuan dimana awalnya biji kopi ini bergelantungan di pohon menjadi ter-server di meja kita”
“lalu?”
“Tak semua yang kita ketahui itu dipelajari sampai ke inti. Kita tak pernah paham asal mula, tapi kita selalu asal pake. Contoh kopi ini, kita minum kopi asal beli, asal minum, nikmat, kenyang, udah selesai. Tujuan hanya sebagai teman berbincang, milih di tempat mahal agar bisa dibuat ajang selfi dan di pamerkan ke medsos. Tak ada esensi, tak ada urgensi, tak ada efisiensi bahkan tak ada alasan statemik untuk menjelaskan mengapa kita memilih tempat berbincang di kedai ini. Itulah yang membuat para pelaku ekonom mengetahui selera konsumen secara praktis dan membikin mereka makin kaya dan membikin kita menjadi babu kerja”
“bukankah kalau kita pikir ulang kita bisa memilih tongkrongan di hik? Meski kita kaya namun bukan berarti kita risih dengan tempat itu. justru kita tanamkan modal kepada rakyat kecil itu. memperindah warungnya, harga kopinya lebih mahal sedikit paling Cuma lima ribuan. Kita bisa hemat, uang kita manfaat, membantu masyarakat kecil, sekaligus memajukan ekonomi kerakyatan. Mereka ga sampe mikir kek gitu? Lha wong katanya mau pemerataan ekonomi untuk bangsa dianya sendiri suka nongki di restoran bergaya jepang dan makan-makanan khas korea. Mikir, itulah pentingnya telisik asal mula, berpikir sampe kedalam” Kiraimin kembali memaparkan jalan pikirannya.
 “masalahnya adalah, kita merasa tidak membutuhkan itu, tak ada gunanya memikirkan itu, proses lah, dampaklah, yang penting mereka enak semua nyaman”
“itu masalahnya”

            Kiraimin berada dikelas memandang dosennya lekat-lekat. Sang dosen merasa tak nyaman hingga akhirnya memanggilnya.
“Ada apa Kiraimin? Apakah anda memiliki dendam dengan saya?”
“bukan seperti itu pak”
“terus?”
“saya merasa kosong pak. Tak mengerti dasar dari apa yang bapak paparkan”
“anda tidak bisa mengikuti pelajaran saya?”
“bahkan saya tidak tau mengapa saya ingin sarjana. Keinginan saya adalah bisa membuat lapangan kerja secepatnya”
“untuk itu anda memerlukan ini untuk menunjang kemampuan anda”
“dulu guru biologi juga bilang kayak gitu, nyatanya sekarang sama sekali tak dibutuhkan bagi saya. Saya menyesal lima jam waktu efektif saya perminggu terbuang dengan pelajaran biologi itu. saya tak ingin mengulang penyesalan yang sama” Sahut Kiraimin.
Saat itu juga dosen menyuruhnya untuk pulang dan menenangkan diri. Memberikan secarik uang dua puluh ribuan untuk digunakan beli susu supaya pikirannya jernih kembali.

            Selepas di kos, Kiraimin bertanya dengan teman sebelah kamarnya.
“Buat apa kamu kuliah”
“menambah ilmu”
“terus?”
“membahagiakan orang tua dengan IPK cumlaude”
“terus”
“Cari kerja”
“terus”
“udah”
“kalo mau cari Ilmu situ perpus daerah banyak merangkum Ilmu. Pengen IPK cumlaude tinggal bayar makelar, ngapain kuliah mahal-mahal ngabisin waktu dan daya upaya kalo akhirnya Cuma mau cumlaude, kalo mau cari kerja ya sekarang kan bisa. Ngapain nunggu lulus!”
 “lah kok ngegas” dia tak mengerti mengapa Kiraimin berubah menjadi se rasionalis ini.
“lah, segala sesuatu itu harus dipikir dulu. Baru bertindak. Bertindak tanpa dipikir bakal menyebabkan kasus seperti bocil kena bucin. Kalau dipikir pasti mereka bakal mikirin dampak jangka pendek dan Panjang. Nyatanya mereka Cuma mikir enaknya karena tak paham akan esensi dan urgensi pacaran, tak paham akan konsep serta konsekuensi dari apa yang dilakukan. Orang kuliahpun sekarang tujuannya Cuma dangkal. IPK, Kerja, Biar ga malu dengan kebanyakan anak-anak sepantaran yang kuliah, tanpa tau maksud dan apa tujuan mereka kuliah. Miris!”
***


Kiraimin Nampak gusar dan gundah. Semua yang dia lihat hanya sebatas kekosongan akan perilaku dan tindak tunduk keseharian. Seakan segala bentuk kegiatan tak memiliki jati dirinya lagi. Bergerak tanpa arti, melaju tanpa inti. Tak mengerti dasar mengapa mereka melakukan semua itu. Menjadi awal mula kehancuran dan kehampaan dunia. Mereka bak memori yang menyimpan berbagai macam file, tanpa tahu makna isi dari semua file yang ada didalamnya.

            Semua sudah tak bertuju, padahal mereka harusnya tahu aka nasal mula, akan dasar dari berbagai macam situasi yang ada di sekitar mereka. Bagai mengerti asal mula manusia sebagai adam dan hawa. Dari kegusaran itulah Kiraimin mampir untuk bersilaturahmi menuju ke rumah guru SMA nya dulu.

“Saya merasa gregetan karena banyak manusia hidup tak memiliki tujuan. Sok idealis dan pinteris dengan argument yang tak jelas dan statement ngawur. Bertindak bak rasionalis tanpa mengerti pekem akan ilmu yang digeluti maupun yang di pelajari”
“kalau kamu sadar, sudah menjadi tugasmu untuk membenahi itu semua”
“tapi susah guru, mereka keras kepala!”
“Asal bacot memang kadang ga mempan. Untuk itu perlunya memberikan pemahaman dengan tindakan. Tunjukkan urgensi dan implementasikan itu tepat di depan matanya. Kalau dapat hidayah, pasti dia akan paham dan mengerti, jika tidak? Maka kembali untukmu pemahamanmu dan untukku pemahamanku”



Monday, 9 June 2019


M         H         A


Sabtu, 08 Juni 2019

Kumpulan Cerpen ; Jahat




            Hari yang menyebalkan, Sasori merasa jenuh dan tak betah dengan semua ini. Segalanya tak berarti. Ibarat dikasih hati namun dibalas empedu. Tak ada rasa terimakasih, welas asih, bahkan cacian yang didapat. Mencoba untuk terus bersabar sambil menyebar kebaikan, namun hasil tidak seindah yang di harapkan. Sasori mulai marah pada mereka yang acuh dan tak bertanggung jawab dalam menebar kebaikan, sama sekali tak ada sebersit niat tulus yang dirasakan, bahkan pada dirinya sendiri.

“SUDAH CUKUP, AKU KELUAR!” teriak Sasori menggetarkan ruang rapat sore itu. Sontak ruangan rapat menjadi hening. Sang ketua mengernyitkan dahi, mencoba menimbang bahwa pernyataan Sasori hanya candaan belaka.
“Keluar, Ruangan maksudmu?” tanya Nita.
“Bukan, saya ingin keluar dari organisasi ini. Saya sudah muak. Saya tak ingin lagi menipu diri dengan mencoba bersikap sok baik dihadapan manusia. Saya sudah jerah berbohong terus dan ingin kembali menjadi diriku lagi” Sasori berdiri dari kursinya, menuju pintu, kemudian keluar meninggalkan rapat pleno pada sore itu.

            Pernyataan Sasori jelas menuai banyak kontrofersi. Beberapa orang berusaha melobi agar Sasori mempertimbangkan pernyataan nyelenehnya kala itu. bahkan sang ketua sampai turun tangan menemui Sasori di kosannya, Sasori tengah bermain Moba Analog. Membawakan sekantong plastik martabak manis cap Sindo.

“kenapa Sasori? Apa alasanmu keluar dari jalan kebaikan ini?” Tanya sang ketua, memelas, bahkan dia tak habis pikir seorang alim nan taat macam Sasori bisa menjadi seperti ini. Seorang yang bakal di damba-dambakan menjadi penerus estafetnya kelak ketika dia sudah tidak menjabat sebagai ketua lagi.
“apakah perlu alasan konkrit untuk sekedar keluar dari jalan menyebalkan itu?” tanya balik Sasori.
“Astagfirullah, istigfar Sas” Kata Pak ketua.
“maaf saja pak ketua, tekadku sudah bulat bagai tahu bulat di goreng dadakan, di jual lima ratusan. Saya sudah bosan dengan jalan kebaikan yang tidak niat ini. Hanya menghabiskan tenaga saja, mending aku gunakan waktu yang terbuang di organisasi itu untuk sesuatu yang lebih berguna” Jelas Sasori.
“Mengapa kamu anggap Organisasi ini membuang waktu, padahal niat kita semua baik untuk membuat orang-orang yang nyeleneh berubah menjadi baik. Mengapa kamu yang sudah baik justru malah nyeleneh?” tanya Pak ketua.
“Intinya saya kepingin seperti dulu, tak kehilangan jati diri sebagai pemuda yang berkoloni dengan berbagai pihak. Sedangkan disana gerakanku sangat terbatas dan aku merasa tidak terlalu dipentingkan. Lebih enak jalan sendiri sebagai seorang personal. Bukan organisasi yang bahkan tidak mengetahui indentitas jati dirinya sendiri. Jadi biarkan aku berjalan menebar kebaikan seorang diri” Kata Sasori mantap. Matanya masih berkonsentrasi memainkan Moba analog.
“ingat Sasori, Satu lidi itu mudah patah. Tujuan organisasi dibentuk untuk menebar kebaikan adalah supaya lidi itu Bersatu dan menjadi sulit untuk di patahkan”
“aku tau itu. Namun aku sudah muak dengan kumpulan lidi yang kusam dan gampang patah. ketimbang menjadi lidi yang Bersatu. Aku lebih ingin menjadi seonggok baja kuat yang bakal menang melawan lidi-lidi payah itu. jujur di organisasi aku merasa payah, kewalahan dan terus menerus menguras waktu dengan agenda yang jika dipikir tak membuahkan hasil signifikan apapun. Hanya menguras tenaga, kantong uang, serta waktu”

Tak berselang lama, Sasori segera mengusir ketua, tak menerima buah tangan yang telah dibawakan untuknya. Kembali kekamar, mematikan gamenya dan berusaha membaca dan menghabiskan waktu untuk mengasah kapasitas diri.

Apalah artinya masuk ke dalam gerbong kebaikan. Walau akhirnya hanya akan menambah beban serta tak berkembang. Tak peduli seberapa kontribusi yang di berikan, namun tetap saja hardikan dan celaan yang di dapat. Sasori sudah jenuh dengan semua itu, segala bentuk ke formalitasan di buangnya ke tempat sampah. Dituntut untuk membenahi hati orang lain, mengatur orang dan bagaimana cara mengubah seseorang untuk beralih menjadi baik. Tanpa peduli bagaimana perasaan hatinya yang kelabu, hitam, dan kelam. Sekali lagi itu membuat hatinya begitu sakit.

“bangke, ngapain juga jadi orang baik, SUSAH. dijauhi orang, saban hari selalu kena guyonan sok alim lah, sok taat lah, mengajak kepada kebaikanpun suka di olok-olok!” Gerutu Sasori ketika Nita bertanya alasan dirinya keluar dari gerbong kebaikan.
“kenapa kok kamu jadi kek gini sih. Kesambet apa lo?” Nita jadi khawatir.
Sasori terlampau emosi karena sudah puluhan kali ditanya seperti ini, padahal biasanya dia hanya di abaikan tanpa pernah peduli dirinya masuk got, kena rabies, atau sedang sekarat meratapi tugas “bodo, ga usah sok peduli sama gua. Jadi orang baik itu ga enak, ga ada artinya. Buat apa dah nebar-nebar kebaikan jika yang nebar aja kelakuannya juga kek mekelar”
“Orang jahat mah real dan mengakui kalo mereka itu jahat. Engga kayak orang munafik sok baik yang ngaku-ngaku baik di luar sana”
“enakan jadi orang jahat itu bisa korupsi, nyopet, ngambil barang, njarah tanah, kalo mau ena-ena gampang, kumpul bareng temen sampe tengah malam ga ada yang peduli. Bisa tiduran tanpa mikirin proker-proker ga mutu dan ga niat di buat itu. HAHA” kini Sasori makin menjadi-jadi. Hatinya sudah tidak bisa tersentuh lagi dengan cahaya yang selama ini dia dapatkan di organisasi.

            Gaya hidup Sasori berubah total. Kini dia sudah resmi keluar dari organisasi dengan berbagai pertanyaan yang masih mengganjal dari beberapa pengurus dan pembesar. Setahu mereka tidak ada masalah yang berarti akan kondisi Sasori, Dia bisa dibilang sangat aktif dan kompeten melaksanakan berbagai tugas dan amanah yang di berikan seberat apapun itu. Namun mengapa sekarang hatinya menjadi terbalik dan cenderung mengarah ke arah lain? Sekarang Sasori yang dulu seorang Alim dan suka nongkrong di masjid, mengaji, tersenyum ramah ke orang-orang. kini terlihat sering terciduk nongkrong larut malam, jarang pergi ke masjid yang biasa dia singgahi, suka kumpul dengan orang-orang ga bener dan lain-lain.

            Sang ketua melakukan rapat luar biasa di antara pembesar organisasi. Yang menjadikan bahasan pokok pagi itu adalah bagaimana cara mengembalikan Sasori ke organisasi.
“ada yang punya saran atau usulan?” tanya sang ketua. Beberapa masih bungkam dan beberapa menit berlalu dengan keheningan.

“jadi… alasan sebenarnya Sasori keluar itu apa ya?” tanya para pemuka disana.
“Intinya dia sudah ga mau di organisasi dan bosan menjadi baik”
“bukannya kebaikan itu harus terus diusung seterjal apapun jalannya dan sesedikit apapun orangnya ya?”
“benar”
“kalau memang dia sudah tidak bisa mendapatkan hidayah, kita juga tidak bisa melakukan apapun. Yang jelas kita sudah memberikan peringatan dengan memberi tahunya”
“jadi kita harus biarkan saja?”
“kan kita udah berusaha menyampaikan kebaikan ke dia”
“padahal dulu Sasori saja melakukan berbagai macam cara supaya anggota kita menjadi banyak seperti ini?”
Semua terdiam.
“akankah kita mengabaikannya? padahal dulu saja dia tidak bisa mengabaikan orang yang menyimpang dari pandangannya?”
Semua masih terdiam.
“atau jangan-jangan karena hal ini dia menjadi keluar dan pergi meninggalkan kita?”



Saturday, 8 June 2019



M         H         A

Senin, 03 Juni 2019

Game dan Kehidupan



Mengapa Game sangat menarik bagi kaum Pemuda? Mereka sampai rela begadangan, membeli item game, Skin dan equipment lain dengan pulsa. Padahal hal tersebut tidaklah berguna sedikitpun di kehidupan nyata. Mengapa mereka sampai rela berkorban dengan kesia-siaan? melampui batas sampai ketagihan, lupa waktu, lupa tidur, lupa isi dompet, lupa tugas, bahkan lupa orang tua? Kenapa, mengapa? Padahal apa yang menjadi penyebab hanyalah game. Apakah peran game dalam merusak generasi muda sampai separah itu? lalu apa kekuatan Game sehingga memiliki daya perusak yang sedemikian besar?

Kalau dipikir secara nalar, bukankah akan lebih baik ketika para pemuda mengalokasikan waktunya dengan membaca? Dengan tilawah? Dengan mencari pengalaman kerja? Dengan menulis? Bisnis? Dan kegiatan produktif lainnya. Ketimbang harus ndekem di kamar sambil bermain game tiada henti. Sebenarnya main game itu boleh, ga haram. Cuma yang jadi kendalanya itu ketika sudah ketagihan, sampai tak bisa mengatur waktu antara bermain dan produktif. Padahal jika dipikir kita bisa bermain sambil produktif (kita akan bahas ini di sesi akhir). Mereka sebenarnya tahu dampak negative nya jika kebablasan bermain game. Namun mereka masih rela membuang waktu untuk itu. Ibarat perokok, meski sudah di peringatkan dengan iklan dan bahaya merokok, tetap saja mereka membelinya.

            Mari kita pelajari apa yang membuat Game sedemikian DIGDAYA. Secara visual, Game manampilkan kesan dan pengalaman yang menakjubkan bagi para pemainnya, apalagi dizaman sekarang grafik game hampir menyerupai tekstur di dunia nyata. Menampilakan alur cerita seru dan unik serta menguji ketangkasan, adrenalin, strategi, dan tantangan bagi para pemain. Tak dipungkiri berbagai Genre Game yang beraneka ragam telah menggantikan peran maupun job di dunia nyata. Contoh nya saja game simulasi truk. Mereka tak harus belajar atau menyetir truk sungguhan, mencari sim B dan melakukan kursus sana-sini. Cukup duduk manis menginstall Euro Truck Simulator bajakan, Mengatur tampilan spesifikasi PC, belajar sepuluh menit, lama-lama mereka sudah mendapatkan pengalaman yang serupa. Dan ketika ada resiko kecelakaan mereka cukup tekan restart, selesai. Jika di dunia nyata, resikonya bisa berujung nyawa dan juga denda.

Kepraktisan game yang bisa di mainkan kapanpun dan dimanapun, tidak terkekang hukum-hukum dunia real, menjadikan para pemain tak perlu ragu untuk berbuat sesuka udelnya. Karena di dalam game kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Beda di dunia nyata dimana resiko pengambilan keputusan akan berakibat nyata dalam kehidupan. Sedangkan di game paling hanya berakibat maya. (Salah dikit tinggal restart, kalau game online tim hampir kalah tinggal AFK :V)

            Intinya adalah kehendak bebas. Sesuai naluri manusia yang ingin mencari kebebasan tanpa kekangan. Sedangkan meraka merasa terkekang dengan rutinitas menjemukan yang mereka alami di dunia nyata. Berbagai macan tekanan batin dan psikis di sekolah, kampus, kantor, maupun saat berinteraksi dengan lingkungan. Membuat jenuh dan akhirnya mereka lampiaskan dengan bermain game untuk mendapatkan kembali ruh kehidupan mereka yang hilang di dunia asli.

            Game tak selalu menawarkan dampak buruk dan perilaku negative. Seperti yang saya sebutkan di awal. Game bisa merangsang otak untuk berpikir kognitive dan berlatih dalam mengambil keputusan, strategi, simulasi, serta mengasah kemampuan motoric. Semua tergantung pada pengguna lebih mengarah ke hal positive atau negative.


Lalu bagaimana cara menselaraskan kehidupan di dunia nyata dan di dunia game? Bagaimana kita bisa menikmati dunia seperti halnya ketika kita menikmati sensasi bermain di dalam game?            

Pertanyaan yang cukup menarik. Dari sini saya ingin memformulasikan pelajaran yang saya dapatkan ketika bermain game, yakni membuat sebuah pola yang hampir sama antara dunia nyata dan dunia isekai (Game).
     
     1.      Buat Tiap hari dikehidupan nyata serasa Login di Game kesayangan kita.

Mengapa seorang itu betah untuk login tiap hari di game online? karena ada event seru seperti skin gratis, peti hadiah atau tambahan Gold ketika mereka menyempatkan login untuk singgah ke menu game utama. Di hari-hari normal yang kita jalani cobalah untuk melakukan hal serupa, ketika bangun dari tidur cobalah untuk bersyukur karena masih diizinkan login di dunia nyata. Hadiahkan diri di pagi hari untuk Sholat subuh ke masjid, olahraga, makan-makanan yang kita pengen atau mungkin kita bisa memberi surprise pada diri sendiri maupun teman kita agar timbul rasa bahagia pada diri.

Kalau missal posisi kita itu sebagai orang tua, maka tunjukkanlah apresiasi itu tiap hari pada anak kita. Kalau mereka berhasil bangun subuh kita masakin makanan yang enak. Atau kalau memang tidak bisa tiap hari, minimal satu kali seminggu seperti di hari senin. Jadi tiap hari senin selalu ada bingkisan untuk anak kita supaya mereka selalu menunggu-nunggu datangnya hari senin untuk bersekolah sekaligus mendapat doorprize yang dijanjikan.

     2.      Beri Apresiasi pada diri atas segala jerih payah yang ada walau itu sepele

            Dalam game juga ketika kita berhasil memenangkan sebuah event atau pertandingan pasti akan ada apresiasi berupa ‘congratulation’ atau pernyataan lain yang membuat hati kita menjadi gembira dan semangat untuk menang lagi dan lagi. Begitu pula dalam kehidupan. Tunjukkan apresiasi pada diri jika kita berhasil melakukan seuatu hal tertentu, semisal telah berhasil tilawah satu juz pada hari itu maka saya akan beli susu mbok darmi. Atau ketika saya berhasil mengerjakan skripsi, saya akan mentraktir teman-teman saya yang ada di kosan.

            Begitu pula ketika kita menjadi orang tua. Kalau anak kita tidak berhasil melakukan sesuatu jangan kita malah memarahi atau mengkritik pedas sehingga membuat mentalnya makin runtuh. Tapi berilah semangat dan apresiasi atas jerih payahnya meski itu hanya sekedar berhasil membuka tutup botol, karena apresiasi kecil sangat berdampak positif untuk menunjang keberhasilan besar yang akan di buat anak kita kedepannya.

     3.      Buat Timeline Event kita sendiri di tiap bulannya

Bahkan di Game online saja ada timelinenya, masak di kehidupan nyata kita engga? Salah satu hal yang membuat para player bisa mengatur dan kebablasan dalam bermain game adalah karena tiap bulannya selalu ada timeline event-event seru dan menggemparkan. Cobalah kita ambil manfaat dan membuat sendiri timeline kita dengan berbagai agenda sesuai dengan passion. Dampak yang dihasilkan akan membuat kehidupan kita menjadi lebih teratur, seperti seorang player game yang sangat teratur memilah dan bermain game hanya untuk menyelesaikan event setiap bulannya. Tentu hidup kita juga jangan mau kalah, kita buat event dalam hidup dan mencoba menyelesaikan segala tugas yang ada di tiap bulan. Lama-lama pasti kita akan lupa untuk menyempatkan waktu login game karena kita sudah dibuat sibuk dengan timeline event di dunia nyata.

     4.      Buat system upgrade leveling dari capaian yang berhasil kita raih

Jadikan event-event dalam hidup kita sebagai peringkat dasar untuk terus menggenjot XP level kehidupan kita. Semisal berhasil tilawah 1 juz sehari maka kita akan mendapatkan XP 10. Sedangkan untuk naik level dua kita butuk 100 XP, level tiga butuh 200 XP, level empat butuh 400 XP, terserah sesuai keinginan kita. Ketika kita membikin kehidupan kita sendiri menjadi seru, maka kita akan lebih menghargai hidup serta jerih payah yang telah dilakukan.

Sesuaikan dengan passion maka secara tidak langsung kita akan merasa nyaman untuk menjalani seluk beluk kehidupan seberat apapun tugas dan cobaan yang menghadang. Terus tertantang untuk maju dan mengambil resiko maupun masalah sulit. Karena kita sudah membentuk peringkat dan konsep dasar yang menjadi acuan untuk menyemangati diri sendiri.

Ketika bermain Game di level easy terus lama-lama pasti bakal bosan dan jenuh. Rasanya ingin sekali mencoba hal baru dengan mengambil tingkat kesulitan medium, hard, bahkan expert. Seperti itulah ketika ingin menjalani sebuah kehidupan. Mulai dari yang mudah dulu dan dapatkan poin sesuai tingkat kesulitan yang ada. Lama-lama kita akan merasa tertantang sendiri dan mencoba untuk mendapatkan poin yang lebih banyak. Misal udah seminggu berhasil membaca buku lima lembar perhari/ maka ciptakan event baru ke mode medium dengan meningkatkan menjadi 8 lembar / hari. Begitu seterusnya sampai kita menjadi expert dan berhasil membaca satu buku dalam sehari. Apa mungkin? Ga ada yang ga mungkin bro kecuali menghidupkan orang mati.

            Di akhir kata mengapa kok saya mengambil tema game disini. Karena menurut pandangan saya banyak pemuda terutama anak lelaki suka banget bermain game sampai lupa waktu. Mungkin dengan penanaman kembali pola pikir mengenai kehidupan yang bisa di gameinisasi membuat kehidupan kita serasa bermain namun juga produktif. Kombinasi ini memang agak nyeleneh namun terbilang efektif untuk menyadarkan mereka, mengembalikan mereka dari buaikan dunia isekai (game) tanpa makna dan bias, menuju ke hamparan kehidupan nyata bermasyarakat yang sebenarnya peran pemuda sangat dibutuhkan disana.

Sekian artikel singkat dari saya. Jangan lupa gunakan waktu untuk terus berjuang memperbaiki kualitas hidup yang produktif dengan event-event yang kita buat setiap hari, bulan, bahkan tahun. Memberi apresiasi untuk memacu semangat orang lain maupun diri sendiri. Berusaha menaikkan kapasitas diri dengan leveling setiap hari (dengan menyelesaikan tugas-tugas kehidupan) Sehingga membuat kita tidak menjadi lupa waktu untuk melakukan perbuatan negative, namun kita menjadi lupa waktu untuk melakukan kegiatan positive. Sampai tak sadar sudah berapa lama waktu yang telah di lewati untuk berjuang. Dan ketika sadar, kita telah berada di ujung jalan dengan capaian-capaian mengagumkan dalam tiap langkah kehidupan kita.



Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh…



Minggu, 3 Juni 2019

M         H         A

Sabtu, 01 Juni 2019

Pemuda Muslim Ideal Berjiwa Milenial




            Dizaman Milenial ini, berbagai macam budaya dan gaya merambah bagai jet berkecepatan suara. Begitu cepat membuat kehidupan di sekitar kita serasa berwarna dengan hegemoni dan berbagai tipe budaya yang beragam. Diserap oleh khalayak muda, yang itu entah berdampak positif dari segi kreasi dan kemajuan teknologi, sampai ke dampak negative mulai dari kecanduan sampai penyimpangan sosial.

            Bagaimana peran selaku pemuda islam dalam menangani arus globalisasi yang semakin meng-Global ini? Tentu tak bisa dihindari, untuk itulah perlu adanya sikap dan antisipasi.

Dalam memerangi, eh bukan. Dalam menyikapi dunia yang sudah mulai memasuki ranah 4.0, tentu kita tak boleh lupa mengenai indentitas kita sebagai seorang pemuda muslim. Tak usah larut dalam hagemoni namun ikut andil dalam mewarnai dan menselaraskan situasi. Bak warna yang menghiasi pelangi, mari hadirkan generasi pemuda islam berjiwa madani. Pemuda yang dikenal memiliki jiwa yang kokoh dan hati yang bersih, berani, mandiri, cinta pada sesama, serta bermanfaat bagi sekitar.

Emang mudah kalau Cuma omong doang, saya akui untuk merealisasikannya itu sulit dan butuh pengorbanan. Pengorbanan itu perlu guys, bahkan ketika ngerjain tugas kuliah pun, kalian perlu mengorbankan waktu buat belajar dan mencari artikel sana-sini.

Mengapa kok menjadi seorang muslim ideal berjiwa milenial itu penting? TENTU SANGAT PENTING! Sadar ga sadar sebenarnya kita ini sudah tertinggal dari mereka. Kondisi kita tidak bisa dibilang baik-baik saja. Fikrah Pemuda Islam sudah tercekoki oleh budaya negative dari luar yang membuat kita semakin jauh dari agama islam itu sendiri. Akibatnya, kita merasa minder dan berpikir bahwa menjadi pemuda islam itu memalukan, ngga keren, kurang trendy dan kerjanya Cuma keluar masuk masjid. BUKAN BEGITU, TENTU ITU CARA PANDANG YANG SALAH. Apa penyebab kebanyakan orang berpikir demikian? Kembali ke bahasan awal, fikiran kita sudah ter-setting oleh budaya arus informasi dari luar yang kurang ter-filter di jagad raya.

Lanjut ke bahasan utama, Apa itu muslim Ideal? Dari segi Bahasa, Secara harfiah muslim bisa berarti damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salamat).
Ideal bersumber dari sesuatu yang di iimpikan, di idam-idamkan, dan dikehendaki.
Sehingga bisa disimpulkan bahwasanya muslim ideal ialah
‘seorang yang membawa kepada kebaikan kepada diri maupun orang lain kapanpun dan dimanapun, menjalankan berbagai macam syariat yang telah di tetapkan islam mulai dari yang kecil sampai yang besar, menjauhi larangan dan melaksanakan perintahnya. Tidak menentang dan santun kepada sesama, hablum minallah dan hablum minannas

            Kendati sebelum kita masuk ke penjabaran bagaimana cara untuk menjadi seorang muslim yang ideal, mari saya ajak dulu untuk mengerti gambaran seorang muslim yang ideal itu.

            Islam adalah agama sempurna yang relevan dari masa ke masa. segalanya tepat di atur dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sebagai seorang Muslim ideal tentu harus berusaha menguasai segala seluk beluk ajaran islam supaya tidak salah paham mengenai isi dan kandungan yang diajarkan di dalamnya. Membuat tingkah laku kita setiap hari memiliki landasan yang teratur, tidak asal neko-neko, sanggup memilih yang baik dan bathil, kedepannya itulah yang akan membantu kita dalam menghadapi dunia yang sudah mulai frontal ini. Intiya menerapkan dalam kehidupan keseharian sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadtis. Seorang muslim ideal haruslah memiliki pemikiran yang idealis serta sangat memperhatikan tingkah laku. Entah itu ketika dia sedang berhadapan dengan manusia maupun saat berinteraksi dengan Allah subhanahu wata’ala.

            Dahulu ketika Aisyah ditanya tentang sifat rasullullah SAW. Aisyah berkata dalam sebuah hadits bahwasanya perilaku nabi itu sama dengan tuntunan yang di ajarkan dalam Al-qur’an sehingga Rasullah seperti Al-Qur’an yang berjalan dimana segala apa yang ada di dalamnya diterapkan dan diimplementasikan di kehidupan nyata.

            Ada beberapa aspek untuk menjadi seorang muslim ideal, yakni 10 muhasofat. Dimana ketika berhasil menerapkan sepuluh hal tersebut. Insyaa Allah kita akan menjadi seorang muslim ideal yang milenial. 10 Muhasofat di antaranya adalah :

    1.      Salimul Aqidah (Aqidah Yang Bersih)
    2.      Shahihul Ibadah (Ibadah Yang Benar)
    3.      Matinul Khuluq (Akhlak yang Kokoh/Mulia)
    4.      Qawiyyul Jism (Fisik yang Kuat/Kekuatan Jasmani)
    5.      Mutsaqqoful Fikri (Intelek Dalam berfikir)
    6.      Mujahadatul Linafsihi (Berjuang Melawan Hawa Nafsu)
    7.      Harishun Ala Waqtihi (Pandai Menjaga Waktu)
    8.      Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam suatu urusan)
    9.      Qadirun Alal Kasbi(Mandiri)  
  10.  Nafi'un Lighoirihi (Bermanafaat Untuk Orang Lain)

Insyaa Allah kita akan bahas dan kupas satu persatu di tulisan selanjutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh…

M         H         A