Masa lalu, kini, dan nanti. Hari ini, baru, dan lalu. Waktu itu, ini, dan sekarang. Dedauanan, mendesau jatuh ke tanah. Adakalanya langit berwarna abu-abu kehitaman. Terkadang berwarna biru muda. Bisa jadi sekarang mendung. Dan nantinya semakin gelap dan hujan pun turun. Seperti sekarang. Hujan sudah turun. Langit sedari tadi mendung. Banyak orang-orang mulai berteduh. Menghindarkan tubuh mereka agar tidak basah kuyup.
Dulu tempat ini adalah hutan
belantara. Setelah manusia singgah, hutan ini diubah menjadi area persawahan.
Lama waktu berlalu, dan sekarang tanah-tanah sawah itu mulai tergerus. Tergerus
oleh bangunan-bangunan paprik yang menyemburkan asap kotor ke langit. Dahulu,
air disini sangatlah jernih. Tak perlu dimasak sudah boleh langsung diminum.
Gratis, tanpa harus membayar sepeser pun. Tapi entah kenapa sekarang menjadi
keruh. Sehingga, sekarang banyak air minum yang di wadahi, kemudian
dijual beli.
Harapan adalah sebuah keinginan yang
ingin kita wujudkan. Terkadang, keinginan bisa lebih besar dari pada
kesanggupan. Bisa jadi kita tak berusaha. Dan hanya menginginkan harapan, yang
akhirnya hanya bisa menjadi sebuah angan-angan.
Sebuah warung hik di pinggir jalan. Disana terdapat dua orang
pemuda yang masih muda. Namanya juga anak muda. Sudah pasti mereka muda. Jika
tidak, maka tidak akan disebut sebagai pemuda.
“kapan
kamu mau berubah?” tanyanya. Matanya masih menatapku tanpa bergeming. Dilihat
dari reaksinya. Mungkin dia sudah tidak sabar lagi menungguku untuk keluar dari
lingkaranku sendiri.
“besok,
lusa, atau mungkin minggu depan” jawabku sekenanya. Kualihkan pandangan ke arah
lain. Tak kuat aku lama-lama menatap matanya yang tajam.
“jangan
hanya berkata besok, besok, dan besok. Kalau bisa sekarang, kenapa kamu tunda terus”
Nada suaranya agak sedikit di tekan.
Kulihat wajahnya begitu serius ketika mengatakannya.
“ya,
aku tahu”
“kalau
kamu tahu. kenapa tidak segera berubah!?”
“tidak
semudah itu. kau kira perubahan bisa datang dalam sekejap mata”
Temanku
itu terdiam.
“bahkan
sebuah mobil saja harus melalui sebuah proses untuk bisa menjadi mobil. Mana
ada mobil yang jadi dengan sendirinya“ tambahku.
“aku
bahkan tidak melihat proses perubahanmu sama sekali. Ingat, kamu sudah lulus
SMA. Sudah sepantasnya kamu memiliki sebuah orientasi yang jelas. Harus sudah
memiliki sebuah jati diri yang mantap. Apa lagi kamu ini seorang laki-laki.
Maka dari itu. kita dituntut untuk menjadi lebih baik agar kehidupan kita tidak
diisi dengan penyesalan dan penyesalan”
Setelah
berkata seperti itu, dia segera menenggak minuman es teh pesanannya. Kesempatan
break itu juga aku manfaatkan untuk meminum es jerukku yang esnya sudah
mulai mencair.
Kehidupan bisa terasa hambar. Namun
kehidupan bisa terasa sangat berwarna dan mencerahkan. Kehidupan sangat sulit.
Kehidupan juga sangat menyenangkan. Tergantung ditatap dari sudut pandang yang
mana. Setiap hari aku tak bosan-bosannya melihat matahari terbit dan terbenam.
Angin tak henti-hentinya berhembus berkelana ke berbagai arah. Ombak laut,
tetumbuhan yang tumbuh, cahaya yang menyinari, kegelapan yang membayangi, suara
yang memberi warna, hujan yang menghidupkan, panas yang mengeringkan. Bukan
berarti kehidupan bisa disalahkan. Karena pada dasarnya dirinya salah memaknai
hidup dengan sebaik-baiknya.
Sejaman dengan waktu yang terus
berputar. Banyak sekali manusia yang tidak menerima akan keadaannya. Tidak.
Kebanyakan malah memaki kondisinya. Apa hanya semacam firasat? Tidak. Itu bisa
dikatakan kenyataannya.
“Aku
dengar dahulu kamu pernah menghadiri seminar motivasi?” dia kembali memulai pembicaraan.
“ya.
Itu hanya memotivasiku sampai tiga hari saja”
“bentar
banget”
“karena
motivator yang paling tahan lama itu dari diri sendiri”
Temanku
menatap keluar jendela. Awan sudah menutupi sebagian besar langit yang ada.
“sekarang
sudah mau hujan lho. Aku juga nggak bawa mantol”
“kamu
mau pulang sekarang?”
Dia mengangguk.
“ya
udah, hati-hati ya”
“hei?”
“hmm?”
“bukannya
kamu mbonceng aku” katanya dengan muka jutek.
“ahahaha...
iya, aku lupa. Ayo kita pulang” kami berdua segera beranjak dari kedai itu.
temanku menyalakan motornya. Aku membonceng di belakangnya. Kami mengenakan
helm masing-masing. Setelah membayar uang parkir, lekas dia mengegas motornya
menuju jalan raya.
Gerimis mulai turun. Temanku
melajukan motornya semakin kencang. Menerabas kendaraan, membelah angin
kencang. Dingin menggerayangi tubuh. Rintikan hujan terasa seperti butiran-butiran
pasir yang berkecamuk menerpa wajahku.
Dunia ini terasa carut marut. Apa
hanya perasaanku? segalanya telah rusak, segalanya telah diputar balikkan.
Sulit mencari kebenaran disaat kebatilan menduduki segalanya. Mana orang yang
ingin mengubah? Kulihat mereka sebagian besar berada di dasar.
Sangat sulit melangkahkan kaki untuk bisa mencapai puncak
kehidupan. Apakah sesulit itu? kurasa tidak. Pikirankulah yang mempersulit itu.
Seharusnya itu bisa terjadi jika aku benar-benar ingin. Mengubah semua yang
salah. Apakah itu mungkin? Membenahi segala kerusakan. Bukankah itu Cuma mimpi?
Semua bergerak dalam porosnya sendiri-sendiri. Selagi energi masih
ada, saat itulah roda dunia masih terus bergerak. Segalanya bergerak. Ada yang
lamban, adapula yang cepat. Ada yang segera meraih tujuan, ada yang lama dan
bahkan berhenti sebelum sempat meraihnya.
Aku teringat masa kecil, pikiranku belum dipenuhi oleh berbagai hal
rumit. Sekarang terasa sulit. Karena banyak hal menuntutku untuk segera
memperbaiki. Saat ini, semua terpampang jelas di pelupuk mata. fikiranku mulai
terbiasa memilah berbagai hal yang benar dan salah. Mungkinkah saat ini aku
harus meninggalkan putaran di lingkaran ku sendiri? Dan mencoba beranjak untuk
berhijrah ke berbagai poros untuk mempoles segala hal yang kurasa salah? Tapi,
apakah pemikiranku dengan yang lain akan sama? karena belum tentu yang aku
anggap salah itu salah di mata orang lain.
“kurasa
kita harus berkomitmen terlebih dahulu”
“apa?”
dia tidak mendengar apa yang aku ucap. Hembusan udara yang menyelimuti kami
membuat suaraku terdengar samar.
“Kita
harus memantapkan komitmen dulu!” kataku dengan nada lebih keras.
“akhirnya
kamu sadar juga!”
“tapi
itu akan sangat sulit!”
“ya,
kita lakukan bersama supaya tidak terasa begitu sulit!”
“Ya!”
Jum’at,
5 Mei 2017
MHA