softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Sabtu, 06 Mei 2017

Kumpulan Cerpen; Sebuah Cerita Singkat



            Masa lalu, kini, dan nanti. Hari ini, baru, dan lalu. Waktu itu, ini, dan sekarang. Dedauanan, mendesau jatuh ke tanah. Adakalanya langit berwarna abu-abu kehitaman. Terkadang berwarna biru muda. Bisa jadi sekarang mendung. Dan nantinya semakin gelap dan hujan pun turun. Seperti sekarang. Hujan sudah turun. Langit sedari tadi mendung. Banyak orang-orang mulai berteduh. Menghindarkan tubuh mereka agar tidak basah kuyup.

            Dulu tempat ini adalah hutan belantara. Setelah manusia singgah, hutan ini diubah menjadi area persawahan. Lama waktu berlalu, dan sekarang tanah-tanah sawah itu mulai tergerus. Tergerus oleh bangunan-bangunan paprik yang menyemburkan asap kotor ke langit. Dahulu, air disini sangatlah jernih. Tak perlu dimasak sudah boleh langsung diminum. Gratis, tanpa harus membayar sepeser pun. Tapi entah kenapa sekarang menjadi keruh. Sehingga, sekarang banyak air minum yang di wadahi, kemudian dijual beli.

            Harapan adalah sebuah keinginan yang ingin kita wujudkan. Terkadang, keinginan bisa lebih besar dari pada kesanggupan. Bisa jadi kita tak berusaha. Dan hanya menginginkan harapan, yang akhirnya hanya bisa menjadi sebuah angan-angan.

Sebuah warung hik di pinggir jalan. Disana terdapat dua orang pemuda yang masih muda. Namanya juga anak muda. Sudah pasti mereka muda. Jika tidak, maka tidak akan disebut sebagai pemuda.

“kapan kamu mau berubah?” tanyanya. Matanya masih menatapku tanpa bergeming. Dilihat dari reaksinya. Mungkin dia sudah tidak sabar lagi menungguku untuk keluar dari lingkaranku sendiri.
“besok, lusa, atau mungkin minggu depan” jawabku sekenanya. Kualihkan pandangan ke arah lain. Tak kuat aku lama-lama menatap matanya yang tajam.
“jangan hanya berkata besok, besok, dan besok. Kalau bisa sekarang, kenapa kamu tunda terus” Nada suaranya agak sedikit di tekan.  Kulihat wajahnya begitu serius ketika mengatakannya.
“ya, aku tahu”
“kalau kamu tahu. kenapa tidak segera berubah!?”
“tidak semudah itu. kau kira perubahan bisa datang dalam sekejap mata”
Temanku itu terdiam.
“bahkan sebuah mobil saja harus melalui sebuah proses untuk bisa menjadi mobil. Mana ada mobil yang jadi dengan sendirinya“ tambahku.
“aku bahkan tidak melihat proses perubahanmu sama sekali. Ingat, kamu sudah lulus SMA. Sudah sepantasnya kamu memiliki sebuah orientasi yang jelas. Harus sudah memiliki sebuah jati diri yang mantap. Apa lagi kamu ini seorang laki-laki. Maka dari itu. kita dituntut untuk menjadi lebih baik agar kehidupan kita tidak diisi dengan penyesalan dan penyesalan”
Setelah berkata seperti itu, dia segera menenggak minuman es teh pesanannya. Kesempatan break itu juga aku manfaatkan untuk meminum es jerukku yang esnya sudah mulai mencair.

            Kehidupan bisa terasa hambar. Namun kehidupan bisa terasa sangat berwarna dan mencerahkan. Kehidupan sangat sulit. Kehidupan juga sangat menyenangkan. Tergantung ditatap dari sudut pandang yang mana. Setiap hari aku tak bosan-bosannya melihat matahari terbit dan terbenam. Angin tak henti-hentinya berhembus berkelana ke berbagai arah. Ombak laut, tetumbuhan yang tumbuh, cahaya yang menyinari, kegelapan yang membayangi, suara yang memberi warna, hujan yang menghidupkan, panas yang mengeringkan. Bukan berarti kehidupan bisa disalahkan. Karena pada dasarnya dirinya salah memaknai hidup dengan sebaik-baiknya.

            Sejaman dengan waktu yang terus berputar. Banyak sekali manusia yang tidak menerima akan keadaannya. Tidak. Kebanyakan malah memaki kondisinya. Apa hanya semacam firasat? Tidak. Itu bisa dikatakan kenyataannya.

“Aku dengar dahulu kamu pernah menghadiri seminar motivasi?” dia kembali memulai pembicaraan.
“ya. Itu hanya memotivasiku sampai tiga hari saja”
“bentar banget”
“karena motivator yang paling tahan lama itu dari diri sendiri”
Temanku menatap keluar jendela. Awan sudah menutupi sebagian besar langit yang ada.
“sekarang sudah mau hujan lho. Aku juga nggak bawa mantol”
“kamu mau pulang sekarang?”
Dia mengangguk.
“ya udah, hati-hati ya”
“hei?”
“hmm?”
“bukannya kamu mbonceng aku” katanya dengan muka jutek.
“ahahaha... iya, aku lupa. Ayo kita pulang” kami berdua segera beranjak dari kedai itu. temanku menyalakan motornya. Aku membonceng di belakangnya. Kami mengenakan helm masing-masing. Setelah membayar uang parkir, lekas dia mengegas motornya menuju jalan raya.

            Gerimis mulai turun. Temanku melajukan motornya semakin kencang. Menerabas kendaraan, membelah angin kencang. Dingin menggerayangi tubuh. Rintikan hujan terasa seperti butiran-butiran pasir yang berkecamuk menerpa wajahku.

            Dunia ini terasa carut marut. Apa hanya perasaanku? segalanya telah rusak, segalanya telah diputar balikkan. Sulit mencari kebenaran disaat kebatilan menduduki segalanya. Mana orang yang ingin mengubah? Kulihat mereka sebagian besar berada di dasar.

Sangat sulit melangkahkan kaki untuk bisa mencapai puncak kehidupan. Apakah sesulit itu? kurasa tidak. Pikirankulah yang mempersulit itu. Seharusnya itu bisa terjadi jika aku benar-benar ingin. Mengubah semua yang salah. Apakah itu mungkin? Membenahi segala kerusakan. Bukankah itu Cuma mimpi?

Semua bergerak dalam porosnya sendiri-sendiri. Selagi energi masih ada, saat itulah roda dunia masih terus bergerak. Segalanya bergerak. Ada yang lamban, adapula yang cepat. Ada yang segera meraih tujuan, ada yang lama dan bahkan berhenti sebelum sempat meraihnya.

Aku teringat masa kecil, pikiranku belum dipenuhi oleh berbagai hal rumit. Sekarang terasa sulit. Karena banyak hal menuntutku untuk segera memperbaiki. Saat ini, semua terpampang jelas di pelupuk mata. fikiranku mulai terbiasa memilah berbagai hal yang benar dan salah. Mungkinkah saat ini aku harus meninggalkan putaran di lingkaran ku sendiri? Dan mencoba beranjak untuk berhijrah ke berbagai poros untuk mempoles segala hal yang kurasa salah? Tapi, apakah pemikiranku dengan yang lain akan sama? karena belum tentu yang aku anggap salah itu salah di mata orang lain.

“kurasa kita harus berkomitmen terlebih dahulu”
“apa?” dia tidak mendengar apa yang aku ucap. Hembusan udara yang menyelimuti kami membuat suaraku terdengar samar.
“Kita harus memantapkan komitmen dulu!” kataku dengan nada lebih keras.
“akhirnya kamu sadar juga!”
“tapi itu akan sangat sulit!”
“ya, kita lakukan bersama supaya tidak terasa begitu sulit!”
“Ya!”
Jum’at, 5 Mei 2017

MHA

Kumpulan Cerpen; Ketampanan


  
          Stip yang keluar dari sebuah toko. Dibeli dengan uang bernominal 2000. Uang kertas yang sama sekali tidak memiliki nilai guna. Jika tidak ada emas yang menjadi jaminannya. Stip yang digunakan untuk menghapus sebuah tulisan. Tapi hanya tulisan dari pensil yang bisa dihapusnya. Sesekali anak TK itu menghapus tinta dari bolpen. Tulisan itu tak kunjung menghilang. sehingga membuat anak TK itu frustasi karena tangannya pegal akibat menggosok-gosokkan penghapus itu. Akhirnya anak kecil itu menangis. Berlari menuju kamar kakaknya. Untuk mengadukan apa yang barusan dialaminya.

            Kakaknya sedang tiduran di kasur. Sambil memainkan jari jempolnya di layar smartphone. Kakaknya yang bisa dibilang memiliki paras yang sempurna. Terbukti dari banyaknya wanita di sekolahnya yang selalu menggodanya. Chat-chatan hpnya setiap hari tak pernah absen dari berbagai has tag ataupun pesan dari lawan jenisnya. Tentu saja. Sekali ada wanita memandang. Maka terbiuslah mereka munuju suatu dunia yang tak ada bandingannya. Sampai ada pula yang menjebur got karena saking terpananya.

            Perawakannya tinggi. Hidungnya mancung sebagai mana orang barat pada umumnya. Rambutnya menggugah selera. Hitam lebat seperti habis di krimbat. Wajahnya putih bersinar, jika terkena cahaya, maka cahaya itu akan memantul dengan sendirinya. Mukanya bersih tanpa ada tempelan jerawat, yang terkadang diplitesi sebagian besar orang karena saking mengganggunya. Sangat mengagumkan pesona yang ada padanya. Tapi bukan Cuma itu. IQ nya hebat. EQ nya mantap. Nilainya hampir sempurna. Sehingga selalu menyabet rinking satu paralel se-angkatan sekolah. itulah yang membuatnya menjadi idola bagi para perempuan di sekolahnya. Sehingga membuat iri para jomblo yang ngenes. Yang sehari-hari hanya bisa berkhayal memikirkan angan-angan palsu.

“Kak Gabriel.... itu, penghapus yang di beli kakak sudah error. Nggak mau menghapus tulisan adek. HUAAA.....” adiknya menangis dan menjerit semakin kencang. Gabriel yang sayang terhadap adiknya mematikan smartphonenya untuk melayani keluhan sang adik. Sambil mengelus-elus rambutnya. Berusaha menenangkan suasana hati adiknya yang sedang kusut oleh masalah.
“tenanglah adikku. Kakakmu ini akan membelikan alat yang lebih hebat dari penghapus itu. Alat yang bisa menghilangkan tulisan bolpen. Yaitu tipe-x!”

            Gabriel segera keluar dari kamarnya. Sebelum berjalan keluar dari rumah. Entah kenapa burung-burung sudah bertengger di atap rumah untuk menyambutnya di luar. Debu-debu di jalan yang akan dilaluinya bergeser menjauh. Memberikan tempat bersih untuk pijakannya. Sandalnya juga dengan ajaib tertata untuk memudahkan kaki gabriel mengenakannya. Setelah sampai di jalan. Orang-orang seakan melihat seorang pangeran yang berjalan di kampung mereka. Sampai seorang ibu-ibu merasa muda kembali dan lupa jika memiliki suami. Suami yang tahu seketika menyuruh istrinya untuk masuk kerumah lagi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini. Gabriel masih berjalan dengan gagah dan berani. Badannya tegap membuat orang yang memandangnya menjadi nge-fly. Angin bertiup mengibarkan rambutnya. Membuat harum shamponya tercium oleh anak-anak seumurannya.

            Lalu, tibalah Gabriel di sebuah toko eceran kecil. Si mbak-mbak penjual yang ada disana dengan saltingnya melayani Gabriel.
“A.... ada apa mas. Ma... mau beli apah?” badannya panas dingin ketika berjarak dua meteran dari gabriel.
“tolong. Satu tipe X berkualitas prima. Seprima hatiku padamu”
‘JLEB!’ hati mbak-mbak penjaga toko itu langsung keok. Dengan ikhlas yang dipaksakan, mbak-mbak itu memberikan tipe-x itu secara Cuma-Cuma kepada Gabriel. Namun Gabriel menolak dan tetap bersikukuh untuk membayar.
“segala jerih payahmu yang telah kula’an tipe-x. Engkau telah menyediakan apa yang aku butuhkan. Sebagai gantinya, uang ini yang akan berbicara” katanya sambil menyodorkan uang bernominal 10.000. mbak-mbak penjual yang masih mabuk kepayang menerima uang itu dari tangan Gabriel. Namun, tanpa sadar menjujuli uangnya dengan uang bernominal 50.000. Gabriel saat itu tak begitu memperhatikan.
“terimakasih mbak-mbak penjaga toko. Kebaikanmu tak akan pernah hilang dari benakku”
Lalu Mbak-mbak penjaga dengan segera pingsan di tempat. Gabriel lekas cabut untuk kembali lagi ke rumahnya. Untuk memberikan tipe-x itu kepada adiknya.

            Di sekolah. Siapa yang tak kenal dengan Gabriel? Sepanjang hari dia selalu jadi topik pembicaraan. Bahkan sekolah-sekolah lain juga membicarakannya. Jadi dia menjadi sangat terkenal. Dengan berbagai piala yang telah di dapatnya untuk sekolah. sehingga menambah integritasnya. Bahkan di kelas dua SMA ini dia sudah di tawari untuk masuk di berbagai perguruan tinggi yang ada. Tentunya dengan biaya nol.
“uang tak ada artinya. Itu hanyalah kertas yang di beri tinta” kata Gabriel saat di wawancarai untuk masuk majalah sekolah. ini sudah keseratus kalinya dia memapangkan wajahnya di majalah sekolah. dari 101 volume yang telah ada. Satu volume luput karena saat itu dia tak mau di wawancarai karena tak mau terus-terusan ada di majalah.
“jadi kamu sama sekali tak menganggap uang itu berarti?”
“ya. Yang berarti sesungguhnya adalah barang-barang yang telah di beli itu. jadi, ketika ada kuliah yang gratis. Yang aku puji adalah ilmu itu sendiri. masalah biaya itu akan datang dengan sendiri. maka jangan lah bergantung pada uang. Justru uang yang harus bergantung pada kita. Karena kita sendiri juga yang membuatnya”

            Di sisi yang lain. seorang murid cupu bin culun berada di pojokan meja kelas sedang menggerutu. Mulutnya sedari tadi komad-kamid. Bukannya berdzikir. Tapi karena jengkel dengan Gabriel yang selalu saja mendapat muka, padahal dia sudah di beri muka. Dirinya ingin sepertinya. Tapi dia memiliki fisik yang kerdil dan wajah yang membuat lari orang lain. sehingga dia tak pede untuk melakukan sesuatu. Apa lagi dia tak pintar dan pas-pasan. Sehingga membuatnya terus menggerutu dan menganggap gabriel sebagai musuh.

            Disisi yang lain. para siswi sudah berlomba-lomba untuk menjadi istri dari gabriel. Di sisi yang lain. Murid cupu bin culun itu terpeleset di depan para siswi. Sehingga membuatnya di tertawakan. Dia menjadi sangat malu. matanya memerah. Dia menahan tangis. Dan setelah sampai di kamar mandi. Dia tumpahkan seluruh tangisannya itu. tapi nahas. Kesialannya hari itu belum berakhir. Ternyata dia berada di kamar mandi perempuan. sehingga dia mendapat skor seminggu.

            Disisi yang lain. Gabriel memenangi turnamen badminton. Membuatnya sangat populer bagai artis papan atas. Dia menjadi idaman para anak muda. Sampai dia di wawancarai dan masuk TV. Dia di tanya tentang faktor apa yang menjadikannya bisa seterkenal ini.

“entahlah. Yang aku tahu. orang biasanya memandang dari segi luar. Karena luar adalah hal yang paling mudah untuk dilihat dari pada bagian dalam” jawabnya dalam wawancara itu.

            Suara siul terdengar dari celah pepohonan yang perdu di tiup angin. Roda mobil berputar menggilas aspal-aspal berlubang yang belum di tambali. Panas menyengat membuat kelek serasa dibasahi. Air menguap dan menebar di udara sampai batas waktu yang di tentukan. Kini seorang murid cupu bin culun meratapi harinya yang buruk. Dia merasa tak terima dengan kehidupannya. Dia merasa jika hidup itu tak adil. Sehingga dia memutuskan untuk bunuh diri. Dia bersiap menggantungkan diri. Dan sebelum dia tergantung. Sebuah pisau memutus tali yang akan digunakan untuk menggantung.

“kenapa?” orang cupu bin culun alias Cucun terbelalak. Dia tak tahu kenapa tali itu putus. Padahal talinya sudah cukup kuat untuk membuatnya mampus.
“cukup sampai disitu” teriak salah satu orang dari sudut kuadran dua. membuat Cucun dengan cepat berbalik dan menatap orang tersebut.
“Ka...kau..” Cucun melihat Gabriel berdiri tegap di balik ambang pintu. Dia tak habis pikir dia akan datang disaat yang tepat. Tapi menurut Cucun, dia datang disaat yang tidak tepat
“KENAPA KAU ADA DISINI!” kata-katanya tinggi memekakkan ruangan.
“kenapa kau ingin berakhir seperti itu. Itu akan memperburuk cerita hidupmu”
“tak usah sok peduli. Tak ada gunanya kamu mengurusiku. Lebih baik urusilah kepopuleranmu itu”
Gabriel mendekati Cucun. Cucun yang tak mau di dekati berlari ke pojok ruangan. Tapi Kaki Gabriel masih melangkah mendekati Cucun
“Berhenti!! Aku bilang berhenti!!! Apa kau tuli!! berhentiiii!”
Gabriel mangacuhkan peringatan itu. kini dia berdiri tepat di hadapan Cucun
“kenapa kamu berbuat seperti ini?”
Cucun menahan geram. Dan tak sadar memukul perut Gabriel. Gabriel saat itu merasa ada tepukan yang mengenai perutnya. Tepukan lalat yang biasa dilakukan adeknya.
“jangan pura-pura tak tahu. Hidup ini tak adil. Kenapa hanya kau saja dan orang-orang yang poluler itu saja yang ada. Sedangkan aku hanyalah orang terbuang yang tak ada artinya. Jadi apa yang harus aku perbuat untuk hidupku ini! tak ada yang mau mendekatiku. Dan aku selalu merasa terasing. Tidak sepertimu yang selalu jadi pusat perhatian semuanya”
Mata Gabriel terpejam sejenak sebelum dia mengatakan suatu hal yang besar.
“adil itu tak harus sama. kehidupan itu juga tidak sama antara satu orang dengan orang lain. antara satu dan yang lain juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing”
‘tapi semua kekurangan ada padaku. Dan kamu pun sama sekali tak punya kekurangan!”
“diamlah. Aku belum selesai ngomong!” Cucun langsung terdiam. Gabriel menarik nafas panjang
“begini. Setiap orang pasti punya kelebihan di bidang masing-masing. Dan ada beberapa bagian lain yang menjadi kelemahan. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada rumah yang tak kan roboh. Semua pasti punya kelemahan. Semua orang juga pasti punya kelebihan. Apapun itu. fisikmu yang lengkap sudah membuktikan kamu lebih baik dari pada orang yang cacat. Jadi, apakah kamu masih ingin membunuh dirimu itu?”
Cucun terdiam. Dalam diamnya dia menyesali akan perbuatannya.
“jika dimikian. Lalu apa kelemahanmu itu?” tanya cucun untuk sekian kalinya.
“tidak bisa terbang” jawabnya. Singkat, padat, dan menjelaskan.

Sumber gambar:
http://anakdewahafizhpratama.blogspot.co.id/2013/08/10-anime-terganteng-dan-terkeren.html 


30 Oktober 2016



Muhammad Habib A