Sabtu, 06 Mei 2017

Kumpulan Cerpen; Ketampanan


  
          Stip yang keluar dari sebuah toko. Dibeli dengan uang bernominal 2000. Uang kertas yang sama sekali tidak memiliki nilai guna. Jika tidak ada emas yang menjadi jaminannya. Stip yang digunakan untuk menghapus sebuah tulisan. Tapi hanya tulisan dari pensil yang bisa dihapusnya. Sesekali anak TK itu menghapus tinta dari bolpen. Tulisan itu tak kunjung menghilang. sehingga membuat anak TK itu frustasi karena tangannya pegal akibat menggosok-gosokkan penghapus itu. Akhirnya anak kecil itu menangis. Berlari menuju kamar kakaknya. Untuk mengadukan apa yang barusan dialaminya.

            Kakaknya sedang tiduran di kasur. Sambil memainkan jari jempolnya di layar smartphone. Kakaknya yang bisa dibilang memiliki paras yang sempurna. Terbukti dari banyaknya wanita di sekolahnya yang selalu menggodanya. Chat-chatan hpnya setiap hari tak pernah absen dari berbagai has tag ataupun pesan dari lawan jenisnya. Tentu saja. Sekali ada wanita memandang. Maka terbiuslah mereka munuju suatu dunia yang tak ada bandingannya. Sampai ada pula yang menjebur got karena saking terpananya.

            Perawakannya tinggi. Hidungnya mancung sebagai mana orang barat pada umumnya. Rambutnya menggugah selera. Hitam lebat seperti habis di krimbat. Wajahnya putih bersinar, jika terkena cahaya, maka cahaya itu akan memantul dengan sendirinya. Mukanya bersih tanpa ada tempelan jerawat, yang terkadang diplitesi sebagian besar orang karena saking mengganggunya. Sangat mengagumkan pesona yang ada padanya. Tapi bukan Cuma itu. IQ nya hebat. EQ nya mantap. Nilainya hampir sempurna. Sehingga selalu menyabet rinking satu paralel se-angkatan sekolah. itulah yang membuatnya menjadi idola bagi para perempuan di sekolahnya. Sehingga membuat iri para jomblo yang ngenes. Yang sehari-hari hanya bisa berkhayal memikirkan angan-angan palsu.

“Kak Gabriel.... itu, penghapus yang di beli kakak sudah error. Nggak mau menghapus tulisan adek. HUAAA.....” adiknya menangis dan menjerit semakin kencang. Gabriel yang sayang terhadap adiknya mematikan smartphonenya untuk melayani keluhan sang adik. Sambil mengelus-elus rambutnya. Berusaha menenangkan suasana hati adiknya yang sedang kusut oleh masalah.
“tenanglah adikku. Kakakmu ini akan membelikan alat yang lebih hebat dari penghapus itu. Alat yang bisa menghilangkan tulisan bolpen. Yaitu tipe-x!”

            Gabriel segera keluar dari kamarnya. Sebelum berjalan keluar dari rumah. Entah kenapa burung-burung sudah bertengger di atap rumah untuk menyambutnya di luar. Debu-debu di jalan yang akan dilaluinya bergeser menjauh. Memberikan tempat bersih untuk pijakannya. Sandalnya juga dengan ajaib tertata untuk memudahkan kaki gabriel mengenakannya. Setelah sampai di jalan. Orang-orang seakan melihat seorang pangeran yang berjalan di kampung mereka. Sampai seorang ibu-ibu merasa muda kembali dan lupa jika memiliki suami. Suami yang tahu seketika menyuruh istrinya untuk masuk kerumah lagi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini. Gabriel masih berjalan dengan gagah dan berani. Badannya tegap membuat orang yang memandangnya menjadi nge-fly. Angin bertiup mengibarkan rambutnya. Membuat harum shamponya tercium oleh anak-anak seumurannya.

            Lalu, tibalah Gabriel di sebuah toko eceran kecil. Si mbak-mbak penjual yang ada disana dengan saltingnya melayani Gabriel.
“A.... ada apa mas. Ma... mau beli apah?” badannya panas dingin ketika berjarak dua meteran dari gabriel.
“tolong. Satu tipe X berkualitas prima. Seprima hatiku padamu”
‘JLEB!’ hati mbak-mbak penjaga toko itu langsung keok. Dengan ikhlas yang dipaksakan, mbak-mbak itu memberikan tipe-x itu secara Cuma-Cuma kepada Gabriel. Namun Gabriel menolak dan tetap bersikukuh untuk membayar.
“segala jerih payahmu yang telah kula’an tipe-x. Engkau telah menyediakan apa yang aku butuhkan. Sebagai gantinya, uang ini yang akan berbicara” katanya sambil menyodorkan uang bernominal 10.000. mbak-mbak penjual yang masih mabuk kepayang menerima uang itu dari tangan Gabriel. Namun, tanpa sadar menjujuli uangnya dengan uang bernominal 50.000. Gabriel saat itu tak begitu memperhatikan.
“terimakasih mbak-mbak penjaga toko. Kebaikanmu tak akan pernah hilang dari benakku”
Lalu Mbak-mbak penjaga dengan segera pingsan di tempat. Gabriel lekas cabut untuk kembali lagi ke rumahnya. Untuk memberikan tipe-x itu kepada adiknya.

            Di sekolah. Siapa yang tak kenal dengan Gabriel? Sepanjang hari dia selalu jadi topik pembicaraan. Bahkan sekolah-sekolah lain juga membicarakannya. Jadi dia menjadi sangat terkenal. Dengan berbagai piala yang telah di dapatnya untuk sekolah. sehingga menambah integritasnya. Bahkan di kelas dua SMA ini dia sudah di tawari untuk masuk di berbagai perguruan tinggi yang ada. Tentunya dengan biaya nol.
“uang tak ada artinya. Itu hanyalah kertas yang di beri tinta” kata Gabriel saat di wawancarai untuk masuk majalah sekolah. ini sudah keseratus kalinya dia memapangkan wajahnya di majalah sekolah. dari 101 volume yang telah ada. Satu volume luput karena saat itu dia tak mau di wawancarai karena tak mau terus-terusan ada di majalah.
“jadi kamu sama sekali tak menganggap uang itu berarti?”
“ya. Yang berarti sesungguhnya adalah barang-barang yang telah di beli itu. jadi, ketika ada kuliah yang gratis. Yang aku puji adalah ilmu itu sendiri. masalah biaya itu akan datang dengan sendiri. maka jangan lah bergantung pada uang. Justru uang yang harus bergantung pada kita. Karena kita sendiri juga yang membuatnya”

            Di sisi yang lain. seorang murid cupu bin culun berada di pojokan meja kelas sedang menggerutu. Mulutnya sedari tadi komad-kamid. Bukannya berdzikir. Tapi karena jengkel dengan Gabriel yang selalu saja mendapat muka, padahal dia sudah di beri muka. Dirinya ingin sepertinya. Tapi dia memiliki fisik yang kerdil dan wajah yang membuat lari orang lain. sehingga dia tak pede untuk melakukan sesuatu. Apa lagi dia tak pintar dan pas-pasan. Sehingga membuatnya terus menggerutu dan menganggap gabriel sebagai musuh.

            Disisi yang lain. para siswi sudah berlomba-lomba untuk menjadi istri dari gabriel. Di sisi yang lain. Murid cupu bin culun itu terpeleset di depan para siswi. Sehingga membuatnya di tertawakan. Dia menjadi sangat malu. matanya memerah. Dia menahan tangis. Dan setelah sampai di kamar mandi. Dia tumpahkan seluruh tangisannya itu. tapi nahas. Kesialannya hari itu belum berakhir. Ternyata dia berada di kamar mandi perempuan. sehingga dia mendapat skor seminggu.

            Disisi yang lain. Gabriel memenangi turnamen badminton. Membuatnya sangat populer bagai artis papan atas. Dia menjadi idaman para anak muda. Sampai dia di wawancarai dan masuk TV. Dia di tanya tentang faktor apa yang menjadikannya bisa seterkenal ini.

“entahlah. Yang aku tahu. orang biasanya memandang dari segi luar. Karena luar adalah hal yang paling mudah untuk dilihat dari pada bagian dalam” jawabnya dalam wawancara itu.

            Suara siul terdengar dari celah pepohonan yang perdu di tiup angin. Roda mobil berputar menggilas aspal-aspal berlubang yang belum di tambali. Panas menyengat membuat kelek serasa dibasahi. Air menguap dan menebar di udara sampai batas waktu yang di tentukan. Kini seorang murid cupu bin culun meratapi harinya yang buruk. Dia merasa tak terima dengan kehidupannya. Dia merasa jika hidup itu tak adil. Sehingga dia memutuskan untuk bunuh diri. Dia bersiap menggantungkan diri. Dan sebelum dia tergantung. Sebuah pisau memutus tali yang akan digunakan untuk menggantung.

“kenapa?” orang cupu bin culun alias Cucun terbelalak. Dia tak tahu kenapa tali itu putus. Padahal talinya sudah cukup kuat untuk membuatnya mampus.
“cukup sampai disitu” teriak salah satu orang dari sudut kuadran dua. membuat Cucun dengan cepat berbalik dan menatap orang tersebut.
“Ka...kau..” Cucun melihat Gabriel berdiri tegap di balik ambang pintu. Dia tak habis pikir dia akan datang disaat yang tepat. Tapi menurut Cucun, dia datang disaat yang tidak tepat
“KENAPA KAU ADA DISINI!” kata-katanya tinggi memekakkan ruangan.
“kenapa kau ingin berakhir seperti itu. Itu akan memperburuk cerita hidupmu”
“tak usah sok peduli. Tak ada gunanya kamu mengurusiku. Lebih baik urusilah kepopuleranmu itu”
Gabriel mendekati Cucun. Cucun yang tak mau di dekati berlari ke pojok ruangan. Tapi Kaki Gabriel masih melangkah mendekati Cucun
“Berhenti!! Aku bilang berhenti!!! Apa kau tuli!! berhentiiii!”
Gabriel mangacuhkan peringatan itu. kini dia berdiri tepat di hadapan Cucun
“kenapa kamu berbuat seperti ini?”
Cucun menahan geram. Dan tak sadar memukul perut Gabriel. Gabriel saat itu merasa ada tepukan yang mengenai perutnya. Tepukan lalat yang biasa dilakukan adeknya.
“jangan pura-pura tak tahu. Hidup ini tak adil. Kenapa hanya kau saja dan orang-orang yang poluler itu saja yang ada. Sedangkan aku hanyalah orang terbuang yang tak ada artinya. Jadi apa yang harus aku perbuat untuk hidupku ini! tak ada yang mau mendekatiku. Dan aku selalu merasa terasing. Tidak sepertimu yang selalu jadi pusat perhatian semuanya”
Mata Gabriel terpejam sejenak sebelum dia mengatakan suatu hal yang besar.
“adil itu tak harus sama. kehidupan itu juga tidak sama antara satu orang dengan orang lain. antara satu dan yang lain juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing”
‘tapi semua kekurangan ada padaku. Dan kamu pun sama sekali tak punya kekurangan!”
“diamlah. Aku belum selesai ngomong!” Cucun langsung terdiam. Gabriel menarik nafas panjang
“begini. Setiap orang pasti punya kelebihan di bidang masing-masing. Dan ada beberapa bagian lain yang menjadi kelemahan. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada rumah yang tak kan roboh. Semua pasti punya kelemahan. Semua orang juga pasti punya kelebihan. Apapun itu. fisikmu yang lengkap sudah membuktikan kamu lebih baik dari pada orang yang cacat. Jadi, apakah kamu masih ingin membunuh dirimu itu?”
Cucun terdiam. Dalam diamnya dia menyesali akan perbuatannya.
“jika dimikian. Lalu apa kelemahanmu itu?” tanya cucun untuk sekian kalinya.
“tidak bisa terbang” jawabnya. Singkat, padat, dan menjelaskan.

Sumber gambar:
http://anakdewahafizhpratama.blogspot.co.id/2013/08/10-anime-terganteng-dan-terkeren.html 


30 Oktober 2016



Muhammad Habib A

0 komentar:

Posting Komentar