Stip yang keluar dari sebuah toko. Dibeli dengan uang bernominal 2000. Uang kertas yang sama sekali tidak memiliki nilai guna. Jika tidak ada emas yang menjadi jaminannya. Stip yang digunakan untuk menghapus sebuah tulisan. Tapi hanya tulisan dari pensil yang bisa dihapusnya. Sesekali anak TK itu menghapus tinta dari bolpen. Tulisan itu tak kunjung menghilang. sehingga membuat anak TK itu frustasi karena tangannya pegal akibat menggosok-gosokkan penghapus itu. Akhirnya anak kecil itu menangis. Berlari menuju kamar kakaknya. Untuk mengadukan apa yang barusan dialaminya.
Kakaknya sedang tiduran di kasur.
Sambil memainkan jari jempolnya di layar smartphone. Kakaknya yang bisa
dibilang memiliki paras yang sempurna. Terbukti dari banyaknya wanita di
sekolahnya yang selalu menggodanya. Chat-chatan hpnya setiap hari tak pernah
absen dari berbagai has tag ataupun pesan dari lawan jenisnya. Tentu saja.
Sekali ada wanita memandang. Maka terbiuslah mereka munuju suatu dunia yang tak
ada bandingannya. Sampai ada pula yang menjebur got karena saking terpananya.
Perawakannya tinggi. Hidungnya
mancung sebagai mana orang barat pada umumnya. Rambutnya menggugah selera.
Hitam lebat seperti habis di krimbat. Wajahnya putih bersinar, jika terkena
cahaya, maka cahaya itu akan memantul dengan sendirinya. Mukanya bersih tanpa
ada tempelan jerawat, yang terkadang diplitesi sebagian besar orang karena
saking mengganggunya. Sangat mengagumkan pesona yang ada padanya. Tapi bukan
Cuma itu. IQ nya hebat. EQ nya mantap. Nilainya hampir sempurna. Sehingga
selalu menyabet rinking satu paralel se-angkatan sekolah. itulah yang
membuatnya menjadi idola bagi para perempuan di sekolahnya. Sehingga membuat
iri para jomblo yang ngenes. Yang sehari-hari hanya bisa berkhayal memikirkan
angan-angan palsu.
“Kak
Gabriel.... itu, penghapus yang di beli kakak sudah error. Nggak mau menghapus
tulisan adek. HUAAA.....” adiknya menangis dan menjerit semakin kencang.
Gabriel yang sayang terhadap adiknya mematikan smartphonenya untuk melayani keluhan
sang adik. Sambil mengelus-elus rambutnya. Berusaha menenangkan suasana hati
adiknya yang sedang kusut oleh masalah.
“tenanglah
adikku. Kakakmu ini akan membelikan alat yang lebih hebat dari penghapus itu. Alat
yang bisa menghilangkan tulisan bolpen. Yaitu tipe-x!”
Gabriel segera keluar dari kamarnya.
Sebelum berjalan keluar dari rumah. Entah kenapa burung-burung sudah bertengger
di atap rumah untuk menyambutnya di luar. Debu-debu di jalan yang akan
dilaluinya bergeser menjauh. Memberikan tempat bersih untuk pijakannya.
Sandalnya juga dengan ajaib tertata untuk memudahkan kaki gabriel
mengenakannya. Setelah sampai di jalan. Orang-orang seakan melihat seorang
pangeran yang berjalan di kampung mereka. Sampai seorang ibu-ibu merasa muda
kembali dan lupa jika memiliki suami. Suami yang tahu seketika menyuruh
istrinya untuk masuk kerumah lagi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini.
Gabriel masih berjalan dengan gagah dan berani. Badannya tegap membuat orang
yang memandangnya menjadi nge-fly. Angin bertiup mengibarkan rambutnya.
Membuat harum shamponya tercium oleh anak-anak seumurannya.
Lalu, tibalah Gabriel di sebuah toko
eceran kecil. Si mbak-mbak penjual yang ada disana dengan saltingnya melayani
Gabriel.
“A....
ada apa mas. Ma... mau beli apah?” badannya panas dingin ketika berjarak dua
meteran dari gabriel.
“tolong.
Satu tipe X berkualitas prima. Seprima hatiku padamu”
‘JLEB!’
hati mbak-mbak penjaga toko itu langsung keok. Dengan ikhlas yang dipaksakan,
mbak-mbak itu memberikan tipe-x itu secara Cuma-Cuma kepada Gabriel. Namun
Gabriel menolak dan tetap bersikukuh untuk membayar.
“segala
jerih payahmu yang telah kula’an tipe-x. Engkau telah menyediakan apa yang aku
butuhkan. Sebagai gantinya, uang ini yang akan berbicara” katanya sambil
menyodorkan uang bernominal 10.000. mbak-mbak penjual yang masih mabuk kepayang
menerima uang itu dari tangan Gabriel. Namun, tanpa sadar menjujuli uangnya
dengan uang bernominal 50.000. Gabriel saat itu tak begitu memperhatikan.
“terimakasih
mbak-mbak penjaga toko. Kebaikanmu tak akan pernah hilang dari benakku”
Lalu
Mbak-mbak penjaga dengan segera pingsan di tempat. Gabriel lekas cabut untuk
kembali lagi ke rumahnya. Untuk memberikan tipe-x itu kepada adiknya.
Di sekolah. Siapa yang tak kenal
dengan Gabriel? Sepanjang hari dia selalu jadi topik pembicaraan. Bahkan
sekolah-sekolah lain juga membicarakannya. Jadi dia menjadi sangat terkenal.
Dengan berbagai piala yang telah di dapatnya untuk sekolah. sehingga menambah
integritasnya. Bahkan di kelas dua SMA ini dia sudah di tawari untuk masuk di
berbagai perguruan tinggi yang ada. Tentunya dengan biaya nol.
“uang
tak ada artinya. Itu hanyalah kertas yang di beri tinta” kata Gabriel saat di
wawancarai untuk masuk majalah sekolah. ini sudah keseratus kalinya dia memapangkan
wajahnya di majalah sekolah. dari 101 volume yang telah ada. Satu volume luput
karena saat itu dia tak mau di wawancarai karena tak mau terus-terusan ada di
majalah.
“jadi
kamu sama sekali tak menganggap uang itu berarti?”
“ya.
Yang berarti sesungguhnya adalah barang-barang yang telah di beli itu. jadi, ketika
ada kuliah yang gratis. Yang aku puji adalah ilmu itu sendiri. masalah biaya
itu akan datang dengan sendiri. maka jangan lah bergantung pada uang. Justru
uang yang harus bergantung pada kita. Karena kita sendiri juga yang membuatnya”
Di sisi yang lain. seorang murid
cupu bin culun berada di pojokan meja kelas sedang menggerutu. Mulutnya sedari
tadi komad-kamid. Bukannya berdzikir. Tapi karena jengkel dengan Gabriel yang
selalu saja mendapat muka, padahal dia sudah di beri muka. Dirinya ingin
sepertinya. Tapi dia memiliki fisik yang kerdil dan wajah yang membuat lari
orang lain. sehingga dia tak pede untuk melakukan sesuatu. Apa lagi dia tak
pintar dan pas-pasan. Sehingga membuatnya terus menggerutu dan menganggap
gabriel sebagai musuh.
Disisi yang lain. para siswi sudah
berlomba-lomba untuk menjadi istri dari gabriel. Di sisi yang lain. Murid cupu
bin culun itu terpeleset di depan para siswi. Sehingga membuatnya di
tertawakan. Dia menjadi sangat malu. matanya memerah. Dia menahan tangis. Dan
setelah sampai di kamar mandi. Dia tumpahkan seluruh tangisannya itu. tapi
nahas. Kesialannya hari itu belum berakhir. Ternyata dia berada di kamar mandi
perempuan. sehingga dia mendapat skor seminggu.
Disisi yang lain. Gabriel memenangi
turnamen badminton. Membuatnya sangat populer bagai artis papan atas. Dia
menjadi idaman para anak muda. Sampai dia di wawancarai dan masuk TV. Dia di
tanya tentang faktor apa yang menjadikannya bisa seterkenal ini.
“entahlah.
Yang aku tahu. orang biasanya memandang dari segi luar. Karena luar adalah hal
yang paling mudah untuk dilihat dari pada bagian dalam” jawabnya dalam
wawancara itu.
Suara siul terdengar dari celah
pepohonan yang perdu di tiup angin. Roda mobil berputar menggilas aspal-aspal
berlubang yang belum di tambali. Panas menyengat membuat kelek serasa dibasahi.
Air menguap dan menebar di udara sampai batas waktu yang di tentukan. Kini
seorang murid cupu bin culun meratapi harinya yang buruk. Dia merasa tak terima
dengan kehidupannya. Dia merasa jika hidup itu tak adil. Sehingga dia
memutuskan untuk bunuh diri. Dia bersiap menggantungkan diri. Dan sebelum dia
tergantung. Sebuah pisau memutus tali yang akan digunakan untuk menggantung.
“kenapa?”
orang cupu bin culun alias Cucun terbelalak. Dia tak tahu kenapa tali itu
putus. Padahal talinya sudah cukup kuat untuk membuatnya mampus.
“cukup
sampai disitu” teriak salah satu orang dari sudut kuadran dua. membuat Cucun
dengan cepat berbalik dan menatap orang tersebut.
“Ka...kau..”
Cucun melihat Gabriel berdiri tegap di balik ambang pintu. Dia tak habis pikir
dia akan datang disaat yang tepat. Tapi menurut Cucun, dia datang disaat yang
tidak tepat
“KENAPA
KAU ADA DISINI!” kata-katanya tinggi memekakkan ruangan.
“kenapa
kau ingin berakhir seperti itu. Itu akan memperburuk cerita hidupmu”
“tak
usah sok peduli. Tak ada gunanya kamu mengurusiku. Lebih baik urusilah
kepopuleranmu itu”
Gabriel
mendekati Cucun. Cucun yang tak mau di dekati berlari ke pojok ruangan. Tapi Kaki
Gabriel masih melangkah mendekati Cucun
“Berhenti!!
Aku bilang berhenti!!! Apa kau tuli!! berhentiiii!”
Gabriel
mangacuhkan peringatan itu. kini dia berdiri tepat di hadapan Cucun
“kenapa
kamu berbuat seperti ini?”
Cucun
menahan geram. Dan tak sadar memukul perut Gabriel. Gabriel saat itu merasa ada
tepukan yang mengenai perutnya. Tepukan lalat yang biasa dilakukan adeknya.
“jangan
pura-pura tak tahu. Hidup ini tak adil. Kenapa hanya kau saja dan orang-orang
yang poluler itu saja yang ada. Sedangkan aku hanyalah orang terbuang yang tak
ada artinya. Jadi apa yang harus aku perbuat untuk hidupku ini! tak ada yang
mau mendekatiku. Dan aku selalu merasa terasing. Tidak sepertimu yang selalu
jadi pusat perhatian semuanya”
Mata
Gabriel terpejam sejenak sebelum dia mengatakan suatu hal yang besar.
“adil
itu tak harus sama. kehidupan itu juga tidak sama antara satu orang dengan
orang lain. antara satu dan yang lain juga memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing”
‘tapi
semua kekurangan ada padaku. Dan kamu pun sama sekali tak punya kekurangan!”
“diamlah.
Aku belum selesai ngomong!” Cucun langsung terdiam. Gabriel menarik nafas
panjang
“begini.
Setiap orang pasti punya kelebihan di bidang masing-masing. Dan ada beberapa
bagian lain yang menjadi kelemahan. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada
rumah yang tak kan roboh. Semua pasti punya kelemahan. Semua orang juga pasti
punya kelebihan. Apapun itu. fisikmu yang lengkap sudah membuktikan kamu lebih
baik dari pada orang yang cacat. Jadi, apakah kamu masih ingin membunuh dirimu
itu?”
Cucun
terdiam. Dalam diamnya dia menyesali akan perbuatannya.
“jika
dimikian. Lalu apa kelemahanmu itu?” tanya cucun untuk sekian kalinya.
“tidak
bisa terbang” jawabnya. Singkat, padat, dan menjelaskan.
Sumber gambar:
http://anakdewahafizhpratama.blogspot.co.id/2013/08/10-anime-terganteng-dan-terkeren.html
Sumber gambar:
http://anakdewahafizhpratama.blogspot.co.id/2013/08/10-anime-terganteng-dan-terkeren.html
30
Oktober 2016
Muhammad
Habib A
0 komentar:
Posting Komentar