softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Sabtu, 27 Agustus 2016

WEJANGAN 25 AGUSTUS 2016



Jangan Cuma berpikir ke depan. Sesekali menolehlah ke belakang. Tanggapilah masalah dengan modal pengalaman. Dan jika masalah itu tidak ada dalam pengalaman sebelummu, maka janganlah lari dari masalah. Namun, simpanlah masalah itu sebagai pengalaman baru. Dalam berusaha. Sebenarnya semua orang bisa. Semua orang mungkin untuk bisa. Hanya saja, dalam berusaha terkadang kamu juga akan mendapat kegagalan. Mungkin waktu itu memang belum saatnya kamu berhasil. Allah masih menunggu usahamu lagi.

            Dalam berusaha, mintalah petunjuk dan kemudahan pada  Allah. Bukankah Allah sendiri meminta agar kita selalu berdo’a kepadanya. Kenapa kau tidak mengambil kesempatan itu? kalau kamu benar-benar mau meminta. Dan mempertanggung jawabkannya dengan berusaha. Niscaya Allah akan memberikan jalan keluar yang kau minta, bahkan bisa jadi jauh lebih baik.

            Tahanlah dirimu untuk suatu yang tidak bermanfaat. Bersikap zuhudlah terhadap dunia. Dan bersikap zuhudlah kepada segala apa yang didambakan manusia. Zuhud berarti kau telah memilih pilihan yang bijak. Sehingga membuat perjalanan hidupmu seperti tidak ada hambatan yang berat. Karena, dengan memiliki sifat zuhud, sama saja kau telah melepas beban dari dalam dirimu sendiri.

            Putus asa. Hanya berlaku bagi orang-orang kafir. Hidup itu, ditelateni dengan ridho Illahi. Lelah, itu pasti sisa dari perjuangan berat yang akan kau dapati. Kehidupan, janganlah dipersulit dengan angan-angan ngapusi. Ilusi, itu kata yang tepat untuk menggambarkan dunia ini. Kemari, dan dekatkanlah dirimu pada sang Rabbi sebelum kau mati. Saat ini, kau bisa melihat banyak orang yang mengemis. Tapi yang terlihat kebanyakan orang yang berkecukupan tidak semuanya menyadari. Maka, sebagai salah seorang yang sadar dan tinggal di bumi. Sudah sepantasnya kau bantu mereka dengan belas kasih. Sulit? Memang. Sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Apakah bisa? Bisa. Kita sendirilah yang menentukan. Apa kau yakin? Yakinlah, karena kita memiliki Allah untuk meminta tempat pertolongan atas ketidak mampuan kita.


            Lalu bagaimana? Aku hanyalah seseorang yang tidak memiliki apapun untuk merubah dunia dan sekitarku? kenapa kau susah-susah sampai berpikir untuk merubah dunia! Ngapain pusing-pusing ingin merubah dunia. Sedangkan dirimu sendiri masih belum kau ubah. Maka dari itu, mulailah dari awal untuk merubah diri sendiri. kemudian ubahlah orang-orang di sekitarmu. lalu masyarakat. Setelah semua itu kau berhasil menjalaninya. Insyaallah,semua itu akan membantumu untuk merubah dunia.

Source image : https://wall.alphacoders.com

Pengertian dan Hakikat Niat

wall.alphacoders.com


Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛

            Pertama, dan yang paling utama. Kita ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. Rabb semesta alam. Yang telah memberikan kita rahmat dan hidayah. Serta, menunjukkan kita kepada jalan kebenaran, agama yang benar, yakni islam. Dan tentunya, shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita, nabi kita, Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. Semoga kita mendapatkan syafaat beliau di yaumul akhir kelak. Amiin...

            Dalam menulis artikel ini, saya berniat untuk menyampaikan pengetahuan yang saya dapat, dari apa yang saya pahami dan saya kuasai, dan tentunya juga karena ingin menggapai ridha Allah semata. Dan pertama. Saya akan membahas materi tentang niat. Apakah niat itu? Niat berasal dari bahasa arab ( (النيةyang artinya adalah(al-qosd wal-iraadah) atau keinginan dan tekad. Istilah jawanya ya ‘kekarepan’. Ada juga yang mengatakan bahwa arti dari niat adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dan ini ditegaskan oleh ibnu faris yang mengatakan bahwa asal dari niat adalah (at-tahawwul) atau berpindah, yang kemudian digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan ibadah. jika diperhatikan,apa yang dikatakan ibnu faris dan mereka yang sependapat dengannya tidak bertentangan dengan arti niat dalam istilah yang masyhur, hal ini disebabkan karna hakikat dari niat adalah berpindah dari rutinitas yang biasa dilakukan sehari-hari ke amalan yang bernilai ibadah.

            Saya meletakkan Niat sebagai bahasan pertama bukanlah tanpa alasan. Karena memang sangat puentingnya niat sampai-sampai saya menambahkan kata ‘u’ kedalam kata penting. Niat itu penting karena mencakup setengah dari pada ibadah. Ibadah tanpa niat sama saja hampa. Niat tanpa melakukan semisal itu hal baik sudah mendapat DP pahala. Misalnya waktu sholat jum’at. Kotak bergeser sudah berada di depan kita. Lalu kita berniat menshodaqoh kan sedikit atau banyak dari yang kita punya karena Allah. Namun disaat tangan merogoh saku, ternyata sakukurata, lupa membawa dompet. Insyaallah masih mendapat ganjaran karena sudah berniat. Jika itu niat buruk tapi dia tak jadi melakukannya dan memohon ampunan, dia juga masih tetap mendapat DP pahala. Semisal lagi kita sedang mencari emas. Lalu kita mendapatkannya. Dan selama itu pula, kita melihat teman di depan kita. Timbul niat jahat untuk mengoserkan emas kita ke punggung baju teman. Namun setelah kita hendak melaksanakannya, kita tersadar. Bahwa itu adalah perbuatan tercela. Insyaallah kita akan mendapatkan pahala atas kesadaran yang datang di hati kita, sehingga tak jadi melakukan hal tercela. Masyaallah, Betapa maha pemurahnya Allah.

            Dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita lupa menempatkan niat karena Allah pada setiap tindakan yang kita lakukan. Biasanya kita melakukan sesuatu atas unsur kemauan saja. Padahal ridha Allah itu sangatlah besar. Misalnya saja, kita duduk di dalam masjid, kita bisa berniat hanya untuk istirahat atau ber iktikaf. Jika beristirahat, kita hanya akan mendapat tubuh kita bugar setelah beristirahat. Namun jika kita niatkan iktikaf  karena Allah. Maka kita akan mendapat pahala dan ridhanya insyaallah. Begitu juga saat kita minum. Minum itu biasa saja, dan menjadi kebiasaan orang, tapi dalam tanda kutip “minuman yang halal”. Jika kita saat minum berniat karena Allah. Maka, itu juga akan terhitung sebagai ibadah dan akan mendapat pahala di sisi Allah.


        ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

            Saya percaya sebagian dari anda sudah merasa familiar dengan hadits di atas. Karena hadits ini memang sering di ulang-ulang di berbagai tempat. Dari penggalan kata “sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya” maksudnya ialah amalan-amalan yang kita lakukan itu tergantung pada diri kita sendiri.  Kita yang berhak memilih, dan balasan akan diberikan Allah kepada pilihan kita yang telah kita pilih. Jadi hati-hati, kebanyakan orang-orang terjerumus dan berjuang hanya karena ingin mendapatkan sesuatu di dunia. Bukan karena ingin mendapat ridha Allah. Entah itu belajar keras karena ingin mendapat nilai tinggi, lalu masuk Universitas unggulan. Sampai menjengger rambut supaya dilihat Do’i. Semua amalan itu memang akan bermuara pada niat kita sejak awal. Berbeda jika kita berniat karena Allah. Kita pasti akan mendapat keduanya. Pertama, yang kita inginkan. Dan yang kedua Ridha-Nya. Jadi tak sepantasnya kita melupakan kehadirat yang maha Esa dalam setiap perbuatan kita. Saya sering mempermisalkan bahwa semisal, ada 2 orang berada di Solo, satunya ingin ke klaten, dan satunya ingin ke jogja. Orang yang di klaten. Ya tetap di klaten. Tak bisa melihat atau merasakan kota jogja. Namun mereka yang pergi ke jogja, pasti dia bakal merasakan klaten, karena untuk ke jogja, dia juga akan melewati klaten.

            Jadi pesan saya untuk yang terakhir, saya ambil dari buku “40 pesan nabi untuk setiap muslim” dari Fahrur Mu’is, M.ag dan Muhammad suhadi, Lc. Berbunyi “Alangkah banyaknya amal yang kecil menjadi besar karena niat. Dan, alangkah banyaknya amal yang besar menjadi kecil karena niat

            Mungkin sekian penjabaran singkat dari saya. Mohon maaf jika ada tipo atau hal yang tidak mengenakkan dihati anda.

            Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarokatuh....


Selasa, 23 Agustus 2016

Kumpulan Cerpen; Air


Di dalam sebuah genangan jalan. Terdapat sebuah jeglongan yang di tutupi air. Ada Seorang pengandara motor yang tak bejan kejeglong. Dia tidak tau jika jeglongan itu teramat dalam. Sehingga membuatnya terlempar, terjungkal dan terkapar. Ambulan datang menyelamatkan. Namun sesampainya disana, bannya ringsek karena terkena jeglongan pula. Dalam sebuah galon. Air digunakan untuk minum. Dalam sebuah pancuran, air digunakan untuk mandi, mencuci baju, mencuci piring, dan lain-lain. dalam sebuah ludah, juga mengandung air. Dalam sebuah semangka, juga terdapat air. Air is everywhere. Tak akan ada kehidupan jika tidak ada air.

            Air itu, selalu saja mengalir. Dari dataran tinggi, menuju dataran rendah. siapa yang membuat air itu bisa naik ke dataran tinggi? Mesin diesel macam apa yang bisa mengusung jutaan kubik air dari laut ke atas gunung? Jawabannya gampang. Awan. Namun awan tidak termasuk mesin diesel. Jadi siapa yang bisa membuatnya begitu. Allah. Jadi, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?.

            Selagi manusia hidup. Mustahil manusia tak pernah berdusta (Kecuali rasulullah SAW). Jadi setelah beberapa peringatan yang telah diberikan. Terkadang manusia masih saja mendusta. Pada suatu hari, Seorang anak sekolah dasar dinamai orang tuanya dengan nama Pendu. Teman-temannya tak habis pikir mempunyai teman bernama pendu (biasanya pandu). Yang tak lain dan tak bukan bernama panjang Pendustaan. Kenapa dia dinamai seperti itu? entahlah. Orang tuanya tidak bisa memberikan alasan yang jelas tentang permasalahan tersebut.

            Di pagi hari, Pendu menangis. Dia tidak terima dinamai pendustaan. Dia sedih, air matanya berjatuhan menerpa bumi. Air mata itu meresap kedalam tanah. Menyisakan basahan kecil di permukaannya. Air itu, entah akan menguap, berkubang, atau mengalir dari dataran tinggi menuju dataran rendah. entah siapa yang tahu. tapi Allah maha tahu.

            Pendu berhenti menangis. Dia sudah lelah dan tampak dehidrasi. Sudah banyak cairan yang keluar dari tubuhnya. Matanya mengering dan berwarna merah. Tampak sudah tidak kuat lagi menumpahkan keluh kesedihannya. Lekas dia  pergi dari tempat itu. kakinya melangkah menuju rumah. Kendati demikian, ruh pun keluar dari jasadnya. Dia heran bisa mengudara. Rasa sakit sesaat yang dirasakan hilang oleh angin yang bergulir menembus ruhnya. Kini dia melihat dirinya tergeletak tak berdaya. Betapa lemah dirinya. Dia menyesal jika pernah sesekali menyombongkan diri. Lalu Pendu kembali menangis. Namun tiada yang keluar. Seorang bertubuh besar dan bersayap mengangkatnya dengan cepat menuju langit. Meninggalkan tubuhnya yang tergolek lemah di tanah.

            Air, air mata, air mata kesedihan. Air mata kesedihan yang ditumpahkan oleh pendustaan. Tidak terpikir oleh kebanyakan orang, dibawah tempat Pendu menangis ada sebuah biji rambutan. Air mata Pendu yang berjatuhan membuat dormansi biji terhenti. Terjadilah proses imbibisi. Membuat sel-sel yang tidak aktif, menjadi aktif. Lalu, waktu berlalu, plantula akhirnya muncul. Hari demi hari. Tumbuhan itu tumbuh dan berkembang sedikit demi sedikit. mengaktifkan hormon-hormon tertentu untuk proses perkembangan dan pertumbuhan. semakin besar dan besar. Hujan mengguyur dan kemarau panjang. Tanaman rambutan itu masih tumbuh subur di tempatnya. Sampai akhirnya, Tumbuhan itu berkembang dengan pesat. tiap tangkainya dihiasi oleh segepel rambutan yang lebat. Lalu, bisakah kita menyangka? Siapakah yang tau jika di dekat situ ada sebuah biji!? Siapakah yang membuat biji itu tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah pohon yang berbuah lebat!?

            Di lain tempat, kedua orang tua yang memiliki anak bernama pendusta sudah hampir putus asa mencari anaknya yang selama 3 tahun ini menghilang dari rumah. Sudah banyak pamflet ditebar. Sudah banyak kerabat yang dihubungi. Dan sudah banyak warga yang mereka suruh untuk mencari. Tapi hasilnya nihil. Pak RT, Pak RW, Pak Camat, Bupati, dan Gubernur sudah mereka hubungi. Tinggal Presiden. Sayang beliau tidak bisa dihubungi dengan alasan “maaf pulsa anda telah habis, mohon segera melakukan pengisian ulang”. Lantas kedua orang tua itu turun tangan dan mencari keberadaan anaknya sendiri. dibantu oleh beberapa warga yang ikhlas membantu. Tapi tetap saja, mereka tidak menemukan si Pendustaan. Akhirnya mereka benar-benar putus asa.

            Dan disaat keputusasaan sudah mulai merasuki hati. Datanglah seorang pakde-pakde datang dari arah yang tidak di sangka-sangka. Dia juga salah satu warga disana.
“Mbok yo ndongo to pak... bu... sampeyan itu gimana. Jangan menjadi orang yang gampang putus asa begitu. minta petunjuk sama gusti Allah. Ojo mentang-mentang usaha tok, tapi ndongo kalian Cuma sak iprit”
Akhirnya kedua orang tua itu tersadar. Sang bapak berucap
“benar juga pak de. Kulo lepat nyuwun ngapunten. Bisa-bisanya saya lupa dengan yang diatas”
Lalu kedua orang tua itu bersama-sama memanjatkan do’a dengan khusyu’. Tak pernah sekalipun mereka berdua berdo’a sekhusyuk itu selain saat ini. Mereka meminta agar anaknya bisa ditemukan, dan menyesal telah menamai anak mereka dengan sebutan pendustaan. Sambil terisak.

            Air. Ialah sumber kehidupan dan sumber penyejuk. Tanaman tumbuh karena air, juga berkat izin Allah. Jika tidak di ijinkan. Pasti tidak akan tumbuh. Ijinnya entah seperti apa. Yang jelas, bukan seperti manusia ketika memberikan surat permohonan maupun dalam bentuk proposal. Tidak harus di diskusikan atau juga dirapatkan dalam kabinet dengan para malaikat. Entahlah, hanya Tuhan yang tahu. kita hanya diberi ilmu yang bisa ditangkap oleh mata dan penalaran saja. Selain itu, menjadi rahasia Allah.
            Sampai kemudian. Tanaman rambutan yang berbuah lebat itu diketahui anak-anak kecil yang sering bermain bentengan dekat situ. Mereka terpukau ketika melihat pohon rambutan yang lebat buahnya. Saat merasa capek setelah bermain. Mereka kemudian mengambil buah pohon itu untuk mereka makan.
“uenak tenan!!” jerit salah satu anak dari gerombolan anak.
“iyo. Iki rambutan jenis opo!?”
“jenis Australia paling”
“jangan sok tau”
“wes, ra usah ribut. Cuman tinggal di ma’em kok geger”
Dan setelah kejadian itu. mereka sering berkunjung ke pohon rambutan itu untuk memetik buah. Mereka memakan sampai perut mereka buncit. Tapi ajaibnya buah dari rambutan itu tak berkurang sama sekali.
“besok kita kesini lagi yuk” ajak salah satu dari mereka, disambut persetujuan dari semuanya.

            Lalu tibalah saat seorang anak ingin ke tempat rambutan itu bersama dengan sekelompok anak-anak yang lainnya. Mereka berjalan dengan suka cita. Dengan harapan bisa memakan buah rambutan sepuasnya. Lalu di tengah perjalanan mereka ditanya oleh seorang mbah-mbah
“koe ngopo kabeh to le... kok tiap hari mlaku-mlaku eneng bukit kui” sambil menunjuk perbukitan yang berada di belakangnya.
“disana ada buah rambutan mbah” sahut salah satu dari mereka
“ngopo adoh-adoh rono.... neng ngarepan halamane simbah iki lho. Enek wet rambutan. Wes akeh buahe... songge’en rapopo”
“mboten mbah. Rambutan di bukit itu lebih lezat”
“lezat pie to le... jenenge rambutan kui rasane podo kabeh”
“mbah coba kesana aja, nanti simbah tau sendiri” kata seorang bocah jakarta yang tinggal di desa.
Lalu karena penasaran. Mbah-mbah itu ikut menuju perbukitan bersama dengan segerombolan bocah-bocah. Disana bertengger sebuah pohon rambutan yang ranum buahnya. Mbah-mbah itu mencicipi satu.
“Masyaallah! Iki rambutan jenis opo!?”
“jenis australia paling mbah”
“wes, rasah sok tau”

Akibat kejadian tersebut, berita tentang kelezatan buah rambutan yang berada di bukit menyebar ke berbagai desa. Semakin hari semakin banyak pula orang yang berkunjung karena dihantui rasa penasaran. Dan sebulan setelah kejadian si simbah. Masyarakat mulai berbondong-bondong mengunjungi pohon rambutan itu. rasanya yang luar biasa enak sudah menyebar dari mulut ke mulut. Kepala desa merasa bila itu adalah kesempatan yang bagus untuk dapat menambah pemasukan desa. Dan tibalah ketika kepala desa membuat peraturan bagi orang yang ingin mengunjungi pohon rambutan tersebut. Yaitu, jika orang yang ingin melihat akan dikenakan kocek 50.000. dan tiap hari orang yang berkunjung hanya di batasi 300 orang. Memakan satu butir buahnya akan terkena tagihan 50.000 juga. Awalnya peraturan itu menuai kecaman dan protes. Namun itu hanya sementara. Bisa dilihat dari antusiasme masyarakat yang masih saja berbondong-bondong ke tempat itu dengan alasan. “karena menurut saya harga koceknya berbanding lurus dengan yang saya dapatkan disini” kata seorang warga saat ditanya oleh reporter TV swasta.

Hujan mulai turun. Sebagian orang di perbukitan menepi mencari tempat berteduh. Air yang jatuh dari langit menghujam tanah dengan sangat lembut. Padahal di atas sana satu tetesnya adalah gumpalan es yang besarnya sebesar bola sepak. Lalu dengan kuasa-Nya. Membuat butiran yang mematikan itu menjadi sebuah butiran kecil nan lembut saat menapak tanah.

Salah seorang anak SMP dia antara mereka ada yang kebelet buang air kecil. Lantas, sambil hujan-hujanan dia mendekat ke balik sebuah pohon yang bisa menutupinya dari pandangan banyak orang. Setelah mau mengeluarkan. Dia dekagetkan dengan sesosok jasad yang masih utuh. Dia yang sedang buang air kecil berteriak. Air seninya yang sudah berada di uretra kembali lagi menuju ke kantung kemih, gara-gara keget dan ketakutan. Sebagian orang yang mendengar jeritan anak itu, tanpa waktu lama segera mendekat ke sumber suara. Ternyata oh ternyata. Yang mereka temukan adalah sesosok jasad yang telah lama menghilang selama 3 tahun belakangan ini. Yak, itu jasad si Pendu. Pak Camat yang tak sengaja mengetahuinya akhirnya menghubungi kedua orang tua Pendusta yang sudah bertahun-tahun kehilangan anaknya.

Lagi-lagi Air. Namun kali ini air kencing. Air kencing yang menuntun seseorang menemukan jasad Pendusta. Air memang anugrah yang besar. Semua jenis air sangat bermanfaat bagi manusia. Air di Jeglongan jalan yang memperingatkan pengendara untuk hati-hati ketika di jalan. Air mata yang bisa menumbuhkan sebuah pohon rambutan yang Lezat buahnya. Air hujan yang membuat seseorang kebelet kencing. Dan air kencing yang membuat seseorang menemukan Jasad seseorang yang telah lama dicari bertahun-tahun. Tentunya masih banyak sekali manfaat air yang belum tersebut di atas. Adakah seorang yang menyangka? Adakah seorang yang mengira? Adakah seorang yang menebak? Jawabnya tidak ada. Hanya Tuhan yang tahu. dialah zat yang maha satu. Menciptakan air yang manfaatnya tiada lagi ditanya. Mengabulkan do’a sepasang suami istri yang mencari anaknya. Menumbuhkan sebuah pohon yang membuat orang-orang senang memakannya. Jadi, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

13:19   Kartasura; Rabu, 25 Mei 2016



Muhammad Habib Amrullah

Minggu, 21 Agustus 2016

Kumpulan Cerpen; Tak pernah sendiri



Celotehan para murid membuat seisi kelas menjadi bising. Gebrakan meja dan suara kekehan tawa terdengar bergantian. Jam pelajaran kosong memang menjadi kesenangan tersendiri bagi para murid. Mereka seakan terbebas dari tekanan. Suasana stress yang semenjak pagi mereka rasakan, buyar seketika.

            Saat ini, pak guru yang sedang mengajar tidak masuk sekolah. tugas juga tidak ada. Jadi murid-murid pada lari kesana kemari untuk mengutarakan kebebasan mereka. Gojekan, bercanda, jagongan, mem-bully. Semua mereka lakukan dengan riang dan gembira. Aku perhatikan mereka semua dengan penuh seksama. Disaat pandanganku telah mengedar ke setiap sudut ruangan. Aku mendapati seorang yang masih terduduk manis di kursinya. Dia sedang membaca sebuah buku. Entah itu buku apa. Dari jauh kulihat semacam buku tebal yang isinya mungkin sangat berat dipahami, berbanding lurus dengan berat buku tersebut. Tapi baginya, hal itu sudah menjadi kebiasan bagi Filhard.  Bagiku dia seorang yang selalu menyendiri. Konsentrasinya saat membaca buku teramat tinggi. Tak sekalipun dia terusik oleh ancaman lemparan bolpen yang bisa saja mencelatu kepalanya. “dia memang selalu saja seperti itu”.

            Seekor berudu sudah menjadi katak. Waktunya keluar dari air got yang biasa di tinggalinya. Namun sayang. Di saat menyebrang jalan. Ban mobil sudah membawanya menuju kehadirat-Nya. “kasian” kataku dalam hati. Bukannya aku tak berasalan melihati anakan kodok yang lagi kegencet. Tapi saat ini aku sedang menunggu Filhard. Seorang anak yang selalu menyendiri di kelas. Sudah setengah jam aku menunggu di gerbang sekolah. Rencananya, aku akan mengajaknya pulang bareng. Awalnya dia menolak, karena ingin tinggal di sekolah sebentar. Tapi karena aku memaksa, akhirnya dia menyetujui tawaranku. “fuuh...” aku mulai tak sabar. Sepertinya dia sedang meratap di atap sekolah lagi.
“Apakah dia masih menyendiri?”
“kenapa dia selalu sendiri?”
“apa yang membuatnya selalu Sendirian?”
“bukankah dia merasa sangat kesepian?” berbagai pertanyaan telah membanjiri pikiranku saat ini. Aku merasa tak satupun orang di kelas yang memperdulikannya. Itulah yang membuatku kasian melihatnya. Dia seperti tak diharapkan, terkucilkan, salalu saja sendirian dimanapun dia berada. Di saat kerja kelompok, di saat makan, di saat olahraga, di saat duduk, di saat istirahat, di saat masuk WC. Haduh, aku malah kelewatan. Yang jelas, dia selalu saja sendirian. Sampai saat ini, setelah 2 tahun bersama dalam satu sekolahan. Aku tak sekalipun tau jalan pikirannya. Dia sangat tertutup, tidak pernah mencurahkan isi hatinya kepada siapapun.
“maaf ya. Aku agak lama” suara itu mengagetkan lamunanku.
“”eh, filhard. Haduh... kamu ngapain aja sih di kelas” gerutu ku
“dari awal aku kan sudah bilang, kita nggak usah pulang bareng”
“nggak papa, sekali–sekali kamu aku temenin pulang” 
Lalu kami berjalan beriringan. Kebetulan arah rumah kami memang searah. Kaki kami terus menapaki jalan trotoar. Sebuah daun jatuh dari tangkainya. Langit sudah berselimut jingga, dan matahari hampir terbenam di ufuk barat. Kami masih berjalan pulang. Aku berfikir, tidak ada enaknya menjadi orang yang menyendiri. Rasa kesepian bagiku sangat menyakitkan. Jika aku sudah merasa kesepian. Otomatis, pasti aku akan mendekat kearah temanku dan gojekan bersama untuk menghilangkan rasa sepi. Namun ketika aku melihat Filhard, dia sangat berbeda. Aku mencoba meliriknya sekilas. Terlihat bibirnya terbesitkan senyuman. Aku jadi kaget. Apa dia senang mempunyai teman yang menemaninya pulang bersama? Apa dia tak pernah merasakan memiliki teman? Atau malahan.... lebih parah... dia seorang homo!? Ah... lupakan pemikiran terakhir. Mana mungkin dia orang seperti itu. kalau beneran!? Ah... lupakan. Dia bukan orang seperti itu. mungkin aku merasa sedikit bingung. Memang tidak hanya pada saat ini saja aku melihatnya tersenyum. Namun di lain waktu, saat dia sendirian, aku juga sering melihat Filhard tersenyum. Jadi...
“Had. Ngapain kamu senyam-senyum begitu” kataku. Sedangkan dia melengok dan berkata
“emmhhh.... mungkin sudah kebiasaan”
“jiwamu belum terganggu kan?” kataku sedikit berani. Aku menanyakan hal ini hanya untuk memastikan saja, sedangkan dia sedikit menahan tawa ketika mendengar pertanyaanku.
“aku masih waras kok. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Hening sesaat, aku menunggu momen yang tepat untuk menanyakan masalah inti yang selama ini aku pendam.
“apa kamu merasa sendirian?” kataku
“sendirian” dia mulai berbicara. Selama ini, aku ingin sekali mengerti alasannya kenapa dia selalu menutup diri dari teman-teman. Serta guru-guru di sekolah “jadi itu yang selama ini kau lihat dariku” katanya.
“hah.. udah.. langsung jawab intinya aja, kenapa kamu itu selalu sendiri. nggak usah terlalu bertele-tele” sahutku. Aku mengatakannya karena kami hampir sampai di rumah Filhard. Sedangkan dia pasti akan mengeles kesana kemari sebelum masuk ke permasalahan intinya.
“haha... oke deh. Sebenarnya......... aku tidak pernah merasa sendiri sih”
Kata-kata filhard membuatku kaget bukan kebalang. Aku hampir-hampir tak mengerti maksud perkataanya itu sama sekali, yang berbanding terbalik dengan kehidupan yang selama ini di alaminya. Namun, sebelum aku ingin menyanggah, dia meneruskan kata-katanya.
“dunia ini kan memang seperti ini. Selama ada orang yang jahat, disitu pasti ada orang baik. Disaat ada orang yang cerewet, pasti ada pula orang yang pendiam. Dan, selama ada orang yang terkenal dan mencuri banyak perhatian. Disitu pulalah seorang penyendiri akan ada. Seperti aku ini. Aku sadar aku memang sendirian di dunia ini. Dari segi fisik dan sifatku yang membosankan, aku memang tak begitu menarik dilihat oleh orang lain. tapi....”
“tapi...” ulangku
“disaat aku sendirian seperti itu. sebenarnya aku tak benar-benar sedang sendirian””
”kenapa kau bisa berpikir seperti itu???”
“karena ketika aku sendiri. disaat tidak ada orang yang memperhatikanku. Namun aku masih mencoba untuk tetap tersenyum. Karena saat itu, bersamaan dengan itu....., masih ada setan, malaikat, serangga-serangga yang tak terlihat, mikroba, dan Allah yang selalu melihatku dimanapun aku berada. jadi karena itulah, meskipun aku sendirian. Aku tidak pernah merasa sendiri”

Lalu sampailah kami di depan rumah Filhard. Dia masuk kedalam rumah, dan aku masih tertegun akan ucapannya. Lalu, Dia memberikan salam, dan akupun menjawab salamnya.

20 Mei 2016



M Habib Amrullah

Sabtu, 20 Agustus 2016

MAKNA BEKERJASAMA



Dalam sebuah analogika alam sadar. Terbentuklah segala macam pemikiran yang berbeda-beda dari tiap kepala. Mereka terbentuk dan diciptakan dari gagasan-gagasan yang selama ini tertampung di otak. Tentu tiap orang memiliki gagasan berbeda-beda yang masuk ke dalam otaknya. Dan jika sekiranya dimikian, tentu setiap individu akan berpikir sesuai apa yang mereka pelajari di masa kehidupan mereka. Doktrinisasi. Itu adalah salah satu cara seseorang untuk menularkan ideologinya kepada individu yang sedang mencari jati dirinya. Mereka mencari pengikut yang sekiranya bisa membantu untuk meraih tujuannya. Namanya juga manusia, makhluk sosial. Jadi untuk meraih tujuan, mereka harus bisa mencari rekan yang mempunyai pemikiran yang sama seperti dirinya.

Omong-omong soal makhluk sosial. Manusia memang tak lepas dari peranan manusia lain. untuk bertahan hidup, mereka perlu yang namanya orang lain. salah satu caranya ya bekerjasama. Namun, bagaimana jika mereka memiliki ideologi dan pemikiran yang berbeda? Jawabnya ada 3, mau kerjasama dengan saling mengerti. Bekerja sama dengan seorang yang menang dan mengalah alias kalah. Dan terakhir tidak bekerjasama, malah menimbulkan pertikaian dan permusuhan.

Dalam hal saling pengertian ini, kita mengenal istilah yang namanya toleransi. Tapi nyatanya hal tersebut tidak disambut dengan baik oleh kebanyakan orang. Mereka masih lebih mementingkan diri dan menganggap dirinya benar. sedangkan orang lain yang tidak sejalan dengannya dianggap salah. Ini adalah sebuah pemikiran yang salah. Kenapa saya bisa menulis demikian? Karena orang lain juga akan berpendapat demikian. Kita terkadang bertindak dengan dorongan nafsu sehingga membuat kita berpikir egois, merasa diri kita benar, dan tidak mau mendengar pendapat yang lain.

Selain itu, lingkungan yang mempola pikiran sebuah individu juga tak lepas dari stigma ini. Seorang pelajar menengah pertama pun tahu, jika seorang yang tinggal di lingkungan pesantren akan berbeda dengan orang yang rumahnya dekat dengan diskotik. Jadi perilaku, pemikiran, tindak tunduk, sebenarnya sudah tergambarkan oleh diri sendiri. sebuah kebiasaan tak kan bisa di sembunyikan walaupun kita sudah berusaha keras untuk menyembunyikannya. Yang namanya tabiat memanglah suatu yang amat sakral. Sering kali seseorang susah mengandani orang lain yang memiliki perangai yang berbeda dari orang yang mengandani.

Saya tidak akan menceritakan persoalan ini secara menyeluruh, karena pembaca yang jarang membaca pasti akan merasa bosan. Jadi saya akan menceritakan sebuah cerita. Dalam sebuah pertemuan rapat yang dihadiri oleh perwakilan kelas. disana terjadi sebuah rapat yang memakan waktu yang tidak sebentar. Permasalahan yang paling utama adalah “Bagaimana cara yang akan kita lakukan untuk memilih ketua angkatan kita?” saat itu debat kusir teramat panas. Saya disana hanya memilih diam dan mendengarkan (mungkin saya malas untuk bicara karena mereka sudah menyuarakan apa yang akan saya katakan). Meski diam, terkadang saya juga angkat bicara jika ada sesuatu yang menurut saya kurang pas (saya langsung mengatakannya ke ketua rapat saat itu. saya tidak bicara sekeras yang lain, tapi hanya berbisik, mengetahui jarak kami hanya sesenti). Nah, mungkin pembaca bertanya-tanya, kenapa saya menceritakan hal ini? Apa pentingnya cerita ini untuk saya? Maka saya akan menjawab. Sabar... Ceritanya belum selesai. Jadi bertanyalah saat ceritanya sudah selesai. Yak kembali ke permasalahan tadi. disini saya menyebutnya sebagai permasalahan karena mereka terlalu banyak berdebat dan sangat sulit mengambil kata mufakat untuk memutuskan suatu yang sebenarnya jika diurus perorangan, tidak akan menghabiskan waktu sampai hampir satu setengah jam!. Mungkin saya berani bertaruh, hanya beberapa menit. Malah bisa jadi kurang dari itu. ini hanyalah sebuah permasalahan yang sepele. Disana juga ada saling salah pengertian dan keriuhan. Dengan adanya orang lain yang memiliki pola pikir yang berbeda-beda. Menyatukannya membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. untuk itu. kenapa hal itu bisa terjadi? Bukannya sebuah kerjasama akan berdampak lebih baik ketimbang seorang diri? Lalu, jika demikian, kenapa kita masih harus bekerjasama?

Mari kita jawab pertanyaan yang pertama. “Kenapa hal itu bisa terjadi (percekcokan)?”
+ Ego                            : “kerjasama dilahirkan ketika anda berfokus pada ‘kita’ bukannya ‘saya’”
+ Rasa tidak aman  : “hanya menggunakan otaknya sendiri. padahal disitu terdapat banyak otak yang semestinya kita bisa manfaatkan untuk menambah atau memperbaiki pendapat kita yang salah”
+ Kenaifan
+ Tempramen             :“dalam sebuah kerjasama ataupun musyawarah. Kita tidak sedang mencari sebuah kemenangan dan menganggap yang lain sebagai seorang musuh. Tapi kita sedang meraih tujuan bersama untuk kemengan bersama pula”
Sepanas apapun percekcokan yang akan terjadi jika kita menemui jalan buntu. Hendaknya kita tetap berpikir dingin dan tetap menjujunjung nilai kebersamaan. Sebagaimana rasulullah sallallahualaihiwasallam dulu jika berdebat, pasti beliau sabarnya bukan main. Dan tidak main-main. Seorang datang ke tempat beliau. Berteriak-teriak sambil mengeluarkan isi kepalanya (jangan membayangkan hal sadis, ini hanya perumpamaan). Tapi beliau dengan tenang, menunggu lawannya berhenti bicara. Setelah orang itu berhenti bicara. Beliau bertanya “apa kamu sudah selesai? Jika iya, maka giliranku untuk berbicara” dengan nada yang sangat tenang.

Pertanyaan kedua. “Bukannya sebuah kerjasama akan berdampak lebih baik ketimbang seorang diri?”
Itu betul. Kita bahas diawal tadi, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Semandiri apapun mereka. Seterkucil maupun seter-bully apapun mereka. Pasti mereka memerlukan orang lain.

dalam sebuah kutipan dari Lyndon Johnson berbunyi “tidak ada masalah yang tidak bisa kita pecahkan bersama-sama. dan sedikit sekali masalah yang bisa kita pecahkan sendirian”. (Kutipan ini dan tanda ‘+’ saya ambil dari sebuah buku karangan John C. Maxwell dengan sedikit perubahan sekedarnya).
  Kita juga tahu perumpamaan lain, bahwa satu lidi gampang dipatahkan ketimbang 1000 lidi. Bekerjasama akan membuat kekurangan kita akan tertutupi orang lain. kesalahan kita bisa di tambal dengan kebenaran yang lain. bekerjasama membuat segala yang berat untuk kita menjadi ringan jika dikerjakan bersama. Memang akan terjadi perdebatan. Tapi itu adalah bayaran yang pantas untuk hasil yang membuat pekerjaan kita menjadi jauh lebih ringan. Semisal anda sedang mendorong mobil, jika dilakukan ber-enam, maka anda hanya menerima 1/6 berat dari mobil itu. ini berbeda dengan yang sistem otoriter. Dimana yang mengambil keputusan dan yang menentukan hanya satu orang. Memang keputusan berjalan dengan cepat, tapi resiko yang ditimbulkan membuat banyak orang merasa dirugikan.

            Pertanyaan ketiga. “Lalu, jika demikian, kenapa kita masih harus bekerjasama?”
Seperti yang diterangkan di pertanyaan kedua, segala sesuatu akan terasa mudah jika kita selesaikan bersama. Karena tidak ada manusia yang sempurna. Dari pertanyaan ini, sepertinya saya tak perlu panjang lebar untuk menjelaskannya.


            Dari beberapa yang kita bahas di atas, mungkin saya akan memberi sedikit perihal agar proses kerjasama atau musyawarah berjalan dengan baik dan teratur. Dalam sebuah rapat, tujuan sebenarnya lebih penting dari pada peranan. Kita pasti sangat ingin masukan kita di terima, tapi jika ada yang lebih baik, kenapa kita tidak menerima pendapat tersebut? Nah, semisal kita sudah sangat meyakini jika pendapat yang kita ajukan benar. namun banyak orang yang masih tidak percaya dan bertentangan dengan anda. Padahal anda sudah memberikan data-data valid dan argumen yang tak terbantahkan. Tapi tetap saja pendapat tersebut masih tidak di terima. Saya sampaikan, jika anda seorang pejuang yang gigih, anda tak akan menyerah dan tetap mencoba agar orang-orang percaya dengan argumen anda. caranya begini, berikanlah cerita. Sebuah cerita nyata yang menggambarkan argumen anda. seperti yang saya contohkan diatas. Saya bercerita dan memilah keadaan yang terjadi, kemudian menjelaskan, setelah itu menyimpulkan. Karena dengan bercerita, bisa membuat pikiran orang lain terbuka dan memiliki gambaran. Tentunya membuat pendapat kita jauh lebih mudah untuk di terima.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Kumpulan Cerpen; Sistem



Rutinitas. Hal yang selalu berulang dalam hidup kita. Suatu sistem yang memaksa kita untuk masuk ke dalamnya. Sistem yang memiliki berbagai aturan yang tak boleh dilanggar. Dan jika di langgar. Akan membuat seseorang sulit mengikuti sistem yang lainnya. Bahkan, sistem yang dilanggar itu sendiri.

            Seorang anak SMP. Adalah seorang anak yang sudah terikat dengan sebuah sistem. Sistem keluarga, sistem pendidikan, sistem agama, sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan masih banyak sistem lainnya yang telah dia dapat semenjak lahir ke dunia. Sistem adalah suatu yang terikat. Namun andaikan sebuah sistem itu salah. Tentu output yang akan dihasilkan juga salah. Seperti, jika sistem pernapasan salah, dan dia bernapas dengan menggunakan lambung, maka dia akan innalillahi. Wallahu’alam bishowab.

            Dunia tersusun dari berbagai sistem yang cukup rumit. Dimana tiap sistem saling berhubungan satu dengan yang lain. udara. Sistem udara selalu berputar setiap waktu. Kadang menjadi 02  , kadang menjadi CO2. Anak SMP itu merasakan hembusan nafas yang terserap dari hidungnya, mengalir menuju paru-paru, dan keluar menjadi udara jenis lain. dia berfikir, berarti sistem pernafasannya masih stabil dan berjalan dengan baik. Setelah beberapa menit mengecek sistem pernafasannya. Anak SMP itu berjalan kembali, dengan menggunakan seragam putih osis, celana biru tua, serta topi dan dasi yang selalu diwajibkan pada seluruh siswa pada hari senin.

            Sistem adalah sesuatu yang mengikat. Siapa saja yang tidak membawa seragam lengkap saat upacara. Maka hukuman akan jatuh padanya. Seorang anak SMP topinya ketinggalan. Guru yang melihat langsung memergokinya dan menyuruhnya maju kedepan sambil menanti upacara selesai. Dan saat itulah, hukuman akan menimpanya. Sebuah ranting kering jatuh dari atas pohon. Jatuhnya tepat diatas kepala seorang anak SMP yang tadi mengecek sistem pernafasannya. Kepalanya tak begitu sakit terkena ranting kering itu. lagian, saat itu dia sedang mengenakan topi. Jadi, beban yang diterima dari gaya jatuh ranting itu tak ber-efek sama sekali. Saat upacara selesai, dia melihat temannya yang tak beratribut lengkap itu dihukum push up 50 kali. dia berfikir sejenak. Merenungkan apa sedang yang dilihatnya.
“kalau caranya begini. Mungkin di hari-hari selanjutnya, dia akan jera dan selalu mengingat hukuman ini. Boleh-boleh” kata anak SMP itu dalam batinnya.
Selama hidupnya. Dia selalu mengamati segala sistem yang ada, mempelajarinya, memahaminya, berusaha mengerti fungsi dan peran sebuah sistem yang bekerja. Dan yang terakhir, memetik manfaat sebuah sistem yang telah dipelajarinya. Saat dia mengamati temannya yang dihukum, karena tidak beratribut lengkap. Dia jadi sadar. Bahwa ketertiban akan membawa pada keselamatan.

              Kegiatan belajar dan mengajar sudah dimulai. Bu guru menerangkan pelajaran matematika di depan. beberapa rumus sudah tertulis di papan tulis. Dan seluruh murid di kelas itu disajikan sebuah soal dan disuruh mengerjakannya. Anak SMP yang tadi mengecek sistem pernafasannya kembali berfikir. Dia berfikir sambil mengerjakan soal dari bu guru. Karena, jika tidak berfikir, dia tidak akan bisa mengerjakan soal itu (you don’t say !). tapi bukan itu. Dia tidak hanya berfikir tentang soal yang saat ini ada di hadapannya. Namun, ada sepercik rasa gundah yang tiba-tiba terasa dalam syarafnya. Apakah itu? rasa sesalkah? Atau rasa kesal? Rasa linglung bercampur rasa alpukat? Anak itu mulai bingung. Dia sama sekali tak mengerti maksud dari pikirannya sendiri. dahinya mulai mengkrenyit. Soal matematikanya sudah terselesaikan. Tapi masih ada satu masalah lain yang belum terselesaikan. “Apa itu?” dia terus berfikir. Berusaha menemukan apa yang dia cari. Menerjemahkan sesuatu tentang apa yang sebenarnya dia fikirkan. Karena acapkali, disaat dia berada di sebuah sekolah, di saat dia bertemu dengan berbagai mapel yang diajarkan disana. Selalu saja kepalanya terasa sangat pusing. Dia pusing bukan karena pelajaran yang sulit. Bahkan dia mendapat peringkat ketiga di kelasnya. Yang membuatnya pusing adalah bisikan-bisikan yang selalu saja mengganggunya disaat dia duduk manis, di saat jam pelajaran. Bisikan dari dalam hatinya yang menyuruhnya untuk keluar.
“DIAAM!!” jerit anak itu. kali ini dia tak tahan lagi dengan bisikan yang sudah 11 tahun mengganggu hidupnya.
“a..ada apa nak Einten. Apa soalnya terlalu sulit buat kamu?” kata bu guru, anak yang tadi mengecek pernafasannya yang ternyata bernama Einten itu menjadi pusat perhatian seluruh murid di kelas. Apa yang sudah dilakukannya membuat suasana disana menjadi tegang. Bahkan teman yang duduk di samping Einten hampir pingsan karena ketakutan. rupanya, celananya sudah basah. Dan saat itulah Einten yang sudah menenangkan diri mulai angkat bicara
“bu, boleh saya menghirup udara segar di luar. Sebentar saja kok”
“ya, tidak papa. Kalau kamu nggak enak badan. Nak Einten bisa istirahat di UKS saja” bu guru merasa kasihan.  Dia khawatir akan keadaan Einten yang tak seperti biasanya.
Einten tersenyum “saya nggak sakit bu guru. Saya mau cari udara segar sebentar saja” lalu Einten beranjak dari kelas. Dia keluar dari kelas itu. dan saat itu pula, otaknya yang terbebani fikiran aneh tiba-tiba lenyap.
“Apa maksudnya ini?” dia kembali meneliti apa yang sudah dia rasakan tadi
“apa kelas sudah membuat otakku tidak nyaman.... kenapa setelah aku keluar dari kelas. Segala sesuatu yang sudah mengusikku tiba-tiba hilang?”
Derap langkah seseorang terdengar di belakang Einten. Saat itu Einten sedang termenung di pagar lantai dua gedung sekolah. sambil melihati gumpalan awan yang terus bergerak. Tangan seseorang memegang pundaknya.
“Kamu sepertinya punya masalah” kata seseorang itu.
Einten menoleh kearah orang yang memegang pundaknya. Ternyata pak Afik
“sepertinya begitu pak”
“apa bapak boleh tahu masalahmu saat ini?”
Einten terdiam. Sepertinya pak Afik tahu apa yang sudah dilakukannya di kelas tadi
“pak afik”
“ya”
“saya mempunyai cita-cita sebagai seorang pemain sepakbola”
“wah itu cita-cita yang bagus. kalau kamu giat berlatih, tak mustahil kamu bisa menjadi gabungan antara messi dan ronaldo kelak” setelah itu pak Afik tertawa cekaka'an.
Einten tersenyum mendengar ucapan pak Afik
“jika begitu....” Einten memutus omongannya. Sementara pak afik masih menyimak kata yang nantinya akan keluar dari mulut Einten.
“kenapa ya pak. Pelajaran olahraga hanya ada dua jam dalam seminggu. Itupun olahraganya ganti-ganti. Tidak mesti sepakbola. Padahal saya sangat ingin menjadi pemain bola yang handal. Seperti yang bapak katakan sebelumnya. Tapi kenapa? Aku lebih banyak mendapat pelajaran yang bermacam-macam dan sama sekali tak penting buatku di masa mendatang” kata Einten
Pak afik tertegun. Dia melihat anak didiknya itu menatapnya dengan tatapan ingin tahu yang teramat sangat. Seperti, hal ini sangatlah penting untuk membuka suatu rahasia yang selama ini dia pendam dalam benaknya.
“hah... begini nak Einten. Saya tau maksutmu itu. namun kamu harus ingat. kita sebagai manusia harus tahu segala hal. Bukan hanya tahu satu ilmu saja. Agama kan juga mengajarkan kita menuntut ilmu sampai keliang lahat. Nah, sekolah ini bertujuan untuk itu. membuatmu lebih tahu dari pada orang-orang yang saat ini tidak bersekolah. Derajatmu juga akan lebih tinggi dengan berbagai macam ilmu yang kau pelajari disini”
Penjelasan pak Afik membuat Einten berfikir kembali. Sinar matahari yang panas membuat tubuh Einten yang berada di dekat pagar kepanasan. Dengan reflek, Einten berpindah dari pagar menuju tempat yang teduh dari sinar matahari yang menyengat. Begitu juga pak Afik yang melakukan hal yang sama. lalu mereka duduk di situ karena capek berdiri dari tadi.
“gimana. Apa hatimu sudah merasa plong sekarang” kata pak Afik
“saya tak tahu dengan pasti pak. Pikiran saya entah mengapa terus bergejolak”
“ya udah, paling kamu stress karena kebanyakan mikir. Coba kamu sejenak refreshing untuk mengistirahatkan processor otakmu itu supaya tidak konslet”
“baik pak”
Lalu Einten diijinkan libur satu hari.

Air menggenang di berbagai sudut jalan. Dedaunan pepohon basah kuyup akibat hantaman hujan deras tadi malam. Seorang anak sekolahan yang jahil menggoyangkan pohon itu, lalu dia lari sambil tertawa cekiki’an. sedangkan temannya yang tak selamat berada di bawah pohon itu, terkena air bah yang berjatuhan dari dedaunannya. Di hari itu, Einten berjalan diantara kerumunan orang di tempat umum. Saat itu, dia ingin menguji ilmu yang telah dia peroleh semenjak TK sampai kelas 2 SMP. Dia mencoba menguji sistem yang sudah merenggut 11 tahun hidupnya itu. Einten mengecek seberapa bergunanya ilmu yang dia peroleh untuk kehidupan sosial yang nyata. saat itu, dia mempraktekkan hal-hal yang diingatnya saja. sedangkan ilmu-ilmu lain yang pernah juga dia dapatkan hilang tersapu waktu. lupa, karena jarang di muroja'ah. beberapa saat Einten berjalan, dia menghampiri seorang tukang becak dan menjelaskan tentang rumus   dan hukum gaya Newton padanya
“kwe ngomong opo to le.... mau mbecak. Sini, murah murah” katanya. Dia sama sekali tidak mudeng dengan ucapan Einten. Yang dia tahu tentang becak itu hanyalah menggenjotnya saja
Einten kembali berjalan. Kali ini dia mendatangi tempat penjualan pembibitan tanaman. Dia mendatangi salah seorang karyawan di sana dan menjaelaskan soal fotosintesis. Tanah yang baik untuk tumbuhan, serta cara mekanisme masuknya air dari akar menuju kedaun dengan menggunakan xilem dan floem.
“oh, kalau itu saya juga tau dek” kata karyawan itu
“tapi itu tak ada manfaatnya disini. Kalau kamu kerja di laboratorium mungkin baru akan berguna” katanya lagi. Lalu Einten malah diajari karyawan itu untuk praktek menanam tanaman dengan baik. Menentukan kadar pupuk organik yang sesuai, serta mengatur cahaya matahari yang bisa diserap oleh tumbuhan itu. cara merawat tanaman. Serta proses penjualan tanaman kepada para pembeli. Hal itu dia ketahui dalam satu hari. Sebuah praktek yang tak sebanding dengan pelajaran teori fotosintesis yang rumusnya tertulis di papan tulis. Dan itu dipelajarinya selama satu semester. Dan fungsinya tak lain hanya untuk menggarap ujian soal kenaikan kelas. Dan dimasa depan, belum tentu itu akan digunakan disaat mencari pekerjaan.

            Einten mulai tahu. dia telah membuka tabir yang selama ini mengganggu jalan pikirannya. Selama dia melihat sistem yang salah. Selama itu pula dia akan terus meronta. Dia tak bisa terima jika sebuah sistem itu hanya membuat dirinya merasakan penyesalan. Seperti sistem pernafasan yang rusak. Seperti sistem udara yang rusak oleh pencemaran asap karbon dan cerobong papbrik. Seperti sistem air yang tercemar oleh limbah dan kotoran BAB. Dia sama sekali tak menginginkan hal  itu. 11 tahun yang sudah dia sia-siakan. tak mungkin dia diam saja. Melihat waktunya habis untuk mempelajari sebuah pelajaran yang tak lain hanya untuk menggarap soal. Mendapat nilai bagus, dan naik kelas. Apa artinya sebuah rumus, jika tidak ada praktek yang membuat otak kita mengerti tentang rumus yang sedang dipelajari. Meski sudah dijelaskan di buku. Toh sehari, seminggu, sebulan kemudian juga akan lupa. Jadi apa untungnya hanya sekedar tahu, lalu dilupakan. Einten menjadi geram. Dia berencana keluar dari sistem yang rusak. Sebuah sistem yang tidak benar. Sebuah sistem yang sudah jelas-jelas salah. Dia ingin mencari sistem lain yang benar. Jika tidak ada. Maka dialah yang akan membuat sebuah sistem yang benar. Sistem yang tidak membuang-buang waktu. Sebuah sistem yang memiliki manfaat bukan hanya untuk organisasi yang menerapkan sistem itu. tapi juga untuk kehidupan nyata.

Maka, Einten kembali berjalan. Dia melihat sebuah gedung. Dia tau, hal itu tak memerlukan ilmu olahraga untuk membuatnya. Dia membaca komik. Dia tau, hal itu tak memerlukan ilmu geologi yang membahas proses pelapukan. Dia melihat tukang parkir. Dia tau, hal itu tak memerlukan ilmu matematika dan fisika untuk menentukan kordinat titik yang tepat untuk parkir tegak lurus sesuai garis yang tersedia di tempat. Dia berjalan, terus berjalan, dia melihat lalu menyimpulkan ilmu yang membuatnya. Sampai akhirnya dia berada di rumah, dan menunggu hari esok agar lekas datang. Tapi, bisakah dia merubah sistem yang salah itu dalam keadaannya yang sekarang. Lalu dia kembali berfikir. Berfikir tentang masa depan nanti yang akan diperbuatnya kelak.

Selasa, 31 Mei 2016



M Habib A