Dalam sebuah analogika alam sadar.
Terbentuklah segala macam pemikiran yang berbeda-beda dari tiap kepala. Mereka
terbentuk dan diciptakan dari gagasan-gagasan yang selama ini tertampung di
otak. Tentu tiap orang memiliki gagasan berbeda-beda yang masuk ke dalam
otaknya. Dan jika sekiranya dimikian, tentu setiap individu akan berpikir
sesuai apa yang mereka pelajari di masa kehidupan mereka. Doktrinisasi. Itu
adalah salah satu cara seseorang untuk menularkan ideologinya kepada individu
yang sedang mencari jati dirinya. Mereka mencari pengikut yang sekiranya bisa
membantu untuk meraih tujuannya. Namanya juga manusia, makhluk sosial. Jadi
untuk meraih tujuan, mereka harus bisa mencari rekan yang mempunyai pemikiran
yang sama seperti dirinya.
Omong-omong soal makhluk sosial.
Manusia memang tak lepas dari peranan manusia lain. untuk bertahan hidup,
mereka perlu yang namanya orang lain. salah satu caranya ya bekerjasama. Namun,
bagaimana jika mereka memiliki ideologi dan pemikiran yang berbeda? Jawabnya
ada 3, mau kerjasama dengan saling mengerti. Bekerja sama dengan seorang yang
menang dan mengalah alias kalah. Dan terakhir tidak bekerjasama, malah
menimbulkan pertikaian dan permusuhan.
Dalam hal saling pengertian ini, kita
mengenal istilah yang namanya toleransi. Tapi nyatanya hal tersebut tidak
disambut dengan baik oleh kebanyakan orang. Mereka masih lebih mementingkan
diri dan menganggap dirinya benar. sedangkan orang lain yang tidak sejalan
dengannya dianggap salah. Ini adalah sebuah pemikiran yang salah. Kenapa saya
bisa menulis demikian? Karena orang lain juga akan berpendapat demikian. Kita
terkadang bertindak dengan dorongan nafsu sehingga membuat kita berpikir egois,
merasa diri kita benar, dan tidak mau mendengar pendapat yang lain.
Selain itu, lingkungan yang mempola
pikiran sebuah individu juga tak lepas dari stigma ini. Seorang pelajar
menengah pertama pun tahu, jika seorang yang tinggal di lingkungan pesantren
akan berbeda dengan orang yang rumahnya dekat dengan diskotik. Jadi perilaku,
pemikiran, tindak tunduk, sebenarnya sudah tergambarkan oleh diri sendiri.
sebuah kebiasaan tak kan bisa di sembunyikan walaupun kita sudah berusaha keras
untuk menyembunyikannya. Yang namanya tabiat memanglah suatu yang amat sakral.
Sering kali seseorang susah mengandani orang lain yang memiliki perangai yang
berbeda dari orang yang mengandani.
Saya tidak akan menceritakan
persoalan ini secara menyeluruh, karena pembaca yang jarang membaca pasti akan
merasa bosan. Jadi saya akan menceritakan sebuah cerita. Dalam sebuah pertemuan
rapat yang dihadiri oleh perwakilan kelas. disana terjadi sebuah rapat yang
memakan waktu yang tidak sebentar. Permasalahan yang paling utama adalah
“Bagaimana cara yang akan kita lakukan untuk memilih ketua angkatan kita?” saat
itu debat kusir teramat panas. Saya disana hanya memilih diam dan mendengarkan
(mungkin saya malas untuk bicara karena mereka sudah menyuarakan apa yang akan
saya katakan). Meski diam, terkadang saya juga angkat bicara jika ada sesuatu
yang menurut saya kurang pas (saya langsung mengatakannya ke ketua rapat saat
itu. saya tidak bicara sekeras yang lain, tapi hanya berbisik, mengetahui jarak
kami hanya sesenti). Nah, mungkin pembaca bertanya-tanya, kenapa saya
menceritakan hal ini? Apa pentingnya cerita ini untuk saya? Maka saya akan
menjawab. Sabar... Ceritanya belum selesai. Jadi bertanyalah saat ceritanya
sudah selesai. Yak kembali ke permasalahan tadi. disini saya menyebutnya
sebagai permasalahan karena mereka terlalu banyak berdebat dan sangat sulit
mengambil kata mufakat untuk memutuskan suatu yang sebenarnya jika diurus
perorangan, tidak akan menghabiskan waktu sampai hampir satu setengah jam!.
Mungkin saya berani bertaruh, hanya beberapa menit. Malah bisa jadi kurang dari
itu. ini hanyalah sebuah permasalahan yang sepele. Disana juga ada saling salah
pengertian dan keriuhan. Dengan adanya orang lain yang memiliki pola pikir yang
berbeda-beda. Menyatukannya membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. untuk
itu. kenapa hal itu bisa terjadi? Bukannya sebuah kerjasama akan berdampak
lebih baik ketimbang seorang diri? Lalu, jika demikian, kenapa kita masih harus
bekerjasama?
Mari kita jawab pertanyaan yang
pertama. “Kenapa hal itu bisa terjadi (percekcokan)?”
+ Ego : “kerjasama
dilahirkan ketika anda berfokus pada ‘kita’ bukannya ‘saya’”
+ Rasa tidak aman
: “hanya menggunakan otaknya sendiri. padahal disitu terdapat banyak otak yang semestinya kita bisa
manfaatkan untuk menambah atau memperbaiki pendapat kita yang salah”
+ Kenaifan
+ Tempramen :“dalam sebuah kerjasama
ataupun musyawarah. Kita tidak sedang mencari sebuah kemenangan dan menganggap
yang lain sebagai seorang musuh. Tapi kita sedang meraih tujuan bersama untuk
kemengan bersama pula”
Sepanas apapun percekcokan yang akan terjadi jika kita
menemui jalan buntu. Hendaknya kita tetap berpikir dingin dan tetap
menjujunjung nilai kebersamaan. Sebagaimana rasulullah sallallahualaihiwasallam
dulu jika berdebat, pasti beliau sabarnya bukan main. Dan tidak main-main. Seorang
datang ke tempat beliau. Berteriak-teriak sambil mengeluarkan isi kepalanya
(jangan membayangkan hal sadis, ini hanya perumpamaan). Tapi beliau dengan
tenang, menunggu lawannya berhenti bicara. Setelah orang itu berhenti bicara.
Beliau bertanya “apa kamu sudah selesai? Jika iya, maka giliranku untuk
berbicara” dengan nada yang sangat tenang.
Pertanyaan kedua. “Bukannya sebuah kerjasama akan
berdampak lebih baik ketimbang seorang diri?”
Itu betul. Kita bahas diawal tadi,
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Semandiri apapun mereka. Seterkucil maupun
seter-bully apapun mereka. Pasti mereka memerlukan orang lain.
dalam sebuah kutipan dari Lyndon
Johnson berbunyi “tidak ada masalah yang tidak bisa kita pecahkan bersama-sama.
dan sedikit sekali masalah yang bisa kita pecahkan sendirian”. (Kutipan ini dan
tanda ‘+’ saya ambil dari sebuah buku karangan John C. Maxwell dengan sedikit
perubahan sekedarnya).
Kita juga tahu
perumpamaan lain, bahwa satu lidi gampang dipatahkan ketimbang 1000 lidi.
Bekerjasama akan membuat kekurangan kita akan tertutupi orang lain. kesalahan
kita bisa di tambal dengan kebenaran yang lain. bekerjasama membuat segala yang
berat untuk kita menjadi ringan jika dikerjakan bersama. Memang akan terjadi
perdebatan. Tapi itu adalah bayaran yang pantas untuk hasil yang membuat
pekerjaan kita menjadi jauh lebih ringan. Semisal anda sedang mendorong mobil,
jika dilakukan ber-enam, maka anda hanya menerima 1/6 berat dari mobil itu. ini
berbeda dengan yang sistem otoriter. Dimana yang mengambil keputusan dan yang
menentukan hanya satu orang. Memang keputusan berjalan dengan cepat, tapi
resiko yang ditimbulkan membuat banyak orang merasa dirugikan.
Pertanyaan
ketiga. “Lalu, jika demikian, kenapa kita masih harus bekerjasama?”
Seperti yang diterangkan di pertanyaan kedua, segala sesuatu
akan terasa mudah jika kita selesaikan bersama. Karena tidak ada manusia yang
sempurna. Dari pertanyaan ini, sepertinya saya tak perlu panjang lebar untuk
menjelaskannya.
Dari
beberapa yang kita bahas di atas, mungkin saya akan memberi sedikit perihal
agar proses kerjasama atau musyawarah berjalan dengan baik dan teratur. Dalam
sebuah rapat, tujuan sebenarnya lebih penting dari pada peranan. Kita pasti
sangat ingin masukan kita di terima, tapi jika ada yang lebih baik, kenapa kita
tidak menerima pendapat tersebut? Nah, semisal kita sudah sangat meyakini jika
pendapat yang kita ajukan benar. namun banyak orang yang masih tidak percaya
dan bertentangan dengan anda. Padahal anda sudah memberikan data-data valid dan
argumen yang tak terbantahkan. Tapi tetap saja pendapat tersebut masih tidak di
terima. Saya sampaikan, jika anda seorang pejuang yang gigih, anda tak akan
menyerah dan tetap mencoba agar orang-orang percaya dengan argumen anda.
caranya begini, berikanlah cerita. Sebuah cerita nyata yang menggambarkan
argumen anda. seperti yang saya contohkan diatas. Saya bercerita dan memilah
keadaan yang terjadi, kemudian menjelaskan, setelah itu menyimpulkan. Karena
dengan bercerita, bisa membuat pikiran orang lain terbuka dan memiliki
gambaran. Tentunya membuat pendapat kita jauh lebih mudah untuk di terima.
0 komentar:
Posting Komentar