Di dalam sebuah genangan jalan. Terdapat sebuah jeglongan yang di
tutupi air. Ada Seorang pengandara motor yang tak bejan kejeglong. Dia tidak
tau jika jeglongan itu teramat dalam. Sehingga membuatnya terlempar, terjungkal
dan terkapar. Ambulan datang menyelamatkan. Namun sesampainya disana, bannya
ringsek karena terkena jeglongan pula. Dalam sebuah galon. Air digunakan untuk
minum. Dalam sebuah pancuran, air digunakan untuk mandi, mencuci baju, mencuci
piring, dan lain-lain. dalam sebuah ludah, juga mengandung air. Dalam sebuah
semangka, juga terdapat air. Air is everywhere. Tak akan ada kehidupan
jika tidak ada air.
Air itu, selalu
saja mengalir. Dari dataran tinggi, menuju dataran rendah. siapa yang membuat
air itu bisa naik ke dataran tinggi? Mesin diesel macam apa yang bisa mengusung
jutaan kubik air dari laut ke atas gunung? Jawabannya gampang. Awan. Namun awan
tidak termasuk mesin diesel. Jadi siapa yang bisa membuatnya begitu. Allah.
Jadi, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?.
Selagi manusia
hidup. Mustahil manusia tak pernah berdusta (Kecuali rasulullah SAW). Jadi
setelah beberapa peringatan yang telah diberikan. Terkadang manusia masih saja
mendusta. Pada suatu hari, Seorang anak sekolah dasar dinamai orang tuanya
dengan nama Pendu. Teman-temannya tak habis pikir mempunyai teman bernama pendu
(biasanya pandu). Yang tak lain dan tak bukan bernama panjang Pendustaan.
Kenapa dia dinamai seperti itu? entahlah. Orang tuanya tidak bisa memberikan
alasan yang jelas tentang permasalahan tersebut.
Di pagi hari,
Pendu menangis. Dia tidak terima dinamai pendustaan. Dia sedih, air matanya
berjatuhan menerpa bumi. Air mata itu meresap kedalam tanah. Menyisakan basahan
kecil di permukaannya. Air itu, entah akan menguap, berkubang, atau mengalir
dari dataran tinggi menuju dataran rendah. entah siapa yang tahu. tapi Allah
maha tahu.
Pendu berhenti
menangis. Dia sudah lelah dan tampak dehidrasi. Sudah banyak cairan yang keluar
dari tubuhnya. Matanya mengering dan berwarna merah. Tampak sudah tidak kuat
lagi menumpahkan keluh kesedihannya. Lekas dia pergi dari tempat itu. kakinya melangkah
menuju rumah. Kendati demikian, ruh pun keluar dari jasadnya. Dia heran bisa
mengudara. Rasa sakit sesaat yang dirasakan hilang oleh angin yang bergulir
menembus ruhnya. Kini dia melihat dirinya tergeletak tak berdaya. Betapa lemah
dirinya. Dia menyesal jika pernah sesekali menyombongkan diri. Lalu Pendu
kembali menangis. Namun tiada yang keluar. Seorang bertubuh besar dan bersayap
mengangkatnya dengan cepat menuju langit. Meninggalkan tubuhnya yang tergolek
lemah di tanah.
Air, air mata, air
mata kesedihan. Air mata kesedihan yang ditumpahkan oleh pendustaan. Tidak terpikir
oleh kebanyakan orang, dibawah tempat Pendu menangis ada sebuah biji rambutan.
Air mata Pendu yang berjatuhan membuat dormansi biji terhenti. Terjadilah
proses imbibisi. Membuat sel-sel yang tidak aktif, menjadi aktif. Lalu, waktu
berlalu, plantula akhirnya muncul. Hari demi hari. Tumbuhan itu tumbuh dan
berkembang sedikit demi sedikit. mengaktifkan hormon-hormon tertentu untuk
proses perkembangan dan pertumbuhan. semakin besar dan besar. Hujan mengguyur
dan kemarau panjang. Tanaman rambutan itu masih tumbuh subur di tempatnya.
Sampai akhirnya, Tumbuhan itu berkembang dengan pesat. tiap tangkainya dihiasi
oleh segepel rambutan yang lebat. Lalu, bisakah kita menyangka? Siapakah
yang tau jika di dekat situ ada sebuah biji!? Siapakah yang membuat biji itu
tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah pohon yang berbuah lebat!?
Di lain tempat,
kedua orang tua yang memiliki anak bernama pendusta sudah hampir putus asa
mencari anaknya yang selama 3 tahun ini menghilang dari rumah. Sudah banyak
pamflet ditebar. Sudah banyak kerabat yang dihubungi. Dan sudah banyak warga
yang mereka suruh untuk mencari. Tapi hasilnya nihil. Pak RT, Pak RW, Pak
Camat, Bupati, dan Gubernur sudah mereka hubungi. Tinggal Presiden. Sayang beliau
tidak bisa dihubungi dengan alasan “maaf pulsa anda telah habis, mohon segera
melakukan pengisian ulang”. Lantas kedua orang tua itu turun tangan dan mencari
keberadaan anaknya sendiri. dibantu oleh beberapa warga yang ikhlas membantu.
Tapi tetap saja, mereka tidak menemukan si Pendustaan. Akhirnya mereka
benar-benar putus asa.
Dan disaat
keputusasaan sudah mulai merasuki hati. Datanglah seorang pakde-pakde datang
dari arah yang tidak di sangka-sangka. Dia juga salah satu warga disana.
“Mbok yo ndongo to pak... bu... sampeyan itu gimana. Jangan menjadi
orang yang gampang putus asa begitu. minta petunjuk sama gusti Allah. Ojo
mentang-mentang usaha tok, tapi ndongo kalian Cuma sak iprit”
Akhirnya kedua orang tua itu tersadar. Sang bapak berucap
“benar juga pak de. Kulo lepat nyuwun ngapunten. Bisa-bisanya saya
lupa dengan yang diatas”
Lalu kedua orang tua itu bersama-sama memanjatkan do’a dengan
khusyu’. Tak pernah sekalipun mereka berdua berdo’a sekhusyuk itu selain saat
ini. Mereka meminta agar anaknya bisa ditemukan, dan menyesal telah menamai
anak mereka dengan sebutan pendustaan. Sambil terisak.
Air. Ialah sumber
kehidupan dan sumber penyejuk. Tanaman tumbuh karena air, juga berkat izin
Allah. Jika tidak di ijinkan. Pasti tidak akan tumbuh. Ijinnya entah seperti
apa. Yang jelas, bukan seperti manusia ketika memberikan surat permohonan maupun
dalam bentuk proposal. Tidak harus di diskusikan atau juga dirapatkan dalam
kabinet dengan para malaikat. Entahlah, hanya Tuhan yang tahu. kita hanya
diberi ilmu yang bisa ditangkap oleh mata dan penalaran saja. Selain itu,
menjadi rahasia Allah.
Sampai kemudian.
Tanaman rambutan yang berbuah lebat itu diketahui anak-anak kecil yang sering
bermain bentengan dekat situ. Mereka terpukau ketika melihat pohon rambutan
yang lebat buahnya. Saat merasa capek setelah bermain. Mereka kemudian
mengambil buah pohon itu untuk mereka makan.
“uenak tenan!!” jerit salah satu anak dari gerombolan anak.
“iyo. Iki rambutan jenis opo!?”
“jenis Australia paling”
“jangan sok tau”
“wes, ra usah ribut. Cuman tinggal di ma’em kok geger”
Dan setelah kejadian itu. mereka sering berkunjung ke pohon
rambutan itu untuk memetik buah. Mereka memakan sampai perut mereka buncit.
Tapi ajaibnya buah dari rambutan itu tak berkurang sama sekali.
“besok kita kesini lagi yuk” ajak salah satu dari mereka, disambut
persetujuan dari semuanya.
Lalu tibalah saat
seorang anak ingin ke tempat rambutan itu bersama dengan sekelompok anak-anak
yang lainnya. Mereka berjalan dengan suka cita. Dengan harapan bisa memakan
buah rambutan sepuasnya. Lalu di tengah perjalanan mereka ditanya oleh seorang
mbah-mbah
“koe ngopo kabeh to le... kok tiap hari mlaku-mlaku eneng bukit
kui” sambil menunjuk perbukitan yang berada di belakangnya.
“disana ada buah rambutan mbah” sahut salah satu dari mereka
“ngopo adoh-adoh rono.... neng ngarepan halamane simbah iki lho.
Enek wet rambutan. Wes akeh buahe... songge’en rapopo”
“mboten mbah. Rambutan di bukit itu lebih lezat”
“lezat pie to le... jenenge rambutan kui rasane podo kabeh”
“mbah coba kesana aja, nanti simbah tau sendiri” kata seorang bocah
jakarta yang tinggal di desa.
Lalu karena penasaran. Mbah-mbah itu ikut menuju perbukitan bersama
dengan segerombolan bocah-bocah. Disana bertengger sebuah pohon rambutan yang
ranum buahnya. Mbah-mbah itu mencicipi satu.
“Masyaallah! Iki rambutan jenis opo!?”
“jenis australia paling mbah”
“wes, rasah sok tau”
Akibat kejadian tersebut, berita tentang kelezatan buah rambutan
yang berada di bukit menyebar ke berbagai desa. Semakin hari semakin banyak
pula orang yang berkunjung karena dihantui rasa penasaran. Dan sebulan setelah
kejadian si simbah. Masyarakat mulai berbondong-bondong mengunjungi pohon
rambutan itu. rasanya yang luar biasa enak sudah menyebar dari mulut ke mulut.
Kepala desa merasa bila itu adalah kesempatan yang bagus untuk dapat menambah
pemasukan desa. Dan tibalah ketika kepala desa membuat peraturan bagi orang
yang ingin mengunjungi pohon rambutan tersebut. Yaitu, jika orang yang ingin
melihat akan dikenakan kocek 50.000. dan tiap hari orang yang berkunjung hanya
di batasi 300 orang. Memakan satu butir buahnya akan terkena tagihan 50.000
juga. Awalnya peraturan itu menuai kecaman dan protes. Namun itu hanya
sementara. Bisa dilihat dari antusiasme masyarakat yang masih saja
berbondong-bondong ke tempat itu dengan alasan. “karena menurut saya harga
koceknya berbanding lurus dengan yang saya dapatkan disini” kata seorang warga
saat ditanya oleh reporter TV swasta.
Hujan mulai turun. Sebagian orang di perbukitan menepi mencari
tempat berteduh. Air yang jatuh dari langit menghujam tanah dengan sangat
lembut. Padahal di atas sana satu tetesnya adalah gumpalan es yang besarnya
sebesar bola sepak. Lalu dengan kuasa-Nya. Membuat butiran yang mematikan itu
menjadi sebuah butiran kecil nan lembut saat menapak tanah.
Salah seorang anak SMP dia antara mereka ada yang kebelet buang air
kecil. Lantas, sambil hujan-hujanan dia mendekat ke balik sebuah pohon yang
bisa menutupinya dari pandangan banyak orang. Setelah mau mengeluarkan. Dia
dekagetkan dengan sesosok jasad yang masih utuh. Dia yang sedang buang air
kecil berteriak. Air seninya yang sudah berada di uretra kembali lagi menuju ke
kantung kemih, gara-gara keget dan ketakutan. Sebagian orang yang mendengar
jeritan anak itu, tanpa waktu lama segera mendekat ke sumber suara. Ternyata oh
ternyata. Yang mereka temukan adalah sesosok jasad yang telah lama menghilang
selama 3 tahun belakangan ini. Yak, itu jasad si Pendu. Pak Camat yang tak
sengaja mengetahuinya akhirnya menghubungi kedua orang tua Pendusta yang sudah
bertahun-tahun kehilangan anaknya.
Lagi-lagi Air. Namun kali ini air kencing. Air kencing yang
menuntun seseorang menemukan jasad Pendusta. Air memang anugrah yang besar.
Semua jenis air sangat bermanfaat bagi manusia. Air di Jeglongan jalan yang
memperingatkan pengendara untuk hati-hati ketika di jalan. Air mata yang bisa
menumbuhkan sebuah pohon rambutan yang Lezat buahnya. Air hujan yang membuat
seseorang kebelet kencing. Dan air kencing yang membuat seseorang menemukan
Jasad seseorang yang telah lama dicari bertahun-tahun. Tentunya masih banyak
sekali manfaat air yang belum tersebut di atas. Adakah seorang yang menyangka?
Adakah seorang yang mengira? Adakah seorang yang menebak? Jawabnya tidak ada.
Hanya Tuhan yang tahu. dialah zat yang maha satu. Menciptakan air yang
manfaatnya tiada lagi ditanya. Mengabulkan do’a sepasang suami istri yang
mencari anaknya. Menumbuhkan sebuah pohon yang membuat orang-orang senang
memakannya. Jadi, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
13:19 Kartasura; Rabu, 25 Mei 2016
Muhammad Habib Amrullah
Menghibur bro...
BalasHapus