Selasa, 23 Agustus 2016

Kumpulan Cerpen; Air


Di dalam sebuah genangan jalan. Terdapat sebuah jeglongan yang di tutupi air. Ada Seorang pengandara motor yang tak bejan kejeglong. Dia tidak tau jika jeglongan itu teramat dalam. Sehingga membuatnya terlempar, terjungkal dan terkapar. Ambulan datang menyelamatkan. Namun sesampainya disana, bannya ringsek karena terkena jeglongan pula. Dalam sebuah galon. Air digunakan untuk minum. Dalam sebuah pancuran, air digunakan untuk mandi, mencuci baju, mencuci piring, dan lain-lain. dalam sebuah ludah, juga mengandung air. Dalam sebuah semangka, juga terdapat air. Air is everywhere. Tak akan ada kehidupan jika tidak ada air.

            Air itu, selalu saja mengalir. Dari dataran tinggi, menuju dataran rendah. siapa yang membuat air itu bisa naik ke dataran tinggi? Mesin diesel macam apa yang bisa mengusung jutaan kubik air dari laut ke atas gunung? Jawabannya gampang. Awan. Namun awan tidak termasuk mesin diesel. Jadi siapa yang bisa membuatnya begitu. Allah. Jadi, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?.

            Selagi manusia hidup. Mustahil manusia tak pernah berdusta (Kecuali rasulullah SAW). Jadi setelah beberapa peringatan yang telah diberikan. Terkadang manusia masih saja mendusta. Pada suatu hari, Seorang anak sekolah dasar dinamai orang tuanya dengan nama Pendu. Teman-temannya tak habis pikir mempunyai teman bernama pendu (biasanya pandu). Yang tak lain dan tak bukan bernama panjang Pendustaan. Kenapa dia dinamai seperti itu? entahlah. Orang tuanya tidak bisa memberikan alasan yang jelas tentang permasalahan tersebut.

            Di pagi hari, Pendu menangis. Dia tidak terima dinamai pendustaan. Dia sedih, air matanya berjatuhan menerpa bumi. Air mata itu meresap kedalam tanah. Menyisakan basahan kecil di permukaannya. Air itu, entah akan menguap, berkubang, atau mengalir dari dataran tinggi menuju dataran rendah. entah siapa yang tahu. tapi Allah maha tahu.

            Pendu berhenti menangis. Dia sudah lelah dan tampak dehidrasi. Sudah banyak cairan yang keluar dari tubuhnya. Matanya mengering dan berwarna merah. Tampak sudah tidak kuat lagi menumpahkan keluh kesedihannya. Lekas dia  pergi dari tempat itu. kakinya melangkah menuju rumah. Kendati demikian, ruh pun keluar dari jasadnya. Dia heran bisa mengudara. Rasa sakit sesaat yang dirasakan hilang oleh angin yang bergulir menembus ruhnya. Kini dia melihat dirinya tergeletak tak berdaya. Betapa lemah dirinya. Dia menyesal jika pernah sesekali menyombongkan diri. Lalu Pendu kembali menangis. Namun tiada yang keluar. Seorang bertubuh besar dan bersayap mengangkatnya dengan cepat menuju langit. Meninggalkan tubuhnya yang tergolek lemah di tanah.

            Air, air mata, air mata kesedihan. Air mata kesedihan yang ditumpahkan oleh pendustaan. Tidak terpikir oleh kebanyakan orang, dibawah tempat Pendu menangis ada sebuah biji rambutan. Air mata Pendu yang berjatuhan membuat dormansi biji terhenti. Terjadilah proses imbibisi. Membuat sel-sel yang tidak aktif, menjadi aktif. Lalu, waktu berlalu, plantula akhirnya muncul. Hari demi hari. Tumbuhan itu tumbuh dan berkembang sedikit demi sedikit. mengaktifkan hormon-hormon tertentu untuk proses perkembangan dan pertumbuhan. semakin besar dan besar. Hujan mengguyur dan kemarau panjang. Tanaman rambutan itu masih tumbuh subur di tempatnya. Sampai akhirnya, Tumbuhan itu berkembang dengan pesat. tiap tangkainya dihiasi oleh segepel rambutan yang lebat. Lalu, bisakah kita menyangka? Siapakah yang tau jika di dekat situ ada sebuah biji!? Siapakah yang membuat biji itu tumbuh dan berkembang sehingga menjadi sebuah pohon yang berbuah lebat!?

            Di lain tempat, kedua orang tua yang memiliki anak bernama pendusta sudah hampir putus asa mencari anaknya yang selama 3 tahun ini menghilang dari rumah. Sudah banyak pamflet ditebar. Sudah banyak kerabat yang dihubungi. Dan sudah banyak warga yang mereka suruh untuk mencari. Tapi hasilnya nihil. Pak RT, Pak RW, Pak Camat, Bupati, dan Gubernur sudah mereka hubungi. Tinggal Presiden. Sayang beliau tidak bisa dihubungi dengan alasan “maaf pulsa anda telah habis, mohon segera melakukan pengisian ulang”. Lantas kedua orang tua itu turun tangan dan mencari keberadaan anaknya sendiri. dibantu oleh beberapa warga yang ikhlas membantu. Tapi tetap saja, mereka tidak menemukan si Pendustaan. Akhirnya mereka benar-benar putus asa.

            Dan disaat keputusasaan sudah mulai merasuki hati. Datanglah seorang pakde-pakde datang dari arah yang tidak di sangka-sangka. Dia juga salah satu warga disana.
“Mbok yo ndongo to pak... bu... sampeyan itu gimana. Jangan menjadi orang yang gampang putus asa begitu. minta petunjuk sama gusti Allah. Ojo mentang-mentang usaha tok, tapi ndongo kalian Cuma sak iprit”
Akhirnya kedua orang tua itu tersadar. Sang bapak berucap
“benar juga pak de. Kulo lepat nyuwun ngapunten. Bisa-bisanya saya lupa dengan yang diatas”
Lalu kedua orang tua itu bersama-sama memanjatkan do’a dengan khusyu’. Tak pernah sekalipun mereka berdua berdo’a sekhusyuk itu selain saat ini. Mereka meminta agar anaknya bisa ditemukan, dan menyesal telah menamai anak mereka dengan sebutan pendustaan. Sambil terisak.

            Air. Ialah sumber kehidupan dan sumber penyejuk. Tanaman tumbuh karena air, juga berkat izin Allah. Jika tidak di ijinkan. Pasti tidak akan tumbuh. Ijinnya entah seperti apa. Yang jelas, bukan seperti manusia ketika memberikan surat permohonan maupun dalam bentuk proposal. Tidak harus di diskusikan atau juga dirapatkan dalam kabinet dengan para malaikat. Entahlah, hanya Tuhan yang tahu. kita hanya diberi ilmu yang bisa ditangkap oleh mata dan penalaran saja. Selain itu, menjadi rahasia Allah.
            Sampai kemudian. Tanaman rambutan yang berbuah lebat itu diketahui anak-anak kecil yang sering bermain bentengan dekat situ. Mereka terpukau ketika melihat pohon rambutan yang lebat buahnya. Saat merasa capek setelah bermain. Mereka kemudian mengambil buah pohon itu untuk mereka makan.
“uenak tenan!!” jerit salah satu anak dari gerombolan anak.
“iyo. Iki rambutan jenis opo!?”
“jenis Australia paling”
“jangan sok tau”
“wes, ra usah ribut. Cuman tinggal di ma’em kok geger”
Dan setelah kejadian itu. mereka sering berkunjung ke pohon rambutan itu untuk memetik buah. Mereka memakan sampai perut mereka buncit. Tapi ajaibnya buah dari rambutan itu tak berkurang sama sekali.
“besok kita kesini lagi yuk” ajak salah satu dari mereka, disambut persetujuan dari semuanya.

            Lalu tibalah saat seorang anak ingin ke tempat rambutan itu bersama dengan sekelompok anak-anak yang lainnya. Mereka berjalan dengan suka cita. Dengan harapan bisa memakan buah rambutan sepuasnya. Lalu di tengah perjalanan mereka ditanya oleh seorang mbah-mbah
“koe ngopo kabeh to le... kok tiap hari mlaku-mlaku eneng bukit kui” sambil menunjuk perbukitan yang berada di belakangnya.
“disana ada buah rambutan mbah” sahut salah satu dari mereka
“ngopo adoh-adoh rono.... neng ngarepan halamane simbah iki lho. Enek wet rambutan. Wes akeh buahe... songge’en rapopo”
“mboten mbah. Rambutan di bukit itu lebih lezat”
“lezat pie to le... jenenge rambutan kui rasane podo kabeh”
“mbah coba kesana aja, nanti simbah tau sendiri” kata seorang bocah jakarta yang tinggal di desa.
Lalu karena penasaran. Mbah-mbah itu ikut menuju perbukitan bersama dengan segerombolan bocah-bocah. Disana bertengger sebuah pohon rambutan yang ranum buahnya. Mbah-mbah itu mencicipi satu.
“Masyaallah! Iki rambutan jenis opo!?”
“jenis australia paling mbah”
“wes, rasah sok tau”

Akibat kejadian tersebut, berita tentang kelezatan buah rambutan yang berada di bukit menyebar ke berbagai desa. Semakin hari semakin banyak pula orang yang berkunjung karena dihantui rasa penasaran. Dan sebulan setelah kejadian si simbah. Masyarakat mulai berbondong-bondong mengunjungi pohon rambutan itu. rasanya yang luar biasa enak sudah menyebar dari mulut ke mulut. Kepala desa merasa bila itu adalah kesempatan yang bagus untuk dapat menambah pemasukan desa. Dan tibalah ketika kepala desa membuat peraturan bagi orang yang ingin mengunjungi pohon rambutan tersebut. Yaitu, jika orang yang ingin melihat akan dikenakan kocek 50.000. dan tiap hari orang yang berkunjung hanya di batasi 300 orang. Memakan satu butir buahnya akan terkena tagihan 50.000 juga. Awalnya peraturan itu menuai kecaman dan protes. Namun itu hanya sementara. Bisa dilihat dari antusiasme masyarakat yang masih saja berbondong-bondong ke tempat itu dengan alasan. “karena menurut saya harga koceknya berbanding lurus dengan yang saya dapatkan disini” kata seorang warga saat ditanya oleh reporter TV swasta.

Hujan mulai turun. Sebagian orang di perbukitan menepi mencari tempat berteduh. Air yang jatuh dari langit menghujam tanah dengan sangat lembut. Padahal di atas sana satu tetesnya adalah gumpalan es yang besarnya sebesar bola sepak. Lalu dengan kuasa-Nya. Membuat butiran yang mematikan itu menjadi sebuah butiran kecil nan lembut saat menapak tanah.

Salah seorang anak SMP dia antara mereka ada yang kebelet buang air kecil. Lantas, sambil hujan-hujanan dia mendekat ke balik sebuah pohon yang bisa menutupinya dari pandangan banyak orang. Setelah mau mengeluarkan. Dia dekagetkan dengan sesosok jasad yang masih utuh. Dia yang sedang buang air kecil berteriak. Air seninya yang sudah berada di uretra kembali lagi menuju ke kantung kemih, gara-gara keget dan ketakutan. Sebagian orang yang mendengar jeritan anak itu, tanpa waktu lama segera mendekat ke sumber suara. Ternyata oh ternyata. Yang mereka temukan adalah sesosok jasad yang telah lama menghilang selama 3 tahun belakangan ini. Yak, itu jasad si Pendu. Pak Camat yang tak sengaja mengetahuinya akhirnya menghubungi kedua orang tua Pendusta yang sudah bertahun-tahun kehilangan anaknya.

Lagi-lagi Air. Namun kali ini air kencing. Air kencing yang menuntun seseorang menemukan jasad Pendusta. Air memang anugrah yang besar. Semua jenis air sangat bermanfaat bagi manusia. Air di Jeglongan jalan yang memperingatkan pengendara untuk hati-hati ketika di jalan. Air mata yang bisa menumbuhkan sebuah pohon rambutan yang Lezat buahnya. Air hujan yang membuat seseorang kebelet kencing. Dan air kencing yang membuat seseorang menemukan Jasad seseorang yang telah lama dicari bertahun-tahun. Tentunya masih banyak sekali manfaat air yang belum tersebut di atas. Adakah seorang yang menyangka? Adakah seorang yang mengira? Adakah seorang yang menebak? Jawabnya tidak ada. Hanya Tuhan yang tahu. dialah zat yang maha satu. Menciptakan air yang manfaatnya tiada lagi ditanya. Mengabulkan do’a sepasang suami istri yang mencari anaknya. Menumbuhkan sebuah pohon yang membuat orang-orang senang memakannya. Jadi, nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

13:19   Kartasura; Rabu, 25 Mei 2016



Muhammad Habib Amrullah

1 komentar: