Sabtu, 27 Agustus 2016

Pengertian dan Hakikat Niat

wall.alphacoders.com


Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛

            Pertama, dan yang paling utama. Kita ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. Rabb semesta alam. Yang telah memberikan kita rahmat dan hidayah. Serta, menunjukkan kita kepada jalan kebenaran, agama yang benar, yakni islam. Dan tentunya, shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita, nabi kita, Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. Semoga kita mendapatkan syafaat beliau di yaumul akhir kelak. Amiin...

            Dalam menulis artikel ini, saya berniat untuk menyampaikan pengetahuan yang saya dapat, dari apa yang saya pahami dan saya kuasai, dan tentunya juga karena ingin menggapai ridha Allah semata. Dan pertama. Saya akan membahas materi tentang niat. Apakah niat itu? Niat berasal dari bahasa arab ( (النيةyang artinya adalah(al-qosd wal-iraadah) atau keinginan dan tekad. Istilah jawanya ya ‘kekarepan’. Ada juga yang mengatakan bahwa arti dari niat adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dan ini ditegaskan oleh ibnu faris yang mengatakan bahwa asal dari niat adalah (at-tahawwul) atau berpindah, yang kemudian digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan ibadah. jika diperhatikan,apa yang dikatakan ibnu faris dan mereka yang sependapat dengannya tidak bertentangan dengan arti niat dalam istilah yang masyhur, hal ini disebabkan karna hakikat dari niat adalah berpindah dari rutinitas yang biasa dilakukan sehari-hari ke amalan yang bernilai ibadah.

            Saya meletakkan Niat sebagai bahasan pertama bukanlah tanpa alasan. Karena memang sangat puentingnya niat sampai-sampai saya menambahkan kata ‘u’ kedalam kata penting. Niat itu penting karena mencakup setengah dari pada ibadah. Ibadah tanpa niat sama saja hampa. Niat tanpa melakukan semisal itu hal baik sudah mendapat DP pahala. Misalnya waktu sholat jum’at. Kotak bergeser sudah berada di depan kita. Lalu kita berniat menshodaqoh kan sedikit atau banyak dari yang kita punya karena Allah. Namun disaat tangan merogoh saku, ternyata sakukurata, lupa membawa dompet. Insyaallah masih mendapat ganjaran karena sudah berniat. Jika itu niat buruk tapi dia tak jadi melakukannya dan memohon ampunan, dia juga masih tetap mendapat DP pahala. Semisal lagi kita sedang mencari emas. Lalu kita mendapatkannya. Dan selama itu pula, kita melihat teman di depan kita. Timbul niat jahat untuk mengoserkan emas kita ke punggung baju teman. Namun setelah kita hendak melaksanakannya, kita tersadar. Bahwa itu adalah perbuatan tercela. Insyaallah kita akan mendapatkan pahala atas kesadaran yang datang di hati kita, sehingga tak jadi melakukan hal tercela. Masyaallah, Betapa maha pemurahnya Allah.

            Dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita lupa menempatkan niat karena Allah pada setiap tindakan yang kita lakukan. Biasanya kita melakukan sesuatu atas unsur kemauan saja. Padahal ridha Allah itu sangatlah besar. Misalnya saja, kita duduk di dalam masjid, kita bisa berniat hanya untuk istirahat atau ber iktikaf. Jika beristirahat, kita hanya akan mendapat tubuh kita bugar setelah beristirahat. Namun jika kita niatkan iktikaf  karena Allah. Maka kita akan mendapat pahala dan ridhanya insyaallah. Begitu juga saat kita minum. Minum itu biasa saja, dan menjadi kebiasaan orang, tapi dalam tanda kutip “minuman yang halal”. Jika kita saat minum berniat karena Allah. Maka, itu juga akan terhitung sebagai ibadah dan akan mendapat pahala di sisi Allah.


        ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

            Saya percaya sebagian dari anda sudah merasa familiar dengan hadits di atas. Karena hadits ini memang sering di ulang-ulang di berbagai tempat. Dari penggalan kata “sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya” maksudnya ialah amalan-amalan yang kita lakukan itu tergantung pada diri kita sendiri.  Kita yang berhak memilih, dan balasan akan diberikan Allah kepada pilihan kita yang telah kita pilih. Jadi hati-hati, kebanyakan orang-orang terjerumus dan berjuang hanya karena ingin mendapatkan sesuatu di dunia. Bukan karena ingin mendapat ridha Allah. Entah itu belajar keras karena ingin mendapat nilai tinggi, lalu masuk Universitas unggulan. Sampai menjengger rambut supaya dilihat Do’i. Semua amalan itu memang akan bermuara pada niat kita sejak awal. Berbeda jika kita berniat karena Allah. Kita pasti akan mendapat keduanya. Pertama, yang kita inginkan. Dan yang kedua Ridha-Nya. Jadi tak sepantasnya kita melupakan kehadirat yang maha Esa dalam setiap perbuatan kita. Saya sering mempermisalkan bahwa semisal, ada 2 orang berada di Solo, satunya ingin ke klaten, dan satunya ingin ke jogja. Orang yang di klaten. Ya tetap di klaten. Tak bisa melihat atau merasakan kota jogja. Namun mereka yang pergi ke jogja, pasti dia bakal merasakan klaten, karena untuk ke jogja, dia juga akan melewati klaten.

            Jadi pesan saya untuk yang terakhir, saya ambil dari buku “40 pesan nabi untuk setiap muslim” dari Fahrur Mu’is, M.ag dan Muhammad suhadi, Lc. Berbunyi “Alangkah banyaknya amal yang kecil menjadi besar karena niat. Dan, alangkah banyaknya amal yang besar menjadi kecil karena niat

            Mungkin sekian penjabaran singkat dari saya. Mohon maaf jika ada tipo atau hal yang tidak mengenakkan dihati anda.

            Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarokatuh....


0 komentar:

Posting Komentar