softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Sabtu, 31 Desember 2016

Berharganya Waktu




Waktu adalah bagian dari struktur dasar alam semesta, sebuah dimensi di mana peristiwa terjadi secara berurutan. waktu merupakan suatu dimensi di mana terjadi peristiwa yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan, dan juga ukuran durasi kejadian dan interval.



Allah ta'ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
"Demi masa. sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al'ashr).

Waktu mengalir seperti aliran sungai menuju hulu ke hilir. Membuat berbagai peristiwa bersejarah yang sebagian diawetkan dalam catatan dan juga kitab suci. Waktu terus bergerak maju, meninggalkan masa lalu yang semakin hari semakin berlalu. Waktu adalah tempat di mana kita hidup dalam suatu masa. Tak terpikirkah betapa pentingnya hal itu, tetapi kebanyakan orang masih saja menyia-nyiakannya.

            Suatu waktu, tak jarang kita menghadapi sebuah penyesalan. Sampai akhirnya, hal itu menjadi sebuah beban pikiran. Seperti; mengapa saat itu aku tidak mau melakukan itu, andai saja waktu itu aku berbuat dimikian, sungguh bodohnya aku dahulu malah memilih cara seperti ini, jika saja waktu ulangan aku tidak menerapkan sistem ngawur.... dan berbagai macam ungkapan lain yang berbeda tapi intinya sama, ‘menyesal’. Maka dari itu, sebelum kita menemui yang namanya ‘penyesalan’, akan lebih baik jika kita terus mengintropeksi diri untuk berbuat baik. Kalau toh memang dahulu kita pernah melakukan hal buruk. Tak usah terus disesali, tapi renungkanlah dan jadikan itu sebagai sebuah pembelajaran diri.

            Kenapa saat ini orang-orang lebih memilih untuk menyia-nyiakan waktunya. Karena mereka mengira jika masih memiliki waktu yang cukup lama untuk berleha-leha. Padahal sebagian besar orang tau, jika kematian bisa saja datang mencekek urat lehernya. Hasan Al-Bashri pernah berkata "Janganlah lagi engkau katakan 'besok', karena kamu tidak pernah tahu kapan kamu akan kembali kepada Rabbmu".

Kebanyakan tabiat manusia selalu menunda-nunda masalah dan menyegerakan kesenangan. Walhasil, hasilnya adalah pemborosan waktu yang bisa dibilang sangat-sangat mengenaskan. Dewasa ini bisa dilihat rutinitas sebagian besar anak remaja yang lebih memilih mengunci diri dikamar, bermain HP, ngegame, serta aktivitas-aktivitas lain yang tidak berguna, bahkan mereka melakukannya selama berjam-jam. Mencengangkan? Memang. Namun hal itu sekarang menjadi fenomena yang wajar. Kenapa? Karena sudah sering, dan dapat di temukan dimana-mana. (kecuali di tempat-tempat pedalaman yang paling dalam).

            Waktu adalah uang, kata beberapa orang. ‘Otomatis jika waktu adalah uang, berarti kita bisa menukarkan waktu kita dengan uang’ kata salah satu buku yang pernah saya baca. Banyak manusia menganggur dan tidak memanfaatkan waktu luang mereka. Hanya melamun menantikan keajaiban datang menibani kepala mereka. Apa yang di tunggu sekalipun tidak akan datang bila hanya berdiam. Akan lebih baik jika kita bergerak untuk menyambut rizeki yang telah ditentukan.

            Waktu bagaikan pedang. Jika kita salah menggunakannya maka kita akan tertebas oleh pedang itu, namun jika kita pintar menggunakannya, maka akan menjadi senjata yang ampuh dan berguna. Realitas membuktikan masih banyak orang yang salah menggunakan waktu. Disaat seorang memiliki waktu luang, terkadang digunakan untuk malas-malasan. Disaat seorang memiliki waktu yang sempit, yang terjadi adalah seorang itu bingung, stress, meninggalkan pekerjaannya dan akhirnya frustasi. hal Itu berakibat fatal bagi diri sendiri yang masih mendamba menjadi orang sukses.

            Jika masih susah mengontrol waktu, itu menandakan bahwa orang itu masih belum cukup kuat untuk mengontrol diri. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah

  1. selalu mengingat mati
  2. membuat jadwal harian
  3. menaruh segala catatan tentang kegiatan yang akan dilakukan di tempat-tempat yang sering terlihat
  4.      memotivasi diri, sempatkan membaca pelbagai tokoh-tokoh masa lalu yang sangat menghargai waktu. Seperti Imam Syafi’i yang membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur. Ibnu Hajar al-‘Asqalani, yang menulis kitab “Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari” berjumlah 17 jilid, beliau menggunakan waktunya selama 29 tahun untuk menyelesesaikan buku itu. Dan tentunya masih banyak
    lagi.
dan masih banyak cara lain yang bisa anda temukan. Tapi cara di atas adalah yang sering dilakukan kebanyakan orang.

      Beberapa ada yang pernah mengatakan
“kenapa saya sangat susah untuk menjalankannya?”
“kenapa saya selalu saja melenceng dari jadwal yang sudah saya buat”
“kenapa saya merasa sangat malas”


Jika difikirkan, sebenarnya orang yang bertanyapun harusnya sudah memiliki jawabannya. Mungkin belum memiliki keinginan yang kuat, kurang meluruskan niat, atau belum istiqomah. Padahal syarat utama untuk melakukan sesuatu adalah niat. Untuk mendapatkan niat, seseorang harus memiliki keinginan. Setelah dua hal itu di peroleh, hal selanjutnya adalah perbuatan yang di barengi dengan keistiqomahan. Jika masih belum bisa, jangan berfikir untuk menyerah. Jika jadwal yang dulu tidak bisa kita jalankan, maka buatlah jadwal baru yang saat itu mungkin bisa kita lakukan. Buatlah jadwal terus, teruslah renovasi jadwal dengan segala hal yang mungkin agar tubuh kita mentolelir apa yang kita tulis dalam kertas itu. Teruslah lakukan. Ketika kita sudah merasa jenuh, maka buat lagi jadwal yang baru, begitu terus sampai tubuh kita kapok sendiri dan akhirnya akan menuruti keinginan kita. Kuncinya memang ada satu. Yaitu Lawan diri kita.

Cerpen; BUKAN SEKEDAR PENGORBANAN


            Di sudut kota tinggalah seorang anak laki-laki bernama Arya yang hidup bersama ibu dan kakak perempuannya yang bernama Naura. Kakak beradik ini sangat berbeda, mulai dari fisik dan kepandaian. Ibunya sangat bangga dengan anak perempuannya, sudah cantik, pintar bahkan sekolahnya menggunakan beasiswa, ibunya seperti tidak mementingkan anak laki-lakinya yang bodoh dalam hal pelajaran, selalu memaksa untuk bisa menyamai kakaknya, dan tidak memikirkan keahliannya dalam bidang lain, entah karena itu atau karena masa lalu. Arya menduduki kelas satu sekolah menengah pertama, satu sekolah dengan kakanya yang sudah kelas tiga SMP.          
            Ini adalah hari yang cerah, tiada awan yang menghalangi sang surya untuk terbit. Dengan bergegas Arya melompat dari ranjangnya dan bergegas untuk berangkat sekolah, saat ia membuka pintu kamarnya, PLAKK!!!, ibunya menghantamkan sapu lidi ke tangan Arya, ia tersentak kaget dan berteriak.                    “Sudah jam berapa ini! Cepat salat subuh! Kak Naura sudah mau berangkat  kamu malah baru bangun.” Amarah ibunya adalah suatu yang menjengkelkan sekaligus kebahagiaannya karena ia berfikir ibu masih peduli dengannya. dilihatnya jam dinding menunjuk angka enam, lalu dia teringat tadi malam dia tidak bisa tidur karena memikirkan sekolah barunya, dan juga teringat dia belum salat subuh. Setelah selesai bersiap-siap ia berlari menuju halte bus dekat rumah dan sampai sekolah pukul tujuh, ia datang tepat waktu. Aduh!, Arya tertabrak oleh orang yang lari tanpa mempedulikan sekitar. Tapi ada tangan yang menopangnya dari belakang, yang menyelamatkannya untuk tidak terjatuh.
“Makasih ...”
“Adit”        
“Ya, makasih,Dit”
“Sama-sama”. Perkenalan yang singkat lalu Arya dan Adit menjadi teman yang akrab, Adit adalah orang cerdas, lembut, dan baik tentunya.
            Bel pulang sekolah berdering, Arya pulang dengan kakak perempuannya naik bus.
“Kak, aku sudah punya kenalan baru, namanya Adit, dia baik.” Arya memulai bertanya memecah keheningan dalam bus, kakaknya hanya mengangguk.
”Tadi pagi kok nggak nungguin aku?”
“Buru-buru.” Suasana hening kembali sampai mereka turun di halte dekat rumah. Seperti biasanya Arya dan Naura membantu ibunya berjualan empek-empek di pertigaan kompleks, tapi kali ini ia harus berjualan sendiri karena kakaknya ada acara sekolah dan ibunya sibuk menyiapkan pesanan di rumah. Kebosanan mulai hilang saat ada Adit yang baru turun dari mobilnya dan menghampiri Arya. Dilihatnya Adit mengenakan baju taekwondo yang mengingatkannya pada suatu kejadian terlebih pada ayahnya.
“Kamu jualan disini? Ayahku sering beli disini lho, soalnya enak.”
“Iya, kamu ikut taekwondo?”
“Hanya untuk mengisi waktu luang, memang kenapa? Kamu mau ikut?, ayo sama aku, ayahku punya club taekwondo tempatnya di depan perpustakaan kota.”
“Aku ingin ikut, tapi mungkin ibuku tidak mengijinkan, juga aku tidak punya biaya.”
“Kalo gitu, ikut yang hari minggu saja, gratis, bilang sama ibumu, kalau kamu ikut kamu berjanji akan menjaga ibumu.” Ide yang sangat mengagumkan. Lalu Arya menerima tawaran itu.                        
            Malam harinya Arya mempersiapkan mental untuk berbicara pada ibunya. “Bu...,”
“Apa?, kalau uang jajan ibu lagi tidak punya.”
“Bukan bu, aku ingin ikut latihan taekwondo lagi.”Ibu menatap Arya kaget. “Hanya hari minggu, itupun tanpa biaya.”
Kamu itu punya hobi kok berantem.”                                                          
 “Aku lemah pelajaran bu, aku berjanji akan ngebanggain ibu, aku akan ngebahagiain ibu, melindungi ibu sama kak Naura, aku sungguh-sungguh.”
“maka dari itu, contoh kakakmu, berprestasi, itu baru membanggakan. Kalau soal taekwondo itu terserah kamu.” Ibu berlalu dengan meninggalkan kata-kata terakhirnya tanpa memikirkan gagasan dewasa anak seumuran Arya. Dan Arya menyimpulkan bahwa ia diperbolehkan.                                                                                                             *          *          *
             Suasana kelas masih sepi, hanya ada Arya dan Adit, semakin bertambah waktu, semakin bertambah juga volume muridnya, dan datanglah seorang anak yang super nakal dan super jahil namanya Riko.                                                       “ Arya, Riko mau naruh apa itu ke tas Eko ?” Tanpa basa-basi Arya menahan tangan Riko yang membawa botol air mineral berisi pasir yang hendak dituangkan ke tas Eko. “Jangan Rik, kasihan” Riko tidak mempedulikan ucapan Arya, ia malah menuangkannya ke wajah Arya. Tiba-tiba semua rapi termasuk Arya dan Riko karena ada guru. Arya ingin sekali membalas perbuatan Riko, namun ia teringat nasihat ibunya waktu kecil, “Kalau ada orang yang jahat, kita harus sabar, jika bisa balas dengan kebaikan. Karena api hanya bisa dipadamkan dengan air bukan dengan api”.                                                                                    
            Keesokan harinya. “Ibu, aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum...” “Wa’alaikum salam...” Arya berlari menuju halte bus menuju gedung depan perpustakaan kota, hari ini ia mengenakan baju taekwondo miiknya yang sudah usang dengan sabuk hijau-biru. Sampainya di dalam gedung  Adit dan seorang bapak-bapak bersabuk hitam menuju ke arahnya. “Arya ini ayahku, panggil saja sabeum Tomo.” Saling berkenalan dan bercakap-cakap lalu dimulailah latihan. Kali ini latihannya tidak terlalu berat, hanya latihan fisik dan beberapa poomsae. “Kita sudahi latihan hari ini, minggu depan, kita akan latihan fighting, paham anak-anak?” Lalu serentak menjawab ya! “Gamsahamnida!” “Gansahamida!” Lalu tepuk tangan menandakan berakhirnya latihan. Arya pulang setelah berpamitan dengan Adit dan sabeum Tomo.”                                                                                     
Sepulang dari latihan Arya ganti baju dan menuju kamar ibunya.
“I.., ibu kenapa kak?” Arya terkejut melihat ibunya terbaring lemas di ranjang, padahal tadi pagi ibu terlihat baik.
“Ibu sakit, beliin obat sakit kepala di apotik ya,
“Ya!” Arya mengangguk dan bergegas menuju apotek, dilihatnya Riko dan segerombolan anak geng motor di sebrang apotik. Arya cepat-cepat beli obat. Niatnya ingin pulang dan mengabaikan Riko menjadi buyar saat dilihatnya Riko mengangkat kerah anak kecil dan memaksanya memberi uang. Arya lalu lari menghampiri Riko.
“Anak kecil ini punya masalah apa hah?! Dasar pengecut, beraninya sama anak kecil!” Lantas anak itu langsung bersembunyi di balik badan Arya dan lari meninggalkannya saat dua teman Riko memegang tangan Arya. Duak!!!  Tangan Riko menghantam pipi Arya berulang kali hingga hidungnya mengeluarkan darah. Tak lama seorang satpam apotik melihat dan mengusir Riko dan gerombolannya
            Sampai dirumah kak Naura dan ibu terkejut melihat Arya  babak belur dan pakaiannya terdapat bercak darah.
“Kamu habis ngapain Ya?, jangan mentang-mentang jago bela diri sekarang kamu jadi berandal!, mana obat ibu?” Arya mengeluarkan obat ibunya dari saku celana.
”Tadi aku dikeroyok Riko sama gerombolannya kak, padahal aku mau tolongin-.” “makannya jangan suka cari masalah!” Ibu menatap Arya dengan tatapan penuh kecewa. Tenang bu, aku pasti akan ngebanggain ibu. Batin Arya.                                                                                                                          
***
            Hari demi hari keadaan ibu mulai membaik, Arya dan kakaknya juga semakin rajin membantu ibu berjualan empek-empek.
“Ibu, kakak, aku berangkat latihan dulu ya...!” Arya mencium tangan ibunya lalu segera pergi menuju gedung depan perpustakaan kota.
“Baik anak-anak, hari ini kita fighting, Arya, Syafiq, ayo maju!” Arya kaget saat namanya dipanggil ditambah suara ciri khas sabeum Tomo yang menggelegar. Priiit!!! Refleks Arya langsung menendang lawannya dan menangkis setiap tendangan yang mengarah ke arahnya, sepertinya bakat sekaligus hobinnya belum hilang. Arya pun menang. Lalu ia di tandingkan lagi, tandingannya adalah orang bersabuk merah, ia sempat menolak namun Adit menghampirinya dan berkata “Jangan lihat sabuknya, percaya pada kemampuanmu, jangan takut!” kata-kata yang mengingatan pada perkataan ayahnya yang sama persis waktu menyemangatinya. Dengan percaya diri Arya maju, tapi tendangan lawannya lebih cepat dari tangkisannya, tendangan itu mengenai kepalanya, Arya menjadi geram, lalu ia menendang kepalanya tiga kali tanpa ampun. Alhasil Arya memenangkan pertandingan lagi.
            “Ya, Arya, jangan pulang dulu, sabeum Tomo mau ngomong!” Arya berlari menuju Adit dan sabeum Tomo.
“Tadi sangat luar biasa Arya, kamu pernah ada pengalaman bela diri?”
 “Iya, beum,  dulu waktu masuk SD saya pernah ikut takwondo di kecamatan sampai sabuk hijau-biru.tapi saya berhenti sampai kelas lima SD.”
 “Ooh, begini, kalau Arya saya ikutkan turnamen tahun depan di Singapura mau?”
 “Ya, saya sangat ingin, tapi saya tidak ada biaya,Adit ikut juga?”                   
“Aku punya asma, kalau terlalu capek nanti kumat paling-paling aku hanya ikut lihat.”                                                                                                                   “Kalau masalah biaya gampang, untuk Arya gratis, yang penting Arya mau sungguh-sungguh,untuk gantinya kamu bawain empek-empek gratis saja. Gimana?” “Ya, sabeum, saya mau, terima kasih banyak.”
***
            Dua semester telah dilalui Arya, dia akan menduduki kelas dua SMP. Hari ini adalah pembagian nilai rapot, banyak nilai rapot Arya yang kurang memuaskan, kakaknya justru sebaliknya, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan SMA ke sekolah terfavorit di kota. Ibunya sangat bangga kepada anak perempuannya, ia memujinya berulang kali, sementara Arya hanya bisa memutar teguran yang diberikan ibu padanya. Tapi, Arya masih bisa tersenyum karna ibunya masih mempedulikannya.
            Keesokan harinya. Saat Arya hendak naik tangga menuju kelas atas dia terhenti karena seperti ada suara minta tolong. Di bawah tangga tepatnya di gudang Arya melihat Riko sedang menyiksa Eko dengan menenggelamkan kepala Eko ke ember berisi air. “Aku cuma punya uang lima ribu Rik”
“Bohong, rasain nih!” sebelum melakukan aksinya Arya sudah terlebih dahulu menahan tangan Riko.
“lepasin dia Rik!” Akhirnya Eko terlepas dari cengkraman Riko,karena perhatiannya menjadi ke Arya.
“Nggak usah ikut campur deh Ya, mau jadi pahlawan?, berantem aja nggak bisa, lemah, nilai ulangannya jelek-jelek lagi, mau jadi apa hah?!”
“Mending nilainya jelek tapi jujur dan hasil sendiri, daripada bagus tapi hasil contekan! Kamu jadi anak nakal nanti mau jadi apa? Penjahat?” tangan Riko yang tiba-tiba melesat dapat ditangkis Arya karena kali ini dia memang sudah kehabisan kesabaran karena Riko sudah merendahkan dirinya. Baku hantam diantara mereka pun terjadi, untungnya belum parah, karena guru BK sudah mengamankan keduanya. Dan mengancam akan memanggil orangtua ke sekolah.
Sepulang sekolah Arya dan Adit berniat untuk pergi ke taman kota, di tengah perjalanan dilihatnya Riko sedang dikeroyok segerombolan anak-anak SMP lain. Majulah Arya untuk melindungi Riko. Riko terkagum melihat orang-orang yang mengeroyoknya dihabisi dalam sekejap dengan orang yang dianggapnya lemah. “Terimakasih, ya Ya, maafin aku.”
“Makannya jangan suka cari masalah, aku maafin kalau kamu baik sama semua orang termasuk Eko.”    Arya dan Adit melanjutkan perjalanannya dan duduk di bangku taman.
“Adit, aku dikeluargaku itu seperti angin, ada atau tidak ada aku dianggapnya tidak ada, kehadiranku itu nggak penting, ibu hanya mementingkan kakakku yang pintar, tapi tidak melihat kemampuanku dalam bidang lain ibuku tidak pernah mendukungku, padahal aku selalu berusaha membahagiakan ibu, entah karena aku bodoh atau karena masa laluku, tapi aku sudah berjanji di depan makam ayahku, aku akan membahagiakan ibu.”
 “Tenang, aku akan mendukungmu agar bisa ngebahagiain ibumu, maksudnya masa lalu itu...,?”
 “Itu tentang ayahku, dia adalah ayah terbaik, yang menjadi sahabat, penyemangat dan menjadi bagian dari diriku, tapi dia telah tiada, dan itu karena aku,dia kecelakaan, pada saat hujan badai, dia berusaha mengantarku untuk ikut turnamen waktu kelas lima SD, lalu tiba-tiba ada bus yang menabrak ayahku dari depan, dia mengalami pendarahan di otak dan terlambat untuk di selamatkan, sementra aku hanya memar, mungkin karena kejadian itu kasih sayang ibuku kepadaku mulai memudar, karena dia kehilangan suaminya, aku pun kehilangan sebagian dari hidupku. Saat itu juga aku berhenti lathan.  Arya menghela napas panjang. Hening.                                                                                                                       “Ya, itu bukan salahmu, itu takdir Yang Maha Kuasa. Sekarang kamu harus buktikan jati dirimu pada ibumu, jangan sampai pengorbananmu dan ayahmu terbuang percuma, buktikan bahwa kau bukan sekedar berkorban tapi berjuang untuk membahagiakan orang yang kau sayangi, dan menemukan jati dirimu!, menangkan turnamen di Singapura, dan tunjukanlah pada ibumu semua pengorbananmu!”
“Kau sangat bijaksana, aku akan berjanji akan memenangkan turnamen itu.” Sepulangnya Arya bicara baik-baik di depan ibu untuk meminta doa dan dukungan agar menang di turnamen tapi, bukannya dapat restu ibu, tapi semprotan amarah dari ibunyalah yang ia dapatkan. “Kamu ini, udah nilai rapotnya jelek, kamu tahu nggak, ibu dipanggil ke sekolahmu karena kamu berantem di sekolah, belum cukup apa kamu buat ibu malu, sekarang malah mau ke Singapura!.” Arya lari keluar rumah sebelum amarahnya meledak pada ibunya. Ia berlari menuju makam ayahnya. Suasana lenggang, hanya ada tangis Arya.
“Maaf ayah, kali ini Arya harus menangis, tapi bukan karena Arya lemah, Arya hanya tidak mau menyakiti ibu. Ayah aku akan turnamen di Singapura, tolong beri aku restu, aku berjanji akan menang, aku akan membahagiakan ibu, sesuai janjiku pada ayah.” Bunga kamboja yang tertiup angin malam membawanya pada tangan Arya. Lalu Arya melihat bulan yang seolah-olah tersenyum padanya, ia bisa merasakan ada ayahnya yang memberi semangat.
“Ayo, majulah nak, ayah akan selalu bersamamu, kau adalah anak yang hebat!.” Kata-kata ayahnya saat ia pertama kali ikut turnamen waktu kecil masih teringat jelas dipikiran Arya. Lalu ia mencium batu nisan ayahnya dan segera pulang.                                                                                              *              *              *
Esoknya Arya berkemas-kemas, mencium tangan ibunya, ia memandang dengan penuh keyakinan, ibunya hanya mengelus kepalanya. Semangat Arya semakin berkobar. Ia menaiki taksi menuju bandara, disana sudah dilihatnya sabeum Tomo, Adit,  kak Fikri, dan dua orang dari club lain yaitu kak Tian dan kak Dika, mereka ikut bersama sabeum Tomo yang akan mewakili Indonesia. Mereka saling tos dan bersenda gurau.
“Bagaimana restumu?”
“Aku sudah mendapatkannya dari ayahku, Dit.” Panggilan jadwal lepas landas sudah diumumkan, mereka check-in dan langsung menaiki pesawat yang akan membawa mereka. Ini adalah kali pertama Arya naik pesawat, ia grogi, cemas, senang, takut, semua bercampur aduk di pikirannya. Pesawat pun melesat, membelah langit. Arya takjub melihat dunia dari langit, bibirnya tak henti-henti mengucap kalimat syukur dan pujian pada Sang Pencipta.
Arya bangun dari tidurnya waktu pesawat landing di bandara Changi Singapura. Sabeum Tomo dan gerombolannya turun lalu menaiki bis menuju hotel tempat mereka bermalam. Esoknya, mereka menuju tempat turnamen di salah satu gedung di pusat kota Singapura. Hari yang ditunggu-tunggu oleh Arya, yang akan menunjukkan jati dirinya, yang akan membuktikan sebuah janji yang ia genggam. Di dalam gedung sudah ada atlet-atlet yang kebanyakan berwajah melayu. Tapi tidak terlalu banyak, karena ini hanya perlombaan persahabatan, dan hanya ada perwakilan maksimal empat setiap negara dan hanya diikuti beberapa negara ASEAN. Daak!!! Seseorang menabrak Arya dari samping, entah apa yang dia mau, tapi bukannya minta maaf dia malah membentak dengan bahasa asing, Adit menepuk pundak Arya dan memberi isyarat untuk mengikuti sabeum Tomo. “Di sini bukan main-main, lawan kalian bukan dari negeri sendiri, keluarkan semua kekuatan kalian, banggakanlah Indonesia, banggakanlah orang tua kalian. Kuncinya adalah, jangan takut!” dorongan seorang pelatih yang membuat semangat murid-muridnya berkobar, termasuk Arya. Sembari menunggu dimulainya lomba mereka latihan menendang target dan melatih tangkisan. Perlombaan pun dimulai. Setiap anak akan mendapat satu grup sesuai berat badan; 40, 45 dan 50 dan diambil masing-masing tiga juara. Arya masuk ke dalam grup under  40, kak Fikri dan kak Tian under 45, sedangkan kak Dika under 50. Setelah membagi grup ,Bunyi terompet panjang menandakan di mulainya turnamen.  Pertandingan dimulai dari grup dengan berat paling kecil, di layar gedung ditampilkan layar besar yang menunjukan urutan nama pemain. Arya melihat dirinya urutan terakhir, urutan keenam melawan orang Malaysia. Satu persatu pemain gugur dan ada pula yang menang. Lalu tibalah saat nama Arya dipanggil. Sorakan dari teman-temannya membuat Arya semakin percaya diri. Arya dan lawannya berhadapan di atas arena, mereka menundukan kepala sebagai tanda hormat lalu memakai pelindung kepala. Priiittt!!! Arya terus menendang lawanya tanpa ampun sampai poin penuh. Dan Arya menang telak. Dia masuk ke babak perempat final. Setelah penyisihan semua grup. Hanya Arya dan kak Fikri yang lolos. Kak Tian dan kak Dika tereliminasi. Pada babak perempat final Arya akan melawan orang Thailand. Dimulailah pertarungan itu, Arya sempat tidak fokus karena lawannya memiliki warna iris mata yang berbeda. Tiga poin telah di dapatkan lawannya.
“Arya, fokus, ingat janjimu!!!” Teriak Adit. Arya lalu menendang kepala dan perut lawannya sekuat tenaga, dan satu poin lagi Arya bisa menang. Drrakkk!!! Lutut kaki kiri Arya menghantam keras siku lawannya, sampai-sampai Arya kesulitan untuk bangun lalu sabeum Tomo dan Adit menghampiri Arya dengan membawa kotak obat. Lutut Arya di semprot obat anti nyeri, lalu Arya berdiri dan pertandingan dilanjutkan. Lalu dihabisinya lawan Arya dan Arya unggul Tiga poin lebih. Dengan nafas terengah-engah dan senyum yang samar Arya melihat layar yang bertuliskan Arya winner!!! Sabeum Tomo dan teman-teman Arya berlari dan memeluk Arya. Pertandingan semi final dan final akan dilanjuttkan esok hari. Sabeum Tomo dan gerombolannya kembali ke hotel.  Hari ini ada dua murid sabeum Tomo yang akan melanjutkan pertandingan semifinal besok. Yaitu Arya dan kak Fikri. Mereka berlatih keras di hotel. Tidak lupa keduanya juga lebih rajin beribadah dan berdoa meminta kelancaran dan kekuatan.
Hari yang mendebarkan itu datang, sabeum Tomo beserta murid-muridnya segera pergi ke gedung final turnamen. Lalu sabeum menggarahkan Arya dan kak Fikri taktik jitu dan kelemahan musuh yang akan dihadapinya. Arya akan melawan orang dari Kamboja, bertarung untuk memperebutkan final yang akan melawan orang dari Singapura. Tak lama setelah di tiupnya terompet nama Arya dan lawannya dianggil. Priittt!!! Mereka sama-sama kuat, lalu Arya menendang tepat di wajah lawanya , orang Kamboja itu mengambil tendangan belakang dan menjegal kaki Arya, Arya terjatunh dengan punggungnya yang menghantam dahulu. Orang itu lalu mengunci tubuh Arya dan meninju wajah Arya. Pertandinganpun di hentikan, lawan Arya di diskualifikasi karena menggunakan tangan untuk menyerang. Alhasil Arya  maju ke babak final. Sabeum Tomo dan murid-muridnya membopong Arya turun dari arena dan mengobati pipi Arya yang lembam. Arya merasakan sakit yang luar biasa di punggung dan wajah.
”Arya, sepertinya kamu menyerah saja, kondisi kamu tidak memungkinkan untuk melajutkan ke final.” Saran sabeum Tomo.
“Menyerah?” jawab Arya dengan lirih, ia tak pernah mengunakan kosa kata itu dalam kehidupannya. “Saya tidak akan berhenti disini, apapun kondisiku, kalau misalkan saya mati di arena itu lebih baik daripada menyerah untuk menghadapi.
Sabeum Tomo tahu kesungguhan Arya dan tidak bisa mencegah keteguhannya.
“Ayo, Arya, buktikan!, anggaplah  semua kesakitanmu adalah syarat untuk membahagiakan ibumu, jangan pernah takut!” Adit menyemangati sahabatnya, dan Arya membalasnya dengan anggukan pasti, lalu Arya bangkit dan menendang target yang disiapkan Adit setinggi kepala, rasa sakit di tubuhnya mendadak menjadi semangat yang berkobar. Sayangya kak Fikri kalah dalam perempat final. Dan satu-satunya harapan adalah Arya. dilihatnya layar menamplkan nama Arya dan lawanya ; Xiau Lee dari Singapura. Kedua pemain itu berhadapan. Arya terkejut, ternyata lawanya  adalah orang yang menabraknya waktu itu, dan sabuknya tingkat merah. Tapi Arya tetap tidak takut. Pertandinganpun dimulai, keduanya saling menendang dan tangkis menangkis. Xiaou Lee menendang tepat pada hidung Arya, darah hidung Arya bercucuran, dilihatnya Xiaou Lee mengejek dengan jempolnya diarahkan ke bawah. Sabeum Tomo dan Adit menghampirinya dan berhenti karena tangan Arya menandakan jangan mendekat. Kini amarah Arya sudah meluap. Yaaa!!! Arya berteriak dan menendang kepala dan wajah lawanya berkali-kali, tangkisan lawannya pun bisa di tembusnya. Lalu layar menunjukkan namanya sebagai pemenang. Kepala Arya mendadak pusing dan jatuh tak sadarkan diri. Arya membuka matanya, ia melihat Adit ada di depannya.
“Bangun, Ya, majulah ke podium, raihlah hasil pengorbananmu.” Arya berlari ke podium setelah namanya dipanggil, didapatkannya mendali,  piala, dan uang tunai 100 juta. Tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi gedung. Xiaou Lee menghampiri Arya lalu menepuk pundaknya. “Congratulation!” “Thanks.” Arya membalasnya lalu tersenyum.
Malamnya club sabeum Tomo pulang ke Indonesia setelah check-out hotel. Sesampainya di Indonesia Sabeum Tomo, dan Adit diajak Arya untuk memberi Ibu hadiah. “Sabeum, tolong bantu saya membuat persyaratanya.”  setelah mendapatkan paspor untuk Ibu, mereka menuju rumah Arya. Di depan rumah, Arya menulis secarik surat yang akan diberikan ke Ibunya. “Sabeum, ini saya ingin memberi sumbangan untuk club kita.” Sabeum menepuk pundak Arya lalu berterima kasih. Arya melarangnya untuk pulang sebelum menemui Ibunya. “Lepasin Ibu sama kakak saya!, maling pengecut! Aaarrgghhh!.” Sabeum Tomo dan Adit tersentak kaget  mendengar teriakan Arya, saat ingin masuk, dua orang asing keluar dari rumah Arya, sabeum Tomo sudah memegang salah satunya, tapi terlepas karena kulit tanganya dilukai pisau. Dilihatnya Ibu dan kakak Arya di sekap dan Arya terjatuh dengan luka di perunya, luka tusukan pisau. Adit melepas tali yang melilit di tubuh Ibu dan kakak Arya. Cepat-cepat  Sabeum Tomo, Adit dengan membawa tas Arya dan keluarga Arya membawa Arya ke rumah sakit. Dalam ruang tunggu UGD, hanya ada tangis keluarga Arya. sepi. Karena memang sudah tengah malam, hanya ada perawat dan penjaga malam. Adit memberikan hadiah yang ingin diberikan Arya pada ibunya, secarik surat, dan sejumlah uang. “Bu, inilah hasil jerih payah Arya demi membahagiakan ibunya.” Ibu Arya kaget, anak yang selalu dianggapnya bodoh memberikan paspor haji plus. Di bukalah lipatan kertas itu, lalu dibacanya ;                                                                                                                                                                                                                                  
Untuk ibuku tersayang,                                                                                               Ibu kenapa ibu nggak terlalu sayang sama Arya, selalu kakak yang disayang, Arya pengen ibu adil sama kedua anak ibu. Apa gara-gara Arya nakal, Arya bodoh, atau karena meninggalnya ayah?, Arya berantem karena pengen ngebela orang yang teraniyaya bu, maaf kalau Arya udah buat ibu malu, marah, sedih. Arya hanya pengen buat ibu bahagia dengan cara Arya sendiri, soalnya Arya udah janji sama ayah untuk bahagiain ibu. Sekarang Arya udah bisa nge hajiin ibu, moga ibu senang, ibu harus tau, Arya sayang ayah, Arya juga sayang ibu.                                                                                                                                                                                                        Dari Arya, anak ibu paling nakal :]
            Tangis ibu semakin pecah setelah membaca surat Arya, kak Naura lalu memeluk ibu. Setelah menungu tiga jam, doktor yang menangani  Arya keluar dari ruang operasi, dan mendatangi keluarga Arya. “Anak ibu tidak kenapa-kenapa, robekan pada perut anak ibu sudah di jahit, tusukan pada perutnya tidak menembus organ dalam. Ibu istirahat saja, kemungkinan besok anak ibu bisa pulih.”  Wajah ibu penuh kebahagiaan, berulang kali mengucap syukur. Keesokan harinya doktor memberikan ijin kepada keluarga Arya, sabeum Tomo dan Adit untuk masuk. Di dalam ruangan Arya menyambut mereka dengan senyum lugu, seperti tidak ada beban sakit yang dirasanya.  Ibu Arya langsung memeluk anaknya itu. “Lebih baik aku sakit saja bu, agar selalu bisa di peluk ibu, Arya pengen ibu perhatiin Arya.”  Pelukan ibu semakin kuat. “Ibu sayang banget sama Arya, maafin ibu ya, ibu selalu bikin Arya sedih. Ibu bangga sama kamu nak, terima kasih hadiahnya, anakku .”  Suasana menjadi seperti drama kesedihan. Arya yang selalu kuat, sekarang menangis,tapi bukan tangisan kelemahan, tapi tangisan kasih sayang.
***
            Semakin bertambahnya waktu, situasi mulai membaik, kasih sayang ibu yang selalu diimpikan Arya telah didapatnya. Lima tahun berlalu, sekarang Arya menjadi guru taekwondo di club sabeum Tomo, dan kuliah dengan mengambil jurusan ekonomi. Dia juga sudah memulai usaha empek-empek buatan ibunya. Sedangkan kakak Arya sekarang sudah menjadi doktor spesialis anak. Ibu Arya bersyukur, kedua anaknya sukses, ibunya tahu , mereka butuh dukungan, dan kasih sayang.
 Hari ini adalah hari keberangkatan ibu ke tanah suci.
“Ibu, keberangkatannya kurang dua jam lagi, ayo, aku sama kakak sudah siap.”
“Iyaa, ini ibu juga sudah siap fisik maupun rohani.” Sesampainya di bandara.
”Ibu jaga kesehatan ya.” Ibunya memeluk Arya
“Arya, ibu bangga sama kamu nak, terima kasih.” Kak Naura pun memeluk ibu. Ibunya melambaikan tangan pada kedua anaknya, dan dibalas lambaian juga.
“Jangan lupa doakan ayah bu!” Teriak Arya .
“Pasti!” dengan mengajukan jempol. Tiada kebahagiaan yang Arya rasakan  selain ini. Akhirnya dia bisa membuktikan janjinya pada ayahnya. Dan menemukan jati dirinya.                                                                                                                                                             *          *          *
            Semua orang memiliki impian, semua orang memiliki harapan dan angan-angan, semua orang berhak memiliki kebebasan dalam meraih tujuan. Dalam meraih impian seseorang akan mengalami proses, jungkir balik keadaan, dan sekali-kali akan jatuh dalam kegagalan. Karena kehidupan seberti roda yang berputar, kadang berada pada titik paling atas atau puncak kebahagiaan dan kesuksesan, namun ada kalanya kita berada pada titik terbawah yaitu masa kegagalan, keputus asaan, kekecewaan, dan penyesalan, dan saat berada titik terbawah itu seseorang memerlukan semangat, bimbingan, dan dukungan dari orang-orang sekitar, terutama orang tua dan tentu saja dengan kegigihannya untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Seberapa besar hasil ditentukan dari seberapa besar usaha yang dilakukan. Dan kehendak dari Yang Maha Kuasa.

TAMAT


Glosarium :  
Poomsae : Tekhnik / jurus-jurus dalam taekwondo  
Sabeum : Pak/Guru                                                                                                
Gansahamnida : Terima kasih                                                                                    
Under : Dibawah
                                                     
Fathimatuz zahro, IX B. SMPIT AI
Jepara, 18.09.2016

Rabu, 28 Desember 2016

Kumpulan cerpen; Ci(n)ta - ci(n)ta





Adakalanya cinta datang menjenguk sebongkah hati yang kosong. Mengisi ruangan-ruangan hampa, dengan segala macam keindahan yang sudah pernah terbayangkan sebelumnya. Cinta hanyalah sebuah benda abstrak, tetapi bisa dirasakannya dalam situasi dan kondisi tertentu. Cinta dapat mendongkrak segala macam bentuk kegalauan, membuat seorang yang tidak memiliki tujuan menjadi memiliki tujuan, menjadikan sang pemiliknya bahagia walau pun sedang sengsara. Cinta dapat menumbuhkan bunga-bunga sosial. Cinta bisa membuat seorang bisa berpikir lebih dewasa. Cinta selalu didambakan setiap orang akan kedatangannya. Namun cinta, cinta..... apa itu cinta? Apakah benar seperti itu adanya?

“hati-hati menjaga hati, taruhlah hati dengan hati-hati, pilihlah hati sesui kata hati, dan ingatlah selalu pemilik hati diatas rasa sukamu kepada hati-hati yang lain” kata seorang kakek tua berambut pank. Rupanya kakek itu adalah seorang mantan pank yang sudah bertaubat.

Anak yang sedang jatuh hati itu mengangguk paham. Dia tahu bahwa belum saatnya hati untuk meluapkan rasa kepada seorang di seberang sana. Mulutnya lebih memilih bungkam, dari berbagai perasaan yang bisa saja terlontar keluar dari dalam kerongkongannya.

“itu mungkin pilihan yang paling baik” gumamnya dalam hati.

Beberapa hari berlalu. Serasa ada suatu hal yang amat sangat menekan dalam relung hati yang paling dalam. rasa itu bagaikan panah yang hampir terlepas dari busur, jika lama tidak ditembakkan, bisa membuat tangan terasa keju. Begitulah yang dia rasakan. Hatinya keju, pikirannya kalut, segala aktivitasnya diisi dengan bayangan orang yang disukainya. Sangat mengganggu, bagi orang awam yang baru merasakan gejolak cinta selama hidupnya.

“ada apa denganku....” kini rasa itu semakin tidak bisa tahan. Saat itulah dia bertekad untuk mengungkapkan segala isi hati kepada si Dia. Tapi, apalah arti indahnya sebuah mawar, jika takut untuk mengambilnya disebabkan duri yang ada di tangkainya.

“kenapa aku sangat takut!” kini nyalinya menciut. Padahal orang yang di nanti sudah berada di sebuah bangku kosong di siang bolong. Kakinya gemetar tak berani lagi mendekat. Seakan ada sekat yang memisahkan antara dirinya dan seorang yang ada di sebelah sana.

“bukannya kamu memendam rasa padanya” sesekali dirinya menyemangati diri. Namun apa daya jika keringat dingin masih saja mengalir, terukir turun menghiasi ketiak yang mulai basah, menimbulkan bau tak sedap dikarenakan pagi tadi dia lupa untuk sabunan.

“dengan bau badan ini, tak mungkin aku berani untuk mendekatinya” kini dia lebih memilih untuk mengurungkan niat. Entah kenapa perasaan lega mulai merayap menetralkan degup jantung yang semenjak tadi bergejolak dengan brutal.

            Sebulan setelah dirinya jatuh hati kepada seorang perempuan, kini tanpa di duga sang perempuan sudah jadian dengan laki-laki yang lain. Setelah memastikan bahwa info itu benar, matanya mulai berkaca dan timbulah rasa penyesalan yang amat mendalam. Pilu dan amarah bercampur aduk. Hatinya terguncang bagai gempa yang meluluh lantakkan bangunan perasaan yang selama sebulan ini telah dia bangun dengan sangat kokoh.

            Batinnya menjerit, dadaya terasa sesak, seluruh tubuhnya menggigil ketika melihat si Dia sedang makan bareng bersama pasangannya di warteg terdekat. Dia tak tahan melihat orang lain merenggut pujaan hatinya. Namun semua sudah terlanjur terjadi, kini dia menyalahkan diri disebabkan dulu tidak berani mengungkapkan isi hati. Lalu dia menangis. Merasa frustasi dengan segala hal yang sudah terukir. Sekarang dia lebih memilih untuk mengurung diri dalam kamar, menunggu hatinya pulih dari derita yang telah membuatnya menderita.

            Cinta itu indah, jika sudah dimiliki. Cinta itu sakit, jika terlepas dari diri. Cinta itu untuk pemuas diri, bagi orang yang tidak tahu diri. Cinta itu tak kekal, karena suatu hari, kita pun juga akan berpisah dengannya. Namun, jarang seorang mencari cinta yang kekal. Jika berdalih sudah menemui, mengapa masih belum sadar dengan panggilan dari-Nya setiap lima kali dalam sehari. Kalau toh datang ke tempat-Nya, kebanyakan datang tepat waktu masbuk atau disaat panggilan terakhir.

“sudah dua hari semenjak Gading bolos sekolah. Apa sekarang dia masih galau gara-gara si Doi di embat sama orang yang paling populer se-saentro sekolah kita?” kata salah seorang teman gading yang sedang berdiskusi perihal Gading.

“mungkin saja. Tapi menurut pendapat saya, jika di sepadankan dengan laki-laki itu, si gading memang kalah telak” sahut salah seorang lagi temannya, memberikan sebuah kesimpulan yang begitu mak jleb.

“ada-ada saja si Gading ini, secinta apa sih dia sampai nggak masuk sekolah selama dua hari. Gara-gara itu, aku nggak bisa dapat hutangan lagi” Sujuki terlihat amat kesal karena tidak bisa jajan.

            Di rumah orang tuanya Gading. Orang tua gading merajuk karena sudah empat hari si Gading mengurung diri dalam kamar. Dia keluar kamar hanya untuk mengambil makan, lalu masuk lagi dalam kamar sampai batas waktu makan berikutnya. Kepala sekolah sudah berkali-kali menelpon bapaknya Gading, menanyakan alasan anaknya tidak masuk sekolah beberapa hari ini. Dan kini kesabaran sang ibu sudah tidak bisa di bendung. Pintu yang memisahkan antara kamar Gading dan dunia luar di tendang sekencang-kencangnya oleh sang ibu. Menimbulkan suara keras yang membuat pintu itu jebol untuk selama pintu itu belum di perbaiki. Gading saat itu sedang tergeletak tak berdaya di lantai. Matanya memerah karena masih meratapi keperihan hati yang selama ini dia rasakan.

“NGAPAIN KAMU NGGAK SEKOLAH HAH!!!” bentak sang ibu, menumpahkan segala emosi yang ada, disebabkan rasa sayang yang masih ada, yang ada pada hatinya yang sudah ada. “jika kamu malas sekolah, waktu besar kamu mau jadi apa!”  tambah beliau. Badan Gading di seret sampai kamar mandi, badannya disiram beberapa kali agar dia mau berangkat ke sekolah lagi.

            Setelah di kebiri beberapa saat, Gading pun akhirnya mau berangkat ke sekolah. Dengan muka memelas, kakinya dengan sangat berat melangkah menuju sekolah. Satu jam kemudian, akhirnya dirinya sampai juga di sekolah dengan telat. Ketika memasuki pintu kelas, teman-temannya beserta guru sangat kaget melihat Gading yang terlihat seperti mayat berjalan.

“Masya Allah Gading... saya kira kamu sudah mati kemarin” kata sang guru. Seketika seisi kelas terpaksa tertawa. Karena jika tidak tertawa, mereka akan mendapati nilai rapor mereka berisi nilai nol besar.

“ayo cepat duduk di mejamu! Jika tidak, celanamu bisa bolong” sang guru kembali melucu. Membuat para murid kembali tertawa dengan nelangsa. Gading pun duduk di mejanya. Tidak dibangku, karena saat ini bangkunya sedang digunakan untuk menyangga papan tulis. Alhasil dirinya duduk di meja, hal ini sama sekali tidak di pedulikan oleh sang guru, disebabkan sang guru sangat membutuhkan kursi itu.

            Melihat Gading yang masih bermuram durja, membuat teman sebelahnya, Sujuki tergerak hatinya.

“Hei Ding. Apa kamu belum bisa melupakan si Dia yang telah di embat si Dia?” Sujuki bertanya dengan perasaan kasihan.

Gading hanya menggeleng tak berdaya. Sambil mulutnya komat-kamit, bukannya berdzikir, tetapi malah menyebut nama  si Doi.

“galau terus begini tidak baik untuk kesehatan jiwa lho Ding. Jika kamu gila, nanti aku nggak punya tempat untuk ngutang lagi. Jadi kamu harus segera move on dan melupakannya”

“tapi aku sangat mencintainya” katanya dengan perasaan yang amat dalam

“ayolah, masih banyak perempuan yang lebih baik”

“tapi Dia sudah lebih baik”

“makanya, cari yang lebih baik. Kamunya yang tidak mau mencari, sehingga kamu beranggapan jika dia masih yang terbaik, padahal masih banyak perempuan lain yang baik”

“tapi rasaku padanya bagai lem alteko, sangat rekat dan sulit untuk di lepas”

“tapi apalah dikata jika dia sudah ada yang punya. Dalam masalah cinta tak kekal, menang kalah itu biasa, maka dari itu lupakan sajalah dia”

“Tidak bisa!!!” Gading menjerit. Membuat seisi kelas tergerak untuk memandangnya. Karena merasa diperhatikan oleh banyak orang, Gading akhirnya memilih untuk keluar dari kelas. Mencari tempat yang sepi, untuk menjauhi segala keramaian yang semakin memperkeruh pemikirannya.

“Gading! Mau pergi kemana kamu! Kamu lupa untuk membawa sabun” kata Pak guru. Seisi kelas kembali diisi dengan gelak tawa. Gelak tawa beneran. Bukan disebabkan ucapan sang guru, namun mereka tertawa gara-gara Gading terbentur pintu kelas. Yah, dia lupa untuk membuka pintu itu. Dan langsung saja dengan kecepatan tinggi menabrak pintu itu. Pikiran itu membuatnya begitu, sampai dirinya tidak berpikir sebelum keluar untuk membuka pintu terlebih dulu.

Gading sudah tersadar dari ketidak sadaran. Kepalanya masih terasa sakit. Tangannya ia gunakan untuk mengurut keningnya yang benjol. Sebotol isotonik telah tersedia di meja dekat kasurnya berada. Matanya berputar-putar menerawang ruangan yang sekarang sedang di tempatinya.

“UKS....” kini Gading masih terbaring. Badannya tak kuat hanya untuk sekedar duduk. Jadi dia memilih untuk tetap terbaring di kasur. Bau iler para murid terdahulu masih tercium pada bantal yang saat ini dia gunakan. Namun masa bodoh memikirkan hal itu disaat sekarang ia sangat membutuhkan bantal tersebut.

            Bel pulang sekolah berbunyi. Gading masih berada disana, terbaring dengan lamunan yang tercipta dari imajinasinya. Dahinya sudah diberi semacam balsem, sehingga tinggal menunggu beberapa waktu sampai benjolan itu mengempis. Gading kebelet pipis. Dengan tenaga yang tersisa, badannya digerakkan menuju kamar mandi yang tidak jauh dari ruangan uks. Setelah selesai melakukan hal yang harus dilakukan, kini saatnya Gading kembali pulang dengan perasaan murung, sama seperti ketika dia datang ke sekolah.

“kan sudah embah bilangin Ding agar hati-hati menjaga hati” sahut salah seorang tua yang membuat Gading menghentikan langkahnya menuju rumah.

Wajahnya ditolehkan ke arah kanan. Dilihatnya seorang kakek berambut pank,

“Simbah” kata gading dengan lirih. Simbah itu mengisyaratkan agar gading mendekat untuk duduk bersamanya.

“ayo kemarilah” lekas Gading ikut duduk bersama dengan simbah itu.

            Beberapa jam berlalu sambil simbah itu terus memberikan wejangan kepada anak muda itu. Wajahnya yang semula tertunduk lama-kelamaan terangkat. Hatinya yang durja perlahan-lahan baikan. Segala rasa yang selama ini membelenggu seperti rantai kemudian terlepas dari setiap sendi lahiriahnya. Kepercayaan diri mulai muncul dengan cahaya yang mulai bersinar dari dalam mata Gading. Kata-kata dari si simbah rupanya membuat Gading akhirnya tau akan hakikat cinta yang sebenarnya.

Mawar itu merah, violet itu biru. Kecintaan adalah sebuah unsur yang melebihi rasa suka sekalipun. dawai yang bergetar lama kelamaan akan terhenti. Suatu yang berawal pasti akan memiliki akhir. Namun, cinta haruslah tertuju pada suatu maksud yang abadi. Oleh karena itu, hendaknya tidak mencintai hati lain melebihi dari sang pemilik hati.

“mungkin kamu bisa mengerti maksud saya ini” sahut simbah, mengakhiri perbincangannya.

28 Desember 2016

M         H          A