Di sudut kota tinggalah seorang anak laki-laki bernama Arya
yang hidup bersama ibu dan kakak perempuannya yang bernama Naura. Kakak beradik
ini sangat berbeda, mulai dari fisik dan kepandaian. Ibunya sangat bangga
dengan anak perempuannya, sudah cantik, pintar bahkan sekolahnya menggunakan
beasiswa, ibunya seperti tidak mementingkan anak laki-lakinya yang bodoh dalam
hal pelajaran, selalu memaksa untuk bisa menyamai kakaknya, dan tidak
memikirkan keahliannya dalam bidang lain, entah karena itu atau karena masa
lalu. Arya menduduki kelas satu sekolah menengah pertama, satu sekolah dengan
kakanya yang sudah kelas tiga SMP.
Ini adalah hari yang cerah, tiada awan yang menghalangi
sang surya untuk terbit. Dengan bergegas Arya melompat dari ranjangnya dan
bergegas untuk berangkat sekolah, saat ia membuka pintu kamarnya, PLAKK!!!,
ibunya menghantamkan sapu lidi ke tangan Arya, ia tersentak kaget dan berteriak. “Sudah jam berapa ini!
Cepat salat subuh! Kak Naura sudah mau berangkat kamu malah baru bangun.” Amarah ibunya adalah suatu yang
menjengkelkan sekaligus kebahagiaannya
karena ia berfikir ibu
masih peduli dengannya. dilihatnya jam dinding menunjuk angka enam, lalu dia
teringat tadi malam dia tidak bisa tidur karena memikirkan sekolah barunya, dan
juga teringat dia belum salat subuh. Setelah
selesai bersiap-siap ia berlari menuju halte bus dekat rumah dan sampai sekolah
pukul tujuh, ia datang tepat waktu. Aduh!, Arya tertabrak oleh orang yang lari
tanpa
mempedulikan sekitar. Tapi ada tangan yang menopangnya dari belakang, yang
menyelamatkannya untuk tidak terjatuh.
“Makasih ...”
“Adit”
“Ya, makasih,Dit”
“Sama-sama”. Perkenalan
yang singkat lalu Arya dan Adit menjadi teman yang akrab, Adit adalah orang
cerdas, lembut, dan baik tentunya.
Bel pulang sekolah berdering, Arya pulang dengan kakak
perempuannya naik bus.
“Kak, aku sudah punya kenalan
baru, namanya Adit, dia baik.” Arya memulai bertanya memecah keheningan dalam
bus, kakaknya hanya mengangguk.
”Tadi pagi kok nggak
nungguin aku?”
“Buru-buru.” Suasana
hening kembali sampai mereka turun di halte dekat rumah. Seperti biasanya Arya
dan Naura membantu ibunya berjualan empek-empek di pertigaan kompleks, tapi
kali ini ia harus berjualan sendiri karena kakaknya ada acara sekolah dan
ibunya sibuk menyiapkan pesanan di rumah. Kebosanan mulai hilang saat ada Adit
yang baru turun dari mobilnya dan menghampiri Arya. Dilihatnya Adit mengenakan
baju taekwondo yang mengingatkannya pada suatu kejadian terlebih pada ayahnya.
“Kamu jualan disini?
Ayahku sering beli disini lho, soalnya enak.”
“Iya, kamu ikut
taekwondo?”
“Hanya untuk mengisi
waktu luang, memang kenapa? Kamu mau ikut?, ayo sama aku, ayahku punya club
taekwondo tempatnya di depan perpustakaan kota.”
“Aku ingin ikut, tapi
mungkin ibuku tidak mengijinkan, juga aku tidak punya biaya.”
“Kalo gitu, ikut yang
hari minggu saja, gratis, bilang sama ibumu, kalau kamu ikut kamu berjanji akan
menjaga ibumu.” Ide yang sangat mengagumkan. Lalu Arya menerima tawaran itu.
Malam harinya Arya mempersiapkan mental untuk berbicara
pada ibunya. “Bu...,”
“Apa?, kalau uang jajan
ibu lagi tidak punya.”
“Bukan bu, aku ingin ikut
latihan taekwondo lagi.”Ibu menatap Arya kaget. “Hanya hari minggu, itupun tanpa
biaya.”
“Kamu itu punya hobi kok berantem.”
“Aku lemah pelajaran bu, aku berjanji akan
ngebanggain ibu, aku akan ngebahagiain ibu, melindungi ibu sama kak Naura, aku
sungguh-sungguh.”
“maka dari itu, contoh
kakakmu, berprestasi, itu baru membanggakan. Kalau soal taekwondo itu terserah
kamu.” Ibu berlalu dengan meninggalkan kata-kata terakhirnya tanpa memikirkan gagasan dewasa anak
seumuran Arya. Dan Arya menyimpulkan bahwa ia diperbolehkan. *
* *
Suasana kelas
masih sepi, hanya ada Arya dan Adit, semakin bertambah waktu, semakin bertambah
juga volume muridnya, dan datanglah seorang anak yang super nakal dan super
jahil namanya Riko. “ Arya, Riko mau naruh apa itu ke
tas Eko ?” Tanpa basa-basi Arya menahan tangan Riko yang membawa botol air
mineral berisi pasir yang hendak dituangkan ke tas Eko. “Jangan Rik, kasihan” Riko tidak mempedulikan
ucapan Arya, ia malah menuangkannya ke wajah Arya. Tiba-tiba semua rapi
termasuk Arya dan Riko karena ada guru. Arya ingin sekali membalas perbuatan
Riko, namun ia teringat nasihat ibunya waktu kecil, “Kalau ada orang yang
jahat, kita harus sabar, jika bisa balas dengan kebaikan. Karena api hanya bisa
dipadamkan dengan air bukan dengan api”.
Keesokan harinya. “Ibu, aku berangkat dulu,
Assalamu’alaikum...” “Wa’alaikum salam...” Arya berlari menuju halte bus menuju
gedung depan perpustakaan kota, hari ini ia mengenakan baju taekwondo miiknya
yang sudah usang dengan sabuk hijau-biru. Sampainya di dalam gedung Adit dan seorang bapak-bapak bersabuk hitam
menuju ke arahnya. “Arya ini ayahku, panggil saja sabeum Tomo.” Saling berkenalan dan bercakap-cakap lalu dimulailah
latihan. Kali ini latihannya tidak terlalu berat, hanya latihan fisik dan
beberapa poomsae. “Kita sudahi
latihan hari ini, minggu depan, kita akan latihan fighting, paham anak-anak?” Lalu serentak menjawab ya! “Gamsahamnida!” “Gansahamida!” Lalu tepuk tangan menandakan berakhirnya latihan.
Arya pulang setelah berpamitan dengan Adit dan sabeum Tomo.”
Sepulang dari latihan
Arya ganti baju dan menuju kamar ibunya.
“I.., ibu kenapa kak?”
Arya terkejut melihat ibunya terbaring lemas di ranjang, padahal tadi pagi ibu
terlihat baik.
“Ibu sakit, beliin obat
sakit kepala di apotik ya,”
“Ya!” Arya mengangguk dan
bergegas menuju apotek, dilihatnya Riko dan segerombolan anak geng motor di
sebrang apotik. Arya cepat-cepat beli obat. Niatnya ingin pulang dan
mengabaikan Riko menjadi buyar saat dilihatnya Riko mengangkat kerah anak kecil
dan memaksanya memberi uang. Arya lalu lari menghampiri Riko.
“Anak kecil ini punya
masalah apa hah?! Dasar pengecut, beraninya sama anak kecil!” Lantas anak itu
langsung bersembunyi di balik badan Arya dan lari meninggalkannya saat dua
teman Riko memegang tangan Arya. Duak!!!
Tangan Riko menghantam pipi Arya berulang kali hingga hidungnya
mengeluarkan darah. Tak lama seorang satpam apotik melihat dan mengusir Riko dan
gerombolannya
Sampai dirumah kak Naura dan ibu terkejut melihat
Arya babak belur dan pakaiannya terdapat
bercak darah.
“Kamu habis ngapain Ya?,
jangan mentang-mentang jago bela diri sekarang kamu jadi berandal!, mana obat
ibu?” Arya mengeluarkan obat ibunya dari saku celana.
”Tadi aku dikeroyok Riko
sama gerombolannya kak, padahal aku mau tolongin-.” “makannya jangan suka cari
masalah!” Ibu menatap Arya
dengan tatapan penuh kecewa. Tenang bu,
aku pasti akan ngebanggain ibu. Batin Arya.
***
Hari demi hari keadaan ibu mulai membaik, Arya dan
kakaknya juga semakin rajin membantu ibu berjualan empek-empek.
“Ibu, kakak, aku
berangkat latihan dulu ya...!” Arya mencium tangan ibunya lalu segera pergi
menuju gedung depan perpustakaan kota.
“Baik anak-anak, hari ini
kita fighting, Arya, Syafiq, ayo maju!” Arya kaget
saat namanya dipanggil ditambah suara ciri khas sabeum Tomo yang menggelegar. Priiit!!! Refleks Arya langsung
menendang lawannya dan menangkis setiap tendangan yang mengarah ke arahnya,
sepertinya bakat sekaligus hobinnya belum hilang. Arya pun menang. Lalu ia di
tandingkan lagi, tandingannya adalah orang bersabuk merah, ia sempat menolak
namun Adit menghampirinya dan berkata “Jangan lihat sabuknya, percaya pada
kemampuanmu, jangan takut!” kata-kata yang mengingatan pada perkataan ayahnya
yang sama persis waktu menyemangatinya. Dengan percaya diri Arya maju, tapi
tendangan lawannya lebih cepat dari tangkisannya, tendangan itu mengenai
kepalanya, Arya menjadi geram, lalu ia menendang kepalanya tiga kali tanpa
ampun. Alhasil Arya memenangkan pertandingan lagi.
“Ya, Arya, jangan pulang dulu, sabeum Tomo mau ngomong!” Arya berlari menuju Adit dan sabeum Tomo.
“Tadi sangat luar biasa
Arya, kamu pernah ada pengalaman bela diri?”
“Iya, beum, dulu waktu masuk SD saya pernah ikut takwondo
di kecamatan sampai sabuk hijau-biru.tapi saya berhenti sampai kelas lima SD.”
“Ooh, begini, kalau Arya saya ikutkan turnamen
tahun depan di Singapura mau?”
“Ya, saya sangat ingin, tapi saya tidak ada
biaya,Adit ikut juga?”
“Aku punya asma, kalau
terlalu capek nanti kumat paling-paling aku hanya ikut lihat.” “Kalau masalah biaya gampang, untuk Arya
gratis, yang penting Arya mau sungguh-sungguh,untuk gantinya kamu bawain
empek-empek gratis saja. Gimana?” “Ya, sabeum, saya mau, terima kasih banyak.”
***
Dua semester telah dilalui Arya, dia akan menduduki kelas
dua SMP. Hari ini adalah pembagian nilai rapot, banyak nilai rapot Arya yang
kurang memuaskan, kakaknya justru sebaliknya, dia mendapat beasiswa untuk
melanjutkan SMA ke sekolah terfavorit di kota. Ibunya sangat bangga kepada anak
perempuannya, ia memujinya berulang kali, sementara Arya hanya bisa memutar
teguran yang diberikan ibu padanya. Tapi, Arya masih bisa tersenyum karna
ibunya masih mempedulikannya.
Keesokan harinya. Saat Arya hendak naik tangga menuju
kelas atas dia terhenti karena seperti ada suara minta tolong. Di bawah tangga
tepatnya di gudang Arya melihat Riko sedang menyiksa Eko dengan menenggelamkan
kepala Eko ke ember berisi air. “Aku cuma punya uang lima ribu Rik”
“Bohong, rasain nih!”
sebelum melakukan aksinya Arya sudah terlebih dahulu menahan tangan Riko.
“lepasin dia Rik!”
Akhirnya Eko terlepas dari cengkraman
Riko,karena perhatiannya
menjadi ke Arya.
“Nggak usah ikut campur
deh Ya, mau jadi pahlawan?, berantem aja nggak bisa, lemah, nilai ulangannya
jelek-jelek lagi, mau jadi apa hah?!”
“Mending nilainya jelek
tapi jujur dan hasil sendiri, daripada bagus tapi hasil contekan! Kamu jadi
anak nakal nanti mau jadi apa? Penjahat?” tangan Riko yang tiba-tiba melesat dapat
ditangkis Arya karena kali ini dia memang sudah kehabisan kesabaran karena Riko
sudah merendahkan dirinya. Baku hantam diantara mereka pun terjadi, untungnya
belum parah, karena guru BK sudah mengamankan keduanya. Dan mengancam akan
memanggil orangtua ke sekolah.
Sepulang
sekolah Arya dan Adit berniat untuk pergi ke taman kota, di tengah perjalanan
dilihatnya Riko sedang dikeroyok segerombolan anak-anak SMP lain. Majulah Arya
untuk melindungi Riko. Riko terkagum melihat orang-orang yang mengeroyoknya dihabisi
dalam sekejap dengan orang yang dianggapnya lemah. “Terimakasih, ya Ya, maafin
aku.”
“Makannya jangan suka
cari masalah, aku maafin kalau kamu baik sama semua orang termasuk Eko.” Arya dan Adit melanjutkan perjalanannya dan
duduk di bangku taman.
“Adit, aku dikeluargaku
itu seperti angin, ada atau tidak ada aku dianggapnya tidak ada, kehadiranku
itu nggak penting, ibu hanya mementingkan kakakku yang pintar, tapi tidak
melihat kemampuanku dalam bidang lain ibuku tidak pernah mendukungku, padahal
aku selalu berusaha membahagiakan ibu, entah karena aku bodoh atau karena masa
laluku, tapi aku sudah berjanji di depan makam ayahku, aku akan membahagiakan
ibu.”
“Tenang, aku akan mendukungmu agar bisa
ngebahagiain ibumu, maksudnya masa lalu itu...,?”
“Itu tentang ayahku, dia adalah ayah terbaik,
yang menjadi sahabat, penyemangat dan menjadi bagian dari diriku, tapi dia
telah tiada, dan itu karena aku,dia kecelakaan, pada saat hujan badai, dia
berusaha mengantarku untuk ikut turnamen waktu kelas lima SD, lalu tiba-tiba
ada bus yang menabrak ayahku dari depan, dia mengalami pendarahan di otak dan
terlambat untuk di selamatkan, sementra aku hanya memar, mungkin karena
kejadian itu kasih sayang ibuku kepadaku mulai memudar, karena dia kehilangan
suaminya, aku pun kehilangan sebagian dari hidupku. Saat itu juga aku berhenti lathan.” Arya menghela napas panjang. Hening.
“Ya, itu bukan salahmu, itu takdir Yang Maha Kuasa. Sekarang kamu harus buktikan jati
dirimu pada ibumu, jangan sampai pengorbananmu dan ayahmu terbuang percuma, buktikan bahwa kau bukan sekedar
berkorban tapi berjuang untuk membahagiakan orang yang kau sayangi, dan menemukan jati dirimu!,
menangkan turnamen
di Singapura,
dan tunjukanlah pada ibumu semua pengorbananmu!”
“Kau sangat bijaksana,
aku akan berjanji akan memenangkan turnamen itu.” Sepulangnya Arya bicara
baik-baik di depan ibu untuk meminta doa dan dukungan agar menang di turnamen
tapi, bukannya dapat restu ibu, tapi semprotan amarah dari ibunyalah yang ia
dapatkan. “Kamu ini, udah nilai rapotnya jelek, kamu tahu nggak, ibu dipanggil
ke sekolahmu karena kamu berantem di sekolah, belum cukup apa kamu buat ibu
malu, sekarang malah mau ke Singapura!.” Arya lari keluar rumah sebelum
amarahnya meledak pada ibunya. Ia berlari menuju makam ayahnya. Suasana lenggang,
hanya ada tangis Arya.
“Maaf ayah, kali ini Arya
harus menangis, tapi bukan karena Arya lemah, Arya hanya tidak mau menyakiti
ibu. Ayah aku akan turnamen di Singapura, tolong beri aku restu, aku berjanji
akan menang, aku akan membahagiakan ibu, sesuai janjiku pada ayah.” Bunga
kamboja yang tertiup angin malam membawanya pada tangan Arya. Lalu Arya melihat
bulan yang seolah-olah tersenyum padanya, ia bisa merasakan ada ayahnya yang
memberi semangat.
“Ayo, majulah nak, ayah
akan selalu bersamamu, kau adalah anak yang hebat!.” Kata-kata ayahnya saat ia
pertama kali ikut turnamen waktu kecil masih teringat jelas dipikiran Arya.
Lalu ia mencium batu nisan ayahnya dan segera pulang. * *
*
Esoknya
Arya berkemas-kemas, mencium tangan ibunya, ia memandang dengan penuh
keyakinan, ibunya hanya mengelus kepalanya. Semangat Arya semakin berkobar. Ia
menaiki taksi menuju bandara, disana sudah dilihatnya sabeum Tomo, Adit, kak Fikri, dan dua orang dari club lain yaitu
kak Tian dan kak Dika, mereka ikut bersama sabeum Tomo yang akan mewakili
Indonesia. Mereka saling tos dan bersenda gurau.
“Bagaimana restumu?”
“Aku sudah mendapatkannya
dari ayahku, Dit.” Panggilan jadwal lepas landas sudah diumumkan, mereka check-in dan langsung menaiki pesawat
yang akan membawa mereka. Ini adalah kali pertama Arya naik pesawat, ia grogi,
cemas, senang, takut, semua bercampur aduk di pikirannya. Pesawat pun melesat,
membelah langit. Arya takjub melihat dunia dari langit, bibirnya tak
henti-henti mengucap kalimat syukur dan pujian pada Sang Pencipta.
Arya
bangun dari tidurnya waktu pesawat landing
di bandara Changi Singapura. Sabeum
Tomo dan gerombolannya turun lalu menaiki bis menuju hotel tempat mereka
bermalam. Esoknya, mereka menuju tempat turnamen di salah satu gedung di pusat
kota Singapura. Hari yang ditunggu-tunggu oleh Arya, yang akan menunjukkan jati
dirinya, yang akan membuktikan sebuah janji yang ia genggam. Di dalam gedung
sudah ada atlet-atlet yang kebanyakan berwajah melayu. Tapi tidak terlalu
banyak, karena ini hanya perlombaan persahabatan, dan hanya ada perwakilan
maksimal empat setiap negara dan hanya diikuti beberapa negara ASEAN. Daak!!!
Seseorang menabrak Arya dari samping, entah apa yang dia mau, tapi bukannya
minta maaf dia malah membentak dengan bahasa asing, Adit menepuk pundak Arya dan
memberi isyarat untuk mengikuti sabeum
Tomo. “Di sini bukan main-main, lawan kalian bukan dari negeri sendiri, keluarkan semua kekuatan
kalian, banggakanlah Indonesia, banggakanlah orang tua kalian. Kuncinya adalah,
jangan takut!” dorongan seorang pelatih yang membuat semangat murid-muridnya berkobar,
termasuk Arya. Sembari menunggu dimulainya lomba mereka latihan menendang
target dan melatih tangkisan. Perlombaan pun dimulai. Setiap
anak akan mendapat satu grup sesuai berat badan; 40, 45 dan 50 dan diambil
masing-masing tiga juara. Arya masuk ke dalam grup under 40, kak Fikri dan kak Tian under 45, sedangkan kak Dika under 50. Setelah membagi grup ,Bunyi
terompet panjang menandakan di mulainya turnamen. Pertandingan dimulai dari grup dengan berat
paling kecil, di layar gedung ditampilkan layar besar yang menunjukan urutan nama pemain. Arya melihat dirinya urutan
terakhir, urutan keenam melawan orang Malaysia. Satu persatu pemain gugur dan
ada pula yang menang. Lalu tibalah saat nama Arya dipanggil. Sorakan dari
teman-temannya membuat Arya semakin percaya diri. Arya dan lawannya berhadapan
di atas arena, mereka menundukan kepala sebagai tanda hormat lalu memakai
pelindung kepala. Priiittt!!! Arya terus menendang lawanya tanpa ampun sampai
poin penuh. Dan Arya menang telak. Dia masuk ke babak perempat final. Setelah
penyisihan semua grup. Hanya Arya dan kak Fikri yang lolos. Kak Tian dan kak Dika tereliminasi. Pada babak
perempat final Arya akan melawan orang Thailand. Dimulailah pertarungan itu,
Arya sempat tidak fokus karena lawannya memiliki warna iris mata yang berbeda.
Tiga poin telah di dapatkan lawannya.
“Arya, fokus, ingat
janjimu!!!” Teriak Adit. Arya
lalu menendang kepala dan perut lawannya sekuat tenaga, dan satu poin lagi Arya
bisa menang. Drrakkk!!! Lutut kaki kiri Arya menghantam keras siku lawannya,
sampai-sampai Arya kesulitan untuk bangun lalu sabeum Tomo dan Adit menghampiri Arya dengan membawa kotak obat.
Lutut Arya di semprot obat anti nyeri, lalu Arya berdiri dan pertandingan
dilanjutkan. Lalu dihabisinya lawan Arya dan Arya unggul Tiga poin lebih.
Dengan nafas terengah-engah dan senyum yang samar Arya melihat layar yang
bertuliskan Arya winner!!! Sabeum Tomo dan teman-teman Arya berlari dan
memeluk Arya. Pertandingan semi final dan final akan dilanjuttkan esok hari. Sabeum Tomo dan gerombolannya kembali ke
hotel. Hari ini ada dua murid sabeum Tomo yang akan melanjutkan pertandingan
semifinal besok. Yaitu Arya dan kak Fikri. Mereka berlatih keras di hotel.
Tidak lupa keduanya juga lebih rajin beribadah dan berdoa meminta kelancaran
dan kekuatan.
Hari
yang mendebarkan itu datang, sabeum
Tomo beserta murid-muridnya segera pergi ke gedung final turnamen. Lalu sabeum menggarahkan Arya dan kak Fikri
taktik jitu dan kelemahan musuh yang akan dihadapinya. Arya akan melawan orang
dari Kamboja, bertarung untuk memperebutkan final yang akan melawan orang dari
Singapura. Tak lama setelah di tiupnya terompet nama Arya dan lawannya
dianggil. Priittt!!! Mereka sama-sama kuat, lalu Arya menendang tepat di wajah
lawanya , orang Kamboja itu mengambil tendangan belakang dan menjegal kaki
Arya, Arya terjatunh dengan punggungnya yang menghantam dahulu. Orang itu lalu
mengunci tubuh Arya dan meninju wajah Arya. Pertandinganpun di hentikan, lawan
Arya di diskualifikasi karena menggunakan tangan untuk menyerang. Alhasil Arya maju ke babak final. Sabeum Tomo dan murid-muridnya membopong Arya turun dari arena dan
mengobati pipi Arya yang lembam. Arya merasakan sakit yang luar biasa di
punggung dan wajah.
”Arya, sepertinya kamu
menyerah saja, kondisi kamu tidak memungkinkan untuk melajutkan ke final.”
Saran sabeum Tomo.
“Menyerah?” jawab Arya
dengan lirih, ia tak pernah mengunakan kosa kata itu dalam kehidupannya. “Saya tidak
akan berhenti disini, apapun kondisiku, kalau misalkan saya mati di arena itu
lebih baik daripada menyerah untuk menghadapi.
” Sabeum Tomo tahu kesungguhan Arya dan tidak bisa mencegah
keteguhannya.
“Ayo, Arya, buktikan!,
anggaplah semua kesakitanmu adalah
syarat untuk membahagiakan ibumu, jangan pernah takut!” Adit menyemangati
sahabatnya, dan Arya membalasnya dengan anggukan pasti, lalu Arya bangkit dan
menendang target yang disiapkan Adit setinggi kepala, rasa sakit di tubuhnya
mendadak menjadi semangat yang berkobar. Sayangya kak Fikri kalah dalam
perempat final. Dan satu-satunya harapan adalah Arya. dilihatnya layar
menamplkan nama Arya dan lawanya ; Xiau Lee dari Singapura. Kedua pemain itu berhadapan. Arya terkejut, ternyata
lawanya adalah orang yang menabraknya
waktu itu, dan sabuknya tingkat merah. Tapi Arya tetap tidak takut. Pertandinganpun dimulai, keduanya saling
menendang dan tangkis menangkis. Xiaou Lee menendang tepat pada hidung Arya,
darah hidung Arya bercucuran, dilihatnya Xiaou Lee mengejek dengan jempolnya
diarahkan ke bawah. Sabeum Tomo dan
Adit menghampirinya dan berhenti karena tangan Arya menandakan jangan mendekat.
Kini amarah Arya sudah meluap. Yaaa!!! Arya berteriak dan menendang kepala dan wajah lawanya
berkali-kali, tangkisan lawannya pun bisa di tembusnya. Lalu layar menunjukkan
namanya sebagai pemenang. Kepala Arya mendadak pusing dan jatuh tak sadarkan
diri. Arya membuka matanya, ia melihat Adit ada di depannya.
“Bangun, Ya, majulah ke
podium, raihlah hasil pengorbananmu.” Arya berlari ke podium setelah namanya
dipanggil, didapatkannya mendali, piala,
dan uang tunai 100 juta. Tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi gedung. Xiaou
Lee menghampiri Arya lalu menepuk pundaknya. “Congratulation!” “Thanks.”
Arya membalasnya lalu tersenyum.
Malamnya
club sabeum Tomo pulang ke Indonesia setelah check-out hotel. Sesampainya di Indonesia Sabeum Tomo, dan Adit
diajak Arya untuk memberi Ibu hadiah. “Sabeum, tolong bantu saya membuat
persyaratanya.” setelah mendapatkan
paspor untuk Ibu, mereka menuju rumah Arya. Di depan rumah, Arya menulis secarik surat yang akan
diberikan ke Ibunya. “Sabeum, ini
saya ingin memberi sumbangan untuk club kita.” Sabeum menepuk pundak Arya lalu berterima kasih. Arya melarangnya
untuk pulang sebelum menemui Ibunya. “Lepasin Ibu sama kakak saya!, maling
pengecut! Aaarrgghhh!.” Sabeum Tomo
dan Adit tersentak kaget mendengar teriakan Arya, saat ingin masuk, dua
orang asing keluar dari rumah Arya,
sabeum Tomo sudah memegang salah satunya, tapi terlepas karena kulit tanganya dilukai pisau. Dilihatnya
Ibu dan kakak Arya di sekap dan Arya terjatuh dengan luka di perunya, luka
tusukan pisau. Adit melepas tali yang melilit di tubuh Ibu dan kakak Arya.
Cepat-cepat Sabeum Tomo, Adit dengan membawa tas Arya dan keluarga Arya membawa
Arya ke rumah sakit. Dalam ruang tunggu UGD, hanya ada tangis keluarga Arya.
sepi. Karena memang sudah tengah malam, hanya ada perawat dan penjaga malam. Adit
memberikan hadiah yang ingin diberikan Arya pada ibunya, secarik surat, dan
sejumlah uang. “Bu, inilah hasil jerih payah Arya demi membahagiakan ibunya.” Ibu
Arya kaget, anak yang selalu dianggapnya bodoh memberikan paspor haji plus. Di
bukalah lipatan kertas itu, lalu dibacanya ;
Untuk ibuku tersayang, Ibu
kenapa ibu nggak terlalu sayang sama Arya, selalu kakak yang disayang, Arya
pengen ibu adil sama kedua anak ibu. Apa gara-gara Arya nakal, Arya bodoh, atau
karena meninggalnya ayah?, Arya berantem karena pengen ngebela orang yang
teraniyaya bu, maaf kalau Arya udah buat ibu malu, marah, sedih. Arya hanya
pengen buat ibu bahagia dengan cara Arya sendiri, soalnya Arya udah janji sama
ayah untuk bahagiain ibu. Sekarang Arya udah bisa nge hajiin ibu, moga ibu
senang, ibu harus tau, Arya sayang ayah, Arya juga sayang ibu. Dari Arya, anak ibu
paling nakal :]
Tangis ibu semakin
pecah setelah membaca surat Arya, kak Naura lalu memeluk ibu. Setelah menungu
tiga jam, doktor yang menangani Arya
keluar dari ruang operasi, dan mendatangi keluarga Arya. “Anak ibu tidak
kenapa-kenapa, robekan pada perut anak ibu sudah di jahit, tusukan pada
perutnya tidak menembus organ dalam. Ibu istirahat saja, kemungkinan besok anak
ibu bisa pulih.” Wajah ibu penuh
kebahagiaan, berulang kali mengucap syukur. Keesokan harinya doktor memberikan
ijin kepada keluarga Arya, sabeum
Tomo dan Adit untuk masuk. Di dalam ruangan Arya menyambut mereka dengan senyum
lugu, seperti tidak ada beban sakit yang dirasanya. Ibu Arya langsung memeluk anaknya itu. “Lebih
baik aku sakit saja bu, agar selalu bisa di peluk ibu, Arya pengen ibu
perhatiin Arya.” Pelukan ibu semakin
kuat. “Ibu sayang banget sama Arya, maafin ibu ya, ibu selalu bikin Arya sedih.
Ibu bangga sama kamu nak, terima kasih hadiahnya, anakku .” Suasana menjadi seperti drama kesedihan. Arya
yang selalu kuat, sekarang menangis,tapi bukan tangisan kelemahan, tapi
tangisan kasih sayang.
***
Semakin bertambahnya waktu, situasi mulai membaik, kasih
sayang ibu yang selalu diimpikan Arya telah didapatnya. Lima tahun berlalu,
sekarang Arya menjadi guru taekwondo di club sabeum Tomo, dan kuliah dengan mengambil jurusan ekonomi. Dia juga
sudah memulai usaha empek-empek buatan ibunya. Sedangkan kakak Arya sekarang
sudah menjadi doktor spesialis anak. Ibu Arya bersyukur, kedua anaknya sukses,
ibunya tahu , mereka butuh dukungan, dan kasih sayang.
Hari ini adalah
hari keberangkatan ibu ke tanah suci.
“Ibu, keberangkatannya
kurang dua jam lagi, ayo, aku sama kakak sudah siap.”
“Iyaa, ini ibu juga sudah
siap fisik maupun rohani.” Sesampainya di bandara.
”Ibu jaga kesehatan ya.”
Ibunya memeluk Arya
“Arya, ibu bangga sama
kamu nak, terima kasih.” Kak Naura pun memeluk ibu. Ibunya melambaikan tangan
pada kedua anaknya, dan dibalas lambaian juga.
“Jangan lupa doakan ayah
bu!” Teriak Arya .
“Pasti!” dengan
mengajukan jempol. Tiada kebahagiaan yang Arya rasakan selain ini. Akhirnya dia bisa membuktikan
janjinya pada ayahnya. Dan menemukan jati dirinya. * * *
Semua orang memiliki impian, semua orang memiliki harapan
dan angan-angan, semua orang berhak memiliki kebebasan dalam meraih tujuan.
Dalam meraih impian seseorang akan mengalami proses, jungkir balik keadaan, dan
sekali-kali akan jatuh dalam kegagalan. Karena kehidupan seberti roda yang
berputar, kadang berada pada titik paling atas atau puncak kebahagiaan dan
kesuksesan, namun ada kalanya kita berada pada titik terbawah yaitu masa
kegagalan, keputus asaan, kekecewaan, dan penyesalan, dan saat berada titik
terbawah itu seseorang memerlukan semangat, bimbingan, dan dukungan dari
orang-orang sekitar, terutama orang tua dan tentu saja dengan kegigihannya
untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Seberapa besar hasil ditentukan dari
seberapa besar usaha yang dilakukan. Dan kehendak dari Yang Maha Kuasa.
TAMAT
Glosarium
:
Poomsae : Tekhnik / jurus-jurus dalam
taekwondo
Sabeum : Pak/Guru
Gansahamnida : Terima kasih
Under : Dibawah
Fathimatuz
zahro, IX B. SMPIT AI
Jepara, 18.09.2016