Pada zaman dahulu, hiduplah
seorang pintar yang mempunyai predikat ahlinya ahli, intinya inti, Core of the
core dengan gelar doctor of doctor. Dia adalah seorang yang layak untuk ditanyai
dan selama hidupnya selalu di jejeli berbagai macam pertanyaan mengancam soal
kehidupan, soal rumah tangga, bisnis, layanan, sosial, hukum, adat, dan
berbagai macam pertanyaan lain yang tidak aneh maupun aneh-aneh.
Seorang
remaja berpakaian rapi dengan rambut klimis tengah bertanya
“bapak tadi menjelaskan tentang memaknai makna
hidup dengan hati bersih dan penuh semangat. Bapak juga menjelaskan mengenai
diri kita yang terkadang dibuat linglung oleh berbagai masalah yang ada
kemudian bapak memberikan solusi untuk memberikan dasar kuat atas setiap
perbuatan kita supaya tidak menjadi ampas. Lalu bagaimana nasib perbuatan saya
yang telah lalu? Bagaimana kabar perbuatan dan jerih payah saya yang lalu, di
saat saya tidak mengetahui jika perbuatan saya tersebut tidak dilandasi dengan
keikhlasan yang kuat?”
“justru
ketika diri anda selalu mengingat perbuatan baik anda sampai sekarang, itu
mendandakan masih terdapat ketidakikhlasan saudara. Mengapa menyesali makanan
yang sudah menjadi sampah, mengapa anda mengambil kembali bungkus sisa makanan
anda untuk di tangisi? Ingat bahwa orang yang ikhlas tidak tau kalau dirinya
ikhlas. Perbuatannya mengalir begitu saja tanpa dia memikirkan ulang. Di awal
mungkin dia berpikir untuk menolong atau berbuat baik. Tapi dirinya langsung
segera melupakannya karena perbuatan baik itu tidak layak untuk diungkit-ungkit
kembali. Semacam rutinitas biasa. Jadi mulailah lagi dari awal. Ketika anda
mengungkit kembali justru itu akan menjadi api yang akan melalap semua jerih
upaya kebaikan anda di masa lalu. Jangan hiraukan dan merasa eman dengan
perbuatan anda yang telah lalu. Namun berpikirlah untuk fokus berbuat baik
kedepannya”
Seorang
guru dari sebuah wilayah nan jauh pernah bertanya
“Bagaimana saya bisa menilai
perbuatan saya. Apa aspek cakupan supaya apa yang saya lakukan itu berharga dan
tidak terkesan sia-sia? bagaimana cara saya menghitung kebermanfaatan dari
setiap kegiatan saya?”
“Terkadang
perbuatan yang kita anggap baik belum tentu di lihat orang itu baik. Dan ketika
kita memandang perbuatan kita itu tidak baik bisa jadi itu baik di mata orang
lain. kadangkala perbuatan itu sangat besar dan berat, melelahkan dan
membutuhkan waktu yang banyak. Namun ternyata nilai kebermanfaatannya sangat
sedikit bagai kerikil di tengah jalan. Ada juga yang berbuat kecil Cuma meminggirkan
ranting tapi nilai dari kebermanfaatan itu sangat besar megalahkan gunung
merbabu di jawa tengah. Anda rasakan saudara, bahwa perbuatan itu tidak dinilai
dari cara mereka melakukan. Tapi dipandang dari manfaat yang dirasakan. Seperti
perumpamaan sederhananya itu pekerja pemulung dan manajer kantor. Padahal yang
bekerja keras mondar-mandir terkena ujan dan terik matahari tapi gajinya lebih
kecil ketimbang seseorang yang bekerja duduk duduk memberi perintah di kantor
ber ac dan difasilitasi lengkap”
Seorang
anak pelajar SMA yang berwajah sendu tengah bertanya
“selama ini saya hidup dengan
penderitaan. Semua seakan menjauh bagai magnet sama kutub yang saling menolak
jika di dekatkan. Sangat sulit saya mendekat ke orang lain. orang-orang tidak
percaya dan lebih memilih mereka yang sebenarnya tidak dapat dipercaya. Karena
mereka sudah menang dan terlihat menarik dari luar?”
“Maka
berusahalah terlihat menarik juga. Kamu sudah tahu bahwasanya mata manusia itu
menyukai yang menarik. Jangan harap meski kamu orang yang paling jujur dan
terpercaya di muka bumi, tapi kamu tidak memperhatikan penampilanmu itu sama
saja bohong. Kenakanlah pakaian yang layak, ramah, dengan senyuman dan berkesan,
niscaya orang lain akan senang ketika memandangmu. Maka kamu akan menemukan
dunia baru dimana kamu tidak menemukannya dikala bermuka suram seram dengan
pakaian asongan”
Seorang
pria bergigi tonggos dengan setangkai mawar lusuh sedang bertanya.
“saya mengalami kejadian ketika
ditolak karena tampang saya, apakah segala aspek dinilai dengan itu? padahal
kita tahu sendiri agama melarang kita untuk hanya menilai sampulnya saja tapi
kenapa banyak orang yang masih melakukan hal itu?”
“Memang
kebanyakan orang sekarang itu tidak sadar diri, pengen menang sendiri, pengen
benar sendiri, dan pengen enak sendiri, mereka tidak mandiri tapi tak tau diri.
Jika kamu menemukan orang seperti itu, jika kuat sadarkanlah dia. Tapi kalau
dia sudah klimaks memang tidak bisa dirubah maka tinggalkanlah. Pilih pasangan
lain yang lebih mengerti akan difinisi nilai seseorang. Yang jelas kamu sudah
menyampaikan aspirasimu tentang ketidak adilan itu. Justru ketika kamu
memaksakan dan tetap mencintai orang yang memiliki sifat seperti itu. dirimulah
yang nanti akan tersiksa selama hidupmu”
Seorang
pengusaha yang tengah bangkrut akibat rutinitas tidak sehatnya bertanya.
“Bagaimana cara saya merubah
hidup. Ketika saya ingin berubah dan melakukan gerakan perubahan namun itu
hanya bertahan beberapa minggu dan kemudian itu sirna lagi bagai embun di tengah
terik matahari”
“untuk
merubah hidupmu, kamu perlu melakukan sebuah langkah keberanian. Ketika kamu
sudah bisa melakukan langkah keberanian namun di tengah jalan kamu loyo lagi,
maka lakukanlah lagi langkah keberanian itu. jangan berputus asa dan merasa gagal.
Jika gagal bangkit lagi, jika gagal bangkit lagi, jika gagal lagi bangkit
teruuss. Lakukan perubahan pada dirimu sampai setan bosan untuk menganggumu
untuk bisa bermalas-malasan lagi”
Seorang
ibu-ibu yang menjadi korban pelakor mencoba bertanya
“kehidupan saya selalu dipenuhi
kekosongan. Entah saat dalam keadaan ramai atau pun sepi. Seperti ada yang
hilang dalam diri ini bahkan rasanya seperti mati? Bagaimana cara saya supaya
mendapatkan gairah hidup itu kembali?”
Coba buka
matamu dan lihatlah sekeliling. Dongkrak tempurung yang ada dalam diri dan
cobalah berinteraksi dengan sekitar. Jangan pernah malu dan enggan untuk
mencoba karena itu adalah penghalang dari warna dunia. Seperti halnya ketika
memasak indomie, jika ibu ingin merasakannya, ibu perlu usaha untuk memasaknya
terlebih dahulu. Seperti halnya ketika ibu ingin mendapatkan warna dunia dan
menghindar dari rasa semu dunia. Ibu perlu usaha untuk meningkatkan keyakinan
memotivasi diri dengan menambah tujuan hidup dan berusaha mengenali orang lain
dan alam sekitar. Jangan terlalu fokus dan bergeming pada sebuah masalah yang
tidak ada manfaatnya”
Seorang
filsuf bertanya
“mengapa ada dendam, mengapa ada
kejahatan? Mengapa ada rasa marah dan perbuatan negative lainnya? Bukankah hal
itu akan mengurangi dampak positif dunia yang indah ini menjadi suram tak
berarti?”
“ada
malam, ada siang. Ada jantan ada betina. Ada adam ada hawa, ada panas ada pula
dingin. Hal itu yang membantu keseimbangan dunia supaya tidak njomplang ke
sebelah. Coba kamu bayangkan semisal istrimu tidak ada, tidak ada perempuan di
dunia ini maka hidup terasa hampa. Begitu juga dirimu ketika selalu mengalami
kebahagiaan, tanpa adanya masalah ataupun dampak negative yang di terima oleh
tubuhmu, maka kamu akan lupa akan artinya bersyukur. Mensyukuri segala nikmat
yang diberikan padamu. Untuk itu diperlukan sifat buruk agar dirimu mengerti
jika mengalami kebaikan maka kamu akan lebih merasakan nikmat yang dirasakan”
Seorang
korban penipuan via telpon bertanya
“kenapa mereka selalu ingin menang sendiri dan
selalu ingin enak sendiri, berbangga diri, mandiri, mati sendiri, dan lain-lain
tanpa menghiraukan orang lain, tidak memiliki hati ketika kita sedang susah dan
mereka seenaknya di lalap oleh kegembiraan duniawi? Padahal saya tau mereka
harusnya sudah tahu, sudah sadar dan mengerti. Mengapa nafsu bisa menghambat
akal mereka menuju kepada kebiadapan yang hakiki?”
“Manusia
memang pada dasarnya rakus. Bahkan ketika mereka diberi satu gunung emas mereka
akan meminta satu gunung emas yang lain. permasahannya memang pada adab yang
tidak diajarkan kepada mereka semenjak dini hingga akhirnya waktu besar setelah
mereka sukses lebih memintangkan hasrat nafsu ketimbang Nurani. Untuk itu
ketika kamu tahu rubahlah orang-orang remaja, anak-anak, anakmu semua yang ada
di sekitarmu belajar tentang adab semenjak dini. Ajarkanlah mereka tentang
sukses. Niscaya kedepannya manusia memiliki budipekerti luhur layaknya
kehidupan para pengikut di zaman nabi”
Seorang
pintar dari negeri lain bertanya kepada seorang pintar di negeri ini
“anda orang pintar dan tolonglah
jawab pertanyaan saya. Kenapa anda bisa menjawab seluruh pertanyaan yang
ditanyakan pada anda? Apkah itu hanya intuisi? pendapat pribadi? Mukjizat? asal
ceplos dengan menggunakan data dan analisis actual? atau menggunakan acuan
tertentu dengan data hoax dan kredibel? atau Cuma sekedar basa-basi?”
“Saya
menjawab pertanyaan seperti halnya saya bertanya kepada diri saya sendiri. Saat
itulah saya menemukan jawaban dari hati. Engkau pun sama sebenarnya bisa
melakukan hal ini, karena kebenaran bisa di dapat dari hati bersih kita
masing-masing”
Kamis, 25 April 2019
M H A