Jumat, 18 Oktober 2019

Kumpulan Cerpen ; Telatdan



“Selamat malam, dengan bapak Subagyon?”
“Ya saya disini, ada yang bisa saya bantu?”
“maaf menganggu waktu istirahat Bapak, saya dari kepolisian ingin mengabarkan bahwa tiga murid yang bersekolah di tempat bapak telah melakukan pencurian berencana di salah satu mesin ATM Progolimo”
“ah masa’, mungkin mereka cuma ngaku-ngaku dari sekolah kami” Tepis Pak Bagyo, tidak percaya jika murid-muridnya telah melakukan pencurian, apalagi pencurian mesin ATM.
“awalnya kami juga berbikir seperti itu pak. namun setelah kami selidiki, mereka benar-benar berasal dari sekolah bapak” Jelas Pak Polisi.
“saya masih tetap ngga percaya. Yang saya tahu murid-murid di sekolah saya itu soleh-soleh, disiplin, rajin belajar dan suka menabung di wc”
“kalau begitu saya akan mengirimkan foto-foto pelaku agar bapak bisa percaya”
“oh silakan-silakan” tawar pak Bagyo.
Beberapa detik kemudian, WA pak Bagyo berdering seru, melihat beberapa foto yang dikirimkan oleh pak polisi. Tiga orang yang sedang di bekuk di kantor polisi.

Telfon kembali di koneksikan…

“ah, bapak ini, pintar sekali editing foto ahhaha” tawa Pak Bagyo lewat saluran telponnya. Pak polisi hanya bisa tersenyum bingung mendengar tanggapan yang dilontarkan pak Subagyon.
 “Ini pasti foto editan kan? ngga mungkin mereka itu si Adrian, faras, dan kepin. Mereka bertiga adalah aikon sekolah, bintang sekolah yang selalu mengisi posisi rinking tiga teratas paralel, menjadi dambaan setiap kaum hawa entah di internal maupun di eksternal sekolah. Masak orang serajin, sedisiplin dan sesoleh mereka bisa tega melakukan pencurian keji, yang agama kami saja melarang melakukannya. Jadi gini, bapak mengaku saja, itu foto editan kan?”

Pak polisi masih dengan nada tenang mencoba meyakinkan pak Subagyon “kalau bapak tidak percaya coba saja sekarang bapak kemari, ke kantor polisi untuk mengecek secara langsung anak didik bapak yang sedang bermasalah, Sebagai gantinya kami bersedia membayar bensin bapak”
“oke tunggu, saya otw kesana”
Pak Subagyon berkemas meninggalkan rumah, mengeluarkan mobilnya dari garasi, kemudian berangkat menyusuri jalanan sepi ke kantor polisi

***


            Sesampainya di kantor polisi, Pak Subagyon dengan ramah menyapa para polisi yang sedang begadang menjaga kantor kepolisian.

“selamat malam pak Bagyo, maaf menganggu malam bapak untuk beristirahat” sapa hangat komandan kepolisian menyambut pak bagyo. “mari saya antar ke ruang tamu” mereka berdua berjalan beriringan menuju sebuah ruangan sejuk ber AC. Salah seorang polisi datang membawakan dua cangkir kopi anget untuk menemani mereka berdua bercakap pada malam hari itu.
“sekali lagi maaf pak malam-malam harus mengundang bapak kemari”
“sans, besok juga hari liburkan. Jadi masih bisa dibuat istirahat. Gimana kabarnya para penculik itu? bisa saya ketemu mereka sekarang? Lagian saya juga tak begitu peduli karena tentu mereka bukan murid saya”
“mereka sedang diintrogasi pak, mungkin sekitar sepuluh menit bapak bisa menemui mereka bertiga”
“bagus-bagus, mumpung masih muda, buat mereka jera sekalian biar ngga keterusan waktu besar. Masak masih SMA udah berani nyolong. Di sekolah saya itu ya, para mahasiswa kami dididik dengan tekun, ditanamkan budaya-budaya Pancasila, dibentuk dengan budi pekerti luhur yang terjamin kualitasnya dari generasi ke generasi. Jadi yah bisa bapak bayangkan lulusan-lulusan dari sekolah kami itu ada yang jadi DPR, kementrian, bahkan seorang pengusaha besar yang ulung. Mereka semua terbentuk mental dan kualitasnya tak lain ya dari ajaran sekolah kami” Jelas pak Subagyon dengan bangga. Pak polisi mendengarkan dengan seksama sambil manggut-manggut.
“saya ingat dulu Adrian, Faras, dan Kepin, meraih nilai sempurna semenjak kelas satu sampai tiga. Kadang yang rinking satu Adrian, kadang Faras, kadang juga Kepin. Kompetisi mereka selalu disambut antusias sekolah kami dan secara tidak langsung mendorong yang lain menjadi semangat belajar dan berprestasi”
“saya sebenarnya juga kepingin cepet-cepet ketemu sama mereka bertiga. Ingin memberi nasehat kalau berbuat salah jangan suka bawa-bawa sekolah kami, wah sudah sering pak sekolah kami selalu mendapat fitnah-fitnah dan serangan dari luar. Mulai dari kualitas yang tak sebanding harga SPP, Siswa yang diajarkan Radikal, Guru yang memebri nilai Auto A. padahal bukan, saya sebagai kepala sekolah sudah men cek itu. taka da indikasi kecurangan apapun. Yah Namanya juga iri pak. Pasti apapun mereka lakukan, termasuk kasus pada malam hari ini. Saya jamin mereka itu pasti siswa dari sekolah lain yang memiliki dendam kepada sekolah kami akibat kesal karena selalu kalah saat tawuran antar sekolah ahahahahaha” Tawa Bahak Pak Subagyon kemudian dilanjut dengan menyeruput kopi anget yang terhidang di meja.
“Kalau dengar dari cerita bapak, saya jadi kepingin sekolah di situ, mungkin sekarang saya bisa jadi Kapolri” Guyon pak Polisi, disambut tawa meledak dari pak Subagyon.
“ada kalanya memang hidup ini sulit pak. Lagian jadi polisi sekarang juga susah kan. apalagi polisi sekarang sering di cap buruk oleh masyarakat sendiri”
Pak Polisi mengangguk setuju.
“sebaik apapun seorang polisi yang ada di sebuah kantor. Citranya pasti juga akan rusak oleh salah satu polisi oplosan yang suka bikin gaduh di masyarakat. Kalian ndak seperti seorang tokoh yang jika berbuat salah maka yang kena batunya orang itu juga. Tapi kalian adalah bentuk institutisitas. Salah satu kalian makar, yang bakal kena imbasnya adalah department itu sendiri, alias kalian semua. Hahaha, begitulah realitas”
“meski begitu saya tetap ikhlas mengabdi ke masyarakat pak” Pak Komandan memandang ke atas ”Entah senegatif apapun pandangan mereka terhadap kepolisian. Jikapun ada yang ingin merusak citra polisi, saya sendiri disini akan membuktikan bahwa polisi tidak seperti yang mereka pikirkan. Saya anggap itulah jalan yang benar meski perjuangannya berat, Justru saya salah ketika melihat realitas seperti itu, namun saya biarkan bahkan jauhi. Itu justru tidak akan menyelesaikan masalah”
“nah, saya suka jawaban itu”

Seorang kepolisian datang menemui mereka berdua yang sedang asyik mengobrol

“lapor pak komandan. Proses introgasi sudah selesai. Besok mereka bisa dikembalikan ke orang tuanya kembali dengan syarat yang sudah ditentukan”
“ok bagus. Tolong pertemukan mereka dengan Pak Subagyo untuk memastikan bahwa mereka adalah siswa beliau”
“Siap laksanakan!”
“Hahahaha, ndak mungkin kalau siswa saya sampai berani mencuri kaya gitu. Ngawur ah ahaha”
“baik pak mari saya antarkan ke ruangannya”

Sebelum meninggalkan ruangan tamu, Pak Komandan dan Pak subagyon saling berjabat tangan, polisi yang bertugas menuntun sang kepala sekolah menuju ke ruangan tiga siswa yang sedang di tangkap pada malam itu.

            Keheningan malam yang syahdu. Dimana desiran angin terdengar jelas, namun sayang, suara ambulan membuat beberapa orang terbangun dari tidurnya. Yang tak paham pasti akan kembali tertidur dan menutup kepalanya dengan kemul, yang paham tentu saja berusaha bangkit dari Kasur, kemudian melakukan ibadah malam kepada sang pencipta. Bersyukur atas nikmat kehidupan yang diberikan padanya pagi itu.



Surakarta, 18 Oktober 2019

M         H         A

0 komentar:

Posting Komentar