“Selamat malam, dengan bapak
Subagyon?”
“Ya saya disini, ada yang bisa
saya bantu?”
“maaf menganggu waktu istirahat Bapak,
saya dari kepolisian ingin mengabarkan bahwa tiga murid yang bersekolah di
tempat bapak telah melakukan pencurian berencana di salah satu mesin ATM
Progolimo”
“ah masa’, mungkin mereka cuma
ngaku-ngaku dari sekolah kami” Tepis Pak Bagyo, tidak percaya jika
murid-muridnya telah melakukan pencurian, apalagi pencurian mesin ATM.
“awalnya kami juga berbikir
seperti itu pak. namun setelah kami selidiki, mereka benar-benar berasal dari
sekolah bapak” Jelas Pak Polisi.
“saya masih tetap ngga percaya.
Yang saya tahu murid-murid di sekolah saya itu soleh-soleh, disiplin, rajin
belajar dan suka menabung di wc”
“kalau begitu saya akan
mengirimkan foto-foto pelaku agar bapak bisa percaya”
“oh silakan-silakan” tawar pak
Bagyo.
Beberapa detik kemudian, WA pak
Bagyo berdering seru, melihat beberapa foto yang dikirimkan oleh pak polisi.
Tiga orang yang sedang di bekuk di kantor polisi.
Telfon kembali di koneksikan…
“ah, bapak ini, pintar sekali
editing foto ahhaha” tawa Pak Bagyo lewat saluran telponnya. Pak polisi hanya
bisa tersenyum bingung mendengar tanggapan yang dilontarkan pak Subagyon.
“Ini pasti foto editan kan? ngga mungkin mereka
itu si Adrian, faras, dan kepin. Mereka bertiga adalah aikon sekolah, bintang
sekolah yang selalu mengisi posisi rinking tiga teratas paralel, menjadi
dambaan setiap kaum hawa entah di internal maupun di eksternal sekolah. Masak
orang serajin, sedisiplin dan sesoleh mereka bisa tega melakukan pencurian
keji, yang agama kami saja melarang melakukannya. Jadi gini, bapak mengaku
saja, itu foto editan kan?”
Pak polisi masih dengan nada
tenang mencoba meyakinkan pak Subagyon “kalau bapak tidak percaya coba saja
sekarang bapak kemari, ke kantor polisi untuk mengecek secara langsung anak
didik bapak yang sedang bermasalah, Sebagai gantinya kami bersedia membayar
bensin bapak”
“oke tunggu, saya otw kesana”
Pak Subagyon berkemas
meninggalkan rumah, mengeluarkan mobilnya dari garasi, kemudian berangkat
menyusuri jalanan sepi ke kantor polisi
***
Sesampainya
di kantor polisi, Pak Subagyon dengan ramah menyapa para polisi yang sedang
begadang menjaga kantor kepolisian.
“selamat malam pak Bagyo, maaf
menganggu malam bapak untuk beristirahat” sapa hangat komandan kepolisian
menyambut pak bagyo. “mari saya antar ke ruang tamu” mereka berdua berjalan
beriringan menuju sebuah ruangan sejuk ber AC. Salah seorang polisi datang
membawakan dua cangkir kopi anget untuk menemani mereka berdua bercakap pada
malam hari itu.
“sekali lagi maaf pak malam-malam
harus mengundang bapak kemari”
“sans, besok juga hari liburkan.
Jadi masih bisa dibuat istirahat. Gimana kabarnya para penculik itu? bisa saya
ketemu mereka sekarang? Lagian saya juga tak begitu peduli karena tentu mereka
bukan murid saya”
“mereka sedang diintrogasi pak,
mungkin sekitar sepuluh menit bapak bisa menemui mereka bertiga”
“bagus-bagus, mumpung masih muda,
buat mereka jera sekalian biar ngga keterusan waktu besar. Masak masih SMA udah
berani nyolong. Di sekolah saya itu ya, para mahasiswa kami dididik dengan
tekun, ditanamkan budaya-budaya Pancasila, dibentuk dengan budi pekerti luhur
yang terjamin kualitasnya dari generasi ke generasi. Jadi yah bisa bapak
bayangkan lulusan-lulusan dari sekolah kami itu ada yang jadi DPR, kementrian,
bahkan seorang pengusaha besar yang ulung. Mereka semua terbentuk mental dan kualitasnya
tak lain ya dari ajaran sekolah kami” Jelas pak Subagyon dengan bangga. Pak
polisi mendengarkan dengan seksama sambil manggut-manggut.
“saya ingat dulu Adrian, Faras,
dan Kepin, meraih nilai sempurna semenjak kelas satu sampai tiga. Kadang yang
rinking satu Adrian, kadang Faras, kadang juga Kepin. Kompetisi mereka selalu
disambut antusias sekolah kami dan secara tidak langsung mendorong yang lain
menjadi semangat belajar dan berprestasi”
“saya sebenarnya juga kepingin
cepet-cepet ketemu sama mereka bertiga. Ingin memberi nasehat kalau berbuat
salah jangan suka bawa-bawa sekolah kami, wah sudah sering pak sekolah kami
selalu mendapat fitnah-fitnah dan serangan dari luar. Mulai dari kualitas yang
tak sebanding harga SPP, Siswa yang diajarkan Radikal, Guru yang memebri nilai
Auto A. padahal bukan, saya sebagai kepala sekolah sudah men cek itu. taka da indikasi
kecurangan apapun. Yah Namanya juga iri pak. Pasti apapun mereka lakukan,
termasuk kasus pada malam hari ini. Saya jamin mereka itu pasti siswa dari
sekolah lain yang memiliki dendam kepada sekolah kami akibat kesal karena
selalu kalah saat tawuran antar sekolah ahahahahaha” Tawa Bahak Pak Subagyon
kemudian dilanjut dengan menyeruput kopi anget yang terhidang di meja.
“Kalau dengar dari cerita bapak,
saya jadi kepingin sekolah di situ, mungkin sekarang saya bisa jadi Kapolri”
Guyon pak Polisi, disambut tawa meledak dari pak Subagyon.
“ada kalanya memang hidup ini
sulit pak. Lagian jadi polisi sekarang juga susah kan. apalagi polisi sekarang sering
di cap buruk oleh masyarakat sendiri”
Pak Polisi mengangguk setuju.
“sebaik apapun seorang polisi
yang ada di sebuah kantor. Citranya pasti juga akan rusak oleh salah satu
polisi oplosan yang suka bikin gaduh di masyarakat. Kalian ndak seperti seorang
tokoh yang jika berbuat salah maka yang kena batunya orang itu juga. Tapi
kalian adalah bentuk institutisitas. Salah satu kalian makar, yang bakal kena
imbasnya adalah department itu sendiri, alias kalian semua. Hahaha, begitulah
realitas”
“meski begitu saya tetap ikhlas
mengabdi ke masyarakat pak” Pak Komandan memandang ke atas ”Entah senegatif
apapun pandangan mereka terhadap kepolisian. Jikapun ada yang ingin merusak
citra polisi, saya sendiri disini akan membuktikan bahwa polisi tidak seperti yang
mereka pikirkan. Saya anggap itulah jalan yang benar meski perjuangannya berat,
Justru saya salah ketika melihat realitas seperti itu, namun saya biarkan
bahkan jauhi. Itu justru tidak akan menyelesaikan masalah”
“nah, saya suka jawaban itu”
Seorang kepolisian datang menemui
mereka berdua yang sedang asyik mengobrol
“lapor pak komandan. Proses
introgasi sudah selesai. Besok mereka bisa dikembalikan ke orang tuanya kembali
dengan syarat yang sudah ditentukan”
“ok bagus. Tolong pertemukan
mereka dengan Pak Subagyo untuk memastikan bahwa mereka adalah siswa beliau”
“Siap laksanakan!”
“Hahahaha, ndak mungkin kalau
siswa saya sampai berani mencuri kaya gitu. Ngawur ah ahaha”
“baik pak mari saya antarkan ke
ruangannya”
Sebelum meninggalkan ruangan
tamu, Pak Komandan dan Pak subagyon saling berjabat tangan, polisi yang
bertugas menuntun sang kepala sekolah menuju ke ruangan tiga siswa yang sedang
di tangkap pada malam itu.
Keheningan
malam yang syahdu. Dimana desiran angin terdengar jelas, namun sayang, suara
ambulan membuat beberapa orang terbangun dari tidurnya. Yang tak paham pasti
akan kembali tertidur dan menutup kepalanya dengan kemul, yang paham tentu saja
berusaha bangkit dari Kasur, kemudian melakukan ibadah malam kepada sang
pencipta. Bersyukur atas nikmat kehidupan yang diberikan padanya pagi itu.
Surakarta, 18 Oktober 2019
M H A
0 komentar:
Posting Komentar