Rabu, 04 November 2015

Kumpulan Cerpen; GILA

Gila


            Asap menyembul dari knalpot. Jalanan sudah sesak oleh kendaraan. Orang mau menyebrang saja susah. Perlu suatu kebejanan sajalah orang bisa sampai ke seberang. Dimana jika ada orang yang sembrono menyebrang. Biasanya para penyupir itu menekan keras-keras klaksonnya agar si penyebrang jera. Lalu ada motor. Sang pengendara itu sadar jika jalanan sedang ramai-ramainnya. Maka dia melakukan taktik tersendiri. Dia turun dari motornya. Pertama orang-orang di sekitar sana tak ada yang peduli. Tapi, rupanya sang pengendara motor tadi sedang mengalami suatu gangguan. sehingga tanpa di duga, dia lempar itu motor ke tengah jalan. Truk kontainer yang sedang melajupun harus menggenjet semua rem secara bersamaan. Sedangkan bus patas yang sedang ngebut-ngebutnya turut mengerem dengan cara yang sama.  meski akhirnya tetap nabrak kontainernya. DUES....! orang di sekitar lokasi pada histeris. Jalanan macet total. Dan polisi langsung bergerak ke tempat kejadian. Sang pengendara yang melempar motornya tadi Cuma tertawa melihati kejadian yang sedang dilihati. Motornya remuk akibat keplindes truk, tapi dia biasa saja. Lalu dia menyebrang dengan santai karena semua kendaraan berhenti total.
            Polisi datang, situasi di sekitar langsung di netralkan. Di tempat itu polisi sempat kaget, karena menurut saksi mata. pelaku melempar motornya ke jalan hanya untuk menyebrang.  Lantas polisi tadi membekuk pelaku yang masih berdiri di lokasi kejadian. Dia tidak melawan dan manut saja digiring untuk di tanyai.
“kenapa Bapak melakukan itu!”
“tidak tahu”
“lho. Kok nggak tahu? Bukannya Bapak tadi ngelempar motor bapak”
“iya betul”
“terus, apa alasan bapak sampai melempar motor bapak”
“untuk menyebrang”
“lho, gimana sih Bapak ini. Wong cuman mau nyebrang kok motor di lempar. Lihat tuh.  Akibat ulah bapak. 6 korban meninggal dunia”
Sang pemilik motor diam saja. sedangkan polisi tadi masih tak habis pikir
“saya tahu pak kalau jalanan sekarang udah ramai. Saya juga memaklumi kalau mau menyebrang itu sulit. Tapi ya dipikir dululah. Kita kan bisa ngawe-ngawe dulu sebelum menyebrang. Ketimbang ngelempar motor. Toh, motor bapak juga remuk kan. Ruginya jadi berkalilipat”
Sang pemilik motor Cuma diam. Tapi matanya dari tadi sesekali melirik ke luar. Polisi cuma membiarkan dan menyuruh polisi yang lainnya agar menaruh pelaku ke sel tahanan untuk di sidang besoknya. Tapi setelah mau di borgol, pemilik motor itu langsung berontak.
“apa-apaan ini. Apa salah saya!”
Polisi tadi makin bingung dengan kelakuan pelaku.
“kesalahan anda adalah membuat kecelakaan serta membuat kemacetan panjang. Selain itu. anda juga sama saja telah membunuh orang”
“pak polisi, saya mau tanya”
“apa?”
“saya ini orang gila, masak orang gila mau di jeblosin penjara. Kan nggak ada UU nya. Gimana to bapak ini. Ya wajar lah saya ngelempar motor saya. Namanya juga orang gila. Jadi saya boleh bertindak sesuka saya”
Dahi polisi itu mengkerut. Sedangkan rekannya tadi Cuma bengong menunggu otaknya ngerespon.
“bapak ini waras. Bukan gila”
“lha buktinya. Saya ngelempar motor saya. Mana ada orang waras yang mau ngelempar motornya”
“lha bapak juga. Jika gila, kenapa masih bisa menanggapi omongan saya”
Lalu hening seketika. Kemacetan sudah melebihi 12 kilometer. Truk dan bis yang mengalami kecelakaan tadi juga sudah di derek ke pinggiran jalan. Orang-orang masih berkerumun di tempat kejadian. Sedangkan para wartawan dari berbagai televisi tetap meliput dan meng-stand by kameranya. Disaat semua berlangsung. Pemilik motor yang dari tadi diam tiba-tiba tertawa terbahak-bahak
“gwahahahaha...... hahahahaha........”
“ada apa ini!” polisi yang mau memborgol tadi ketakutan.
“aku ini gila goblok! Aku gila! Aku gila! Gwahahaha........hahaha.......”
“apapun pengakuan Bapak. Bapak tetap kami tangkap”
“apa! Saya di tangkep! Gyahahaha....... mimpi lu...”
Para polisi yang mengamankan tempat kejadian yang mendengarkan ketawaan tadi langsung mendatangi tempat pelaku. Sedangkan sebagian wartawan juga berlari kesana karena penasaran juga. Tak selang beberapa waktu. Semua berkumpul di situ. Polisi yang dari tadi menanyai langsung menyiapkan pemukulnya. Pelaku masih tertawa dan mengigau tidak jelas.
“pak, ini orang gila apa waras?” tanya polisi yang baru datang
“dia itu waras, cuman pura-pura gila. Jadi mendingan kita buat dia pingsan dulu”
Polisi yang baru datang itu Cuma mengangguk dan di pukulnya pemilik motor itu berulang kali sampai babak belur. Sampai megap-megap. Sampai tak sadarkan diri dan akhirnya pingsan.
            Besoknya sidang di mulai. Keluarga para korban juga sudah pada datang di persidangan. Sedangkan pelaku Cuma duduk dengan tenang di kursinya. Sang hakim lalu memutuskan pelaku langsung bersalah dan di hukum mati dua hari lagi.
“sebelum sidang di tutup, apakah pelaku mempunyai pesan terakhir untuk di sampaikan?”
“punya yang mulia hakim”
“silakan katakan”
Lalu dia berdiri sambil menghadap ke para penonton yang hadir saat itu
“disini saya merasa sangat menyesal dan juga kecewa. Saya menyesal karena tidak bisa melakukan yang lebih heboh dari ini. Dan saya juga kecewa. Bahkan sangat kecewa karena tak ada yang mau percaya jika saya ini benar-benar gila. Apa bukti saya itu kurang bahwa saya ini orang gila. Atau memang orang sekarang itu sulit mempercayai orang yang lainnya?. Mereka Cuma memutuskan tok. Mereka Cuma pilih-pilih. Jika saya orang penting pasti hukumannya nggak bakalan sampai hukuman mati. Saya aja yang gila di hukum mati. Keadilan sudah punah. Dan orang-orang juga tak ada lagi yang saling bela membela. Jadi disini dengan sangat kecewanya. Saya mau membuktikan lagi bahwa saya ini benar-benar gila”
Lalu dia keluarkan bom yang ada di dalam pakainnya. Rupanya dia masih menempelkan bom itu di badannya. Lalu dia menghitung mundur dari lima. Semua yang disitu berlarian keluar.
“kalian lari percuma. Bom ini bisa meletus sampai 200 meter lho”
Sang hakim yang gemuk itu pasrah saja. karena sudah terlambat untuk lari. Dan pada hitungan ke satu. Suara letusan keras terdengar sampai radius 2 kilometer. DUAAARRR.........

M HABIB Amrullah

            6 Oktober 2014

0 komentar:

Posting Komentar