softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Selasa, 20 Juni 2017

Perjalanan Hati kehadirat tuhan



1
Sesungguhnya, bidayah (permulaan) itu bagaikan cermin yang memperlihatkan nihayah (akhir). Siapa yang bidayahnya selalu bersandar kepada Allah, pasti nihayah-nya akan sampai kepada-Nya.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

            Artinya, permulaan seorang murid adalah gambaran akhirnya. Jika di awal ia sudah memiliki tekad kuat untuk menghadap Allah dan berjuang dalam ibadah dan riyadhah, maka di akirnya nanti ia akan mendapatkan kemenangan besar. Begitu juga sebaliknya.

2
Yang harus dikerjakan ialah amal ibadah yang engkau sukai dan semangat dalam melakukannya, sdangkan yang harus diabaikan ialah hawa nafsu dan urusan dunia yang sering memengaruhi.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

            Yang harus dikerjakan adalah amalan sholeh yang mendekatkanmu kepada Allah. Adapun yang harus diabaikan dan tidak perlu dipedulikan ialah keinginan hawa nafsu dan maslahatmu yang akan sirna.

3
Siapa yang yakin bahwa Allah menyuruhnya melakukan ibadah, pasti ia bersungguh-sungguh menghadap kepada Nya. Siapa yang mengetahui bahwa segala urusan itu di tangan Allah, pasti bulatlah tawakalnya kepada-Nya.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

4
Bangunan alam ini pasti rusak binasa. Lenyap pula semua barang berharga yang ada di dalamnya.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

5
Orang yang sempurna akalnya ialah yang lebih bahagia dengan yang kekal daripada yang rusak binasa karena cahaya hatinya telah terang dan tanda-tanda cahaya itu tampak pada air mukanya.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

Orang yang berakal ialah orang yang lebih bahagia dan gemar kepada akhirat daripada kepada dunia yang fana.

6
Orang yang berakal memalingkan mukanya dari dunia ini, mengabaikannya dengan memejamkan mata, dan terus berlalu meninggalkannya. Ia tidak menganggapnya sebagai tanah air atau tempat tinggal.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

Dia bisa melihat jelas apa saja yang perlu dijauhinya di dunia ini. ia tidak menjadikan dunia sebagai tempat berleha-leha atau tempat bersenang-senang. Tidak pula menjadikannya sebagai tempat tinggal yang dicintainya.

7
Bahkan semangatnya terus bangkit untuk segera sampai kepada Allah dan terus berjalan menuju-Nya sambil berharap pertolongan-Nya agar segera sampai.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

8
Kendaraan semangatnya terus berjalan tiada henti sampai berlabuh di hadirat Ilahi, di atas hamparan kesenangan, tempat kelapangan, berhadapan dengan-Nya, bercakap-cakap dan menyaksikan-Nya, dan bersimpuh di tempat belajar ilmu-Nya sehingga hadirat Ilahi itu menjadi sarang hati mereka. Ke sana mereka kembali dan di sana pula mereka tinggal.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

Biasanya yang menghalangi kendaraan tekad itu ialah sikap bergantung kepada selain Allah, misalnya terhadap dunia.

9
Apabila mereka tiba di langit kewajiban (menunaikan kewajiban) atau turun ke bumi kepentingan (hawa nafsu) hal itu terjadi dengan izin dan keyakinan yang mendalam. Mereka tidak menunaikan kewajiban dengan lalai dan menyalahi adab. Demikian pula bila menuruti hawa nafsu, bukan semata-mata dorongan syahwat yang meluap atau kesenangan duniawi, tetapi mereka masuk ke dalamnya dengan pertolongan Allah untuk meraih keridhaan-Nya, menuruti tuntutan-Nya, dan berharap kepada-Nya.
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

10
Katakanlah “tuhanku masukkanlah aku melalui pintu kebenaran dan keluarkanlah aku melalui pintu kebenaran pula supaya pandanganku tetap bulat pada kekuasaan dan kekuatan-Mu ketika Kau memasukkanku, dimikian pula kepasrahan dan ketundukanku selalu kepada-Mu ketika Kau mengeluarkanku”
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –

11
“Dan berikan untukku, langsung dari-Mu kekuatan dan pertolongan yang membantuku untuk melawan nafsuku, membantu kawan-kawanku dan orang-orang yang kukasihi, serta membantuku untuk mengenali kelemahan diri dan melenyapkanku dari kurungan perasaanku, bukan kekuatan dan pertolongan yang membantu nafsu dan musuh-musuhku.”
– ibnu Atha’illah al-Iskandari –



Disadur dan diringkas dari buku AL-Hikam (Hal 359-370)

AHAMMIYATUSY-SYAHADATAIN



            Kenapa Syahadatain itu sangat penting? Karena dengan bersyahadat seseorang bisa menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Syahadat juga merupakan gerbang utama seseorang untuk masuk agama islam. Mempelajari dan memahami Ahammiyatusy-syahadatain itu sangatlah penting bagi seorang muslimin. Bahkan dahulu para Nabi pun berkorban untuk memperjuangkan Kalimat ini. Dan kalimat inilah yang juga menjadi penggerak dakwah dari jaman nabi hingga sekarang ini.

            Mereka yang mendapatkan pahala dari Allah adalah yang bersyahadat. Pengakuan syahadat laa ilaaha illa Allaah belum dianggap syahadat bila hati dan akalnya belum benar-benar mengakui jika ‘tidak ada tuhan yang patut di sembah selain Allah’. Syahadat harus diucapkan dengan tegas dan penuh dengan penjiwaan dan keyakinan, serta tidak boleh plin-plan atau malah murtad.

Kepentingan bersyahadat

            Syahadatain adalah rukun islam yang pertama. Syahadatain ini penting karena sebagai dasar dan asas bagi rukun islam lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun iman dan Dien. Sebab-sebab kenapa syahadatain itu penting adalah :

1.              1.    Pintu masuknya Islam
2.              2.    Intisari ajaran Islam
3.              3.    Dasar-dasar perubahan menyeluruh
4.              4.    Hakikat dakwah para rasul
5.              5.    Keutamaan yang besar

1.      Madkhal Ilaa Al-Islaam (pintu masuk ke dalam islam)

Syarat diterimanya amal seseorang adalah dengan mengucapkan Syahadatain. Bila tidak, maka amal-amal yang selama ini dikerjakan adalah sia-sia bagai fatamorgana yang terlihat namun sebenarnya tidak ada. Dan Syahadatain jugalah yang membedakan seseorang beriman atau kafir.
       
      Pentingnya mengerti, memahami, dan melaksanakan Syahadatain harus kita realisasikan dalam hati dan kehidupan sehari-hari. Manusia bisa berdosa karena telah melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain. Manusia bisa menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap kalimat Laa ilaaha Illa Allaah.

       Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para Malaikat, dan orang-orang yang berilmu yaitu para nabi dan orang-orang yang beriman kepada mereka.

Dalil :
-          Qs (47 : 19)
“maka sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah. Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”

-          Hadits :
Diriwayatkan dari Utsman RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda barang siapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tak ada tuhan disembah kecuali Allah, ia masuk surga. (Dalam Kitab As Sahih)

-          Qs (37:35)
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illa Allaah" (tiada Tuhan melainkan Allah) mereka menyombongkan diri”

-          Qs (3:18)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

-          Qs (7:172)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) "

-          Qs (25:23)
“Dan Kami menghadap kepada apa yang mereka telah kerjakan dari amal (baik), lalu Kami jadikan dia debu yang beterbangan”

-          Qs (39: 64-65)
“Katakanlah apakah patut sesuatu yang lain dari Allah, kamu suruh aku menyembah, hai orang-orang yang bodoh? Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada mereka yang sebelummu, bahwa jika engkau menyekutukan Allah, niscaya gugur amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi”

2.      2.   Khulaashah Ta'aaliim Al-Islaam (Intisari Ajaran Islam)

Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahaman pada syahaadatain. Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini. Ada 3 hal prinsip syahaadatain :

o   Pernyataan Laa ilaaha illa Allaah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah SWT saja. Melaksanakan minhajillah (sistem/aturan Allah SWT) merupakan ibadah kepadaNya.
o   Menyebut Muhammad adalah Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW sebagai Rasulullah dalam mengikuti Minhajillah.
o   Penghambaan kepada Allah SWT meliputi seluruh aspek kehidupan. la mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.

Makna laa ilaaha illa Allaah adalah penghambaan kepada Allah SWT Wujud penyerahan diri hanya kepada Allah saja yang menciptakan manusia.

Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid yaitu kalimat laa ilaaha illa Allaah. Melalui contoh Nabi SAW, manusia melakukan ibadah yang tepat dalam melaksanakan syariat Islam. Muhammad SAW adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan termasuk bagaimana cara mentauhidkan Allah SWT.

Aktifitas hidup hendaknya mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, karena dengan mengikutinya akan mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah SWT saja.

Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah SWT Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.

Dalil :

-          Qs (2:21)
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”

-          Qs (51:56)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.”

-          Qs (21:25)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

-          Qs (33:21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

-          Qs (3:31)
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu: Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

-          Qs (6:162)
Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam".

-          Qs (3:19)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab Nya”

-          Qs (3:85)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yang merugi”

-          Qs (45:18)
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang­orang yang tidak mengetahui”

-          Qs (6:153)
“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”

3.   3.      Asaas Al-Inqilaab (Dasar-dasar Perubahan)

Syahaadatain mampu merubah manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.

Ada perbedaan penerimaan syahaadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan pemahaman terhadap makna syahaadatain secara bahasa dan pengertian/ pemaknaan, serta sikap konsisten terhadap syahaadah tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak.

Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahaadatain. Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid (penghamba), yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah SWT Syahaadatain telah berhasil merubah masyarakat dahulu maka syahaadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi baik.

Perubahan individu contohnya terjadi pada Mush'ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang dai, duta rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud.

Beberapa reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat tauhid sangat beragam. Mereka yang menggunakan akalnya akan dapat mudah menerima kalimat tauhid tetapi sebaliknya mereka yang menggunakan hawa nafsu serta adanya berbagai kepentingan akan menyulitkan mereka memahami kalimat tauhid.

Musuh Allah seperti kaum musyrikin senantiasa memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid. Orang yang beriman dalam sejarah selalu mampu mempertahankan keimanannya dalam menghadapi serangan musuh secara fisik, tetapi terkadang umat Islam kalah dengan serangan opini dan pemikiran seperti yang terjadi pada saat ini.

Dalil :
-          Qs (6:122)
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah­tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”

-          Qs (33:23)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang­orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)”

-          Qs (37:35-37)
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illa Allaah (Tiada Tuhan melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul sebelumnya”

-          Qs (85:6-10)
“Ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”

-          Qs (18:2)
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik”

-          Qs (8:30)
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya”

4.   4.      Haqiiqah Da'wah Ar-Rusul (Hakikat Seruan Para Rasul)

Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad SAW membawa misi dakwah yang sama yaitu syahaadah. Makna syahaadah yang dibawa juga sama yaitu Laa ilaaha illa Allaah. Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah SWT saja. Allah sebagai ilah adalah misi para Nabi untuk disampaikan kepada seluruh manusia.

Dalil :

-          Qs (60:4)
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata) "Ya Tuhan kami hanya Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali".

-          Qs (18:110)
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

5.   5.      Fadhaail 'Azhiimah (Ganjaran yang Besar)

Banyak ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah SWT dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW Ganjaran dapat berupa material ataupun moral. Misalnya kebahagiaan di dunia dan akhirat, rezeki yang halal serta keutamaan lainnya. Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi (keterlibatan) syahaadah dalam kehidupan sehari-hari. Dihindarkannya kita dari segala macam penyakit dan kesesatan di dunia dan di akhirat.

Dalil :

Hadits : “Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimat syahaadah”

Hadits : “Orang yang pada akhir kalimatnya (waktu ajal) mengucapkan Laa ilaaha illa Allaah dijamin masuk surga”

Hadits : “Dua perkara yang pasti, Kata Rasulullah SAW Maka seorang sahabat bertanya, Apakah perkara itu ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab, Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia tetap masuk surga (HR. Ahmad)”


Disadur dari : http://kajiantarbiyah.blogspot.co.id/2007/06/ahammiyatusy-syahadatain.html dengan beberapa tambahan dan pengurangan.

Senin, 19 Juni 2017

Rupa dari masa ke masa...

Bayi


SD


SMP


SMA KLS 10

SMA KLS 11


SMA KLS 12




Novel; Arthof's Journey (Hal 4-7)

            Di pagi hari ini. Semilir udara dingin terasa membangunkan bulu halus di kulit. Matahari sudah nampak setengah sisi, dan aku sudah bersiap untuk makan pagi. Ibu menyiapkan makanan di meja. Sedangkan ayah menyusun piring untuk santap kami bertiga. Seperti biasa kami sarapan pagi bersama di meja makan sambil berbicara satu sama lain.

“kok matamu dari hari ke hari makin bertambah kantungnya Thof?” tanya ayah penasaran.
“mungkin kantung mataku berbanding lurus dengan semakin dekatnya ujian sekolah semester satu ini yah” jelasku sambil tetap fokus melahap makananku.
“belajar itu bagus, tapi jangan sampai kelewatan. Hal baik terkadang juga ada batas nya”
“iya yah”
“kamu disana nggak dibully kan” tanya ibu. Entah karena maksud apa ibuku menanyakan perihal tersebut.
“ibu ini kok nanya kaya gitu. Siapa juga yang berani negbully anak kita” kata ayah.
“kan dia jarang olahraga, takutnya orang tau kelemahannya”
“jangan khawatir bu. Murid-murid disana pada baik kok” kataku.
“tapi misalnya kamu melihat ada temanmu yang di bully. Kamu harus berani membelanya” kata ayah
“oke yah”

            Setelah menghabiskan sarapan pagiku. Aku bersiap menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan ke sekolah. Tak lupa aku pamit kepada kedua orang tuaku. Mencium kedua tangan mereka. Lalu beranjak pergi menuju sekolah.

            Udara jalanan pagi selalu sejuk. Jalanan beraspal halus. Sedikit orang-orang yang berlalu lalang di pagi hari. Kebanyakan mereka masih berada di rumah. Entah masih ngorok atau masih bersiap untuk melakukan aktivitas hari ini. Aku berjalan agak cepat. Jarak antara rumahku dan sekolah berkisar antara satu kilometer. Aku berjalan karena tidak memiliki sepeda.

            Di pertengahan jalan antara sekolahku dan rumah. Aku menemui seorang anak laki-laki kecil sedang menangis. Dari pandanganku. Kira-kira usianya sekitar empat tahunan. Mengenakan kaos biru kusam seperti pel yang tidak pernah dicuci. Aku pikir dia hanyalah anak yang kesasar atau seorang gelandangan yang kurang makan. Aku tak tega ketika seluruh orang yang ada di sekitar sini membiarkannya begitu saja.
(dasar orang-orang. Apa mereka semua sudah tidak punya hati) kataku dalam hati. Lekas aku menghampiri anak kecil itu dan menanyakan tentang keadaannya.

“kenapa kamu menangis dek?” tanyaku, aku tidak terbiasa mengurusi anak-anak. Bisa dibilang, aku tak begitu paham cara menangani mereka.
“hiks....hiks” dia masih saja menangis.
“cup-cup. Oh iya tunggu disini sebentar ya” kataku, segera aku berlari menuju minimarket di dekat situ. Lalu kembali lagi membawa sebuah eskrim di tangan kanan. Tentu saja aku membelinya dengan uang sangu yang diberikan ibuku tadi pagi, tapi tak apalah.
“ini dek. Mas belikan es krim. Tapi dengan syarat. Kamu harus berhenti nangis ya”
Aku berikan es itu. Dia menyahutnya. Membuka segelnya. Dan memakannya dengan lahap. Aku tersenyum. Lantas itulah saat yang tepat untuk menanyakan masalahnya.
“adek kenapa nangis?” dia tidak mendengar dan masih mengelamuti es krim yang aku beri. Aku tunggu saja dia menghabiskan es itu. Setelah habis aku kembali mengulang pertanyaanku.
“adek kenapa nangis?”
“itu ada ufo” dia menudingkan jari telunjuknya kelangit. Kaget dengan pernyataannya, seketika kepalaku menoleh kelangit mencari ufo yang disebutnya. Karena kaget aku sampai tak habis pikir kalau sudah digobloki oleh anak kecil. Sudah jelas pagi bolong begini mana ada ufo yang bakalan keleweran! Sambil menahan geram karena sudah ditipu, aku kembali menoleh kearah anak kecil itu. kali ini aku kembali dikagetkan. Dia sudah tidak berada di sini. Keberadaannya entah mengapa lenyap ditelan dinginnya pagi.

            Disaat yang sama, entah kenapa. Banyak sekali rintangan yang aku dapati pagi ini saat berangkat ke sekolah. mulai dari nginjek batu empuk (tai), njegur selokan, sampai dikejar anjing. Alhasil, aku terlambat 30 menit. Sesampai di gerbang sekolah aku berdo’a supaya hukumannya tidak terlalu berat. Semoga saja hukumannya tidak dipulangkan. Rasanya sia-sia pengorbanan yang aku berikan di pagi hari ini kalau toh akhirnya aku harus pulang kembali ke rumah dengan tangan hampa.

Sampainya di gerbang sekolah. Kepalaku sudah berisi berbagai alasan yang aku berikan jika ditanya kenapa tadi aku terlambat. Setelah menguatkan mental aku berjalan mendekati gerbang. Tidak ada orang yang menjaga. (mungkin ini hari keberuntunganku) lekas aku berlari menuju gedung utama. Hatiku masih cemas jika ada seorang guru yang menegur dan menangkap basah keterlambatanku.

Dengan hati was-was aku masih saja berjalan mengendap-endap menuju kelasku. Saat itu suasana terlihat berbeda. Sekilas aku merasakan kesunyian di sekolah ini. Entah apa yang kurasakan saat itu. sirup flambozen? Mereka tumpah dimana-mana. Ada sesuatu yang bertebaran. Semua berantakan. Arsip-arsip jatuh. Apa yang terjadi? Melihat kesekeliling rasanya perutku terpelintir. Makanan yang tadi pagi aku makan rasanya ingin sekali aku keluarkan kembali. Mataku menatap tajam kesana sini. Sirup flambozen kah? Bukan! INI BUKAN SIRUP! Kesadaranku yang semakin menipis membuatku membayangkan hal yang tidak wajar. Rasa tak percaya berjampur kaget membuat pandanganku tidak bisa membedakan antara yang nyata dengan ilusi. Aku menggebrakkan kaki berlari menuju kelas. Aku tidak lagi memikirkan masalah ketahuan terlambat atau tidak. Ada sesuatu yang lebih penting yang harus dipastikan saat itu juga. Hening, hampa, mencekam, adalah suasana yang kurasakan di sekolah pagi itu. Pagi dengan udara dingin, langit yang membiru, matahari yang bersinar terang, bahkan angin masih berhembus pelan menggetarkan ranting. Disaat suasana sebegitu indahnya tanpa sadar aku mendapati kejadian yang memilukan. Teman sekelasku berlumuran sirup. ITU BUKAN SIRUP! kali ini aku sadar. Aku kaget bukan main. Seluruh teman sekelasku terbunuh! Bukan Cuma itu. tapi, seluruh orang yang ada di sekolahan terbunuh. Mulutku menganga tidak bisa berucap. Menjerit juga tak bisa. Apa arti semua ini!

            Aku berlari. Mataku memerah mengeluarkan air mata tanpa henti. Perutku sedari tadi menahan mual yang semakin menjadi-jadi. Bau amis bertebaran dimana-mana menusuk hidung yang kian lama kian mengusik. Aku ingin keluar dari gedung ini secepatnya. Hatiku sedang menahan pilu dan amarah yang tak terbayangkan. Rasa dendam yang amat sangat ketika melihat seluruh temanku tergeletak tak bernyawa.
(SIAPA YANG TEGA MELAKUKAN INI!) aku tak bisa bebuat apapun. Aku juga tidak tau apapun. Sesampai di pintu gerbang sekolah. saat itu juga aku mengeluarkan seluruh isi perutku.


“HOOOEEKHH......!!!”


           MHA

Novel; Arthof's Journey (Hal 1-4)



Chapter 1

            Apa arti hidup di dunia ini? Itu adalah salah satu pertanyaan yang sering aku ajukan untuk diriku sendiri. Kesenangan? Itulah kata sebagian orang yang menafsirkan kehidupan. Mereka hidup untuk senang. Bersenang-senang dengan segala yang ada di dunia ini. Tapi apa benar seperti itu. Entahlah, yang jelas aku tidak sependapat dengan pemahaman itu. bagiku kehidupan mempunyai makna yang lebih besar dari bayangan setiap orang. Dia dekat tapi tidak terlihat. Dia ada tapi tidak terjamah. Walau seribu kali lebih selama hidupku selalu memikirkannya. Aku tak menemukan makna apapun dari hidup yang akan kujalani kelak. aku sendiripun masih bingung tentang jalan hidupku yang harus kutapaki di masa mendatang. Gelap. Mungkin kata itu yang bisa terlukiskan saat aku membayangkan hidupku dimasa yang akan datang.

“hei Fi, kau tau apa itu arti kehidupan” tanyaku pada luthfi, teman satu kelas yang kebetulan satu meja denganku
“lha kamu sekarang lagi apa? Hidupkan. Nah, itu kehidupan” katanya cuek.
“kamu ngejawabnya nggak niat bener sih” gerutuku padanya.
“pertanyaanmu itu yang terlalu ambigu”
“hmm.... terserah deh” aku menolehkan muka dengan cuek ke arah lain.

Aku kembali melamun. Mataku menatap keluar jendela. Langit biru membentang diangkasa. Tak bosan-bosannya aku selalu menatapnya sambil melihati gumpalan awan putih yang berlabuh melayari langit biru bagai kapal yang berlayar dilautan. Dulu, tak jarang aku menerka, menebak bentuk-bentuk mereka dengan benda-benda lain. sangat mengasyikkan. Tapi kini aku tak akan sempat melakukannya. karena banyak sekali waktu luangku yang tersita oleh kesibukan.

“Arthof!” seseorang memanggil namaku. Aku segera tersadar dari lamunan.
“coba kamu maju kedepan untuk mengerjakan soal di papan tulis” kata pak guru. Wajah beliau menunjukkan rasa tidak senang. Mungkin karena aku tidak begitu memperhatikan pelajarannya.
“baik pak” aku segera mengangkat badan dan beranjak dari bangku.

Lalu aku maju kedepan. Mengerjakan soal matematika dengan cepat dan cermat. Padahal materi ini belum diajarkan di kelas. Jadi para murid yang berada di kelas tertegun. Mereka menatapku dengan kagum. Aku biasa saja. Hal itu sudah sering aku dapatkan. Tentunya itu membuatku senang dan bangga. Tapi, itu tak membuatku merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Apa gunanya hal tersebut. Lagian, itu tidak akan bisa menambah umurku.

“wah bagus, hebat kamu Thof!” kata pak guru sepersekian detik saat tanganku selesai menulis jawaban dari pertanyaan itu. kontan tepuk tangan para murid berderai memeriahkan ruangan yang semenjak tadi bisu.

            Itulah aku. Seorang yang tahun lalu menyabet rinking 1 paralel di kelas 2 smp Arhuza. Tak ada murid yang tidak mengenaliku. Dengan rambut hitam terjungkat rapi ke atas, wajah yang menawan. Kulitku yang kuning dan hidungku yang proporsional, dengan tinggi 170 cm. Aku termasuk golongan cowok ideal yang dikejar-kejar para wanita. Ini terbukti dari banyaknya surat pernyataan cinta mereka yang sering aku dapatkan di loker mejaku. Pernah ada juga yang bicara terang-terangan di depanku. Tapi dengan tulus aku menolak. Bukannya aku tak mau. Siapa juga yang nggak mau jika ada seorang wanita cantik yang menembakmu. Hanya, selama itu tidak memiliki manfaat apapun, maka aku tak akan mau berbuat hal itu. itulah yang sering diajarkan oleh kedua orang tuaku semenjak kecil. Menghindari hal yang tidak bermanfaat pada diri sendiri.

“hebatnya. Kapan-kapan ajari aku supaya pintar kaya kamu ya Thof” kata luthfi.
 Aku duduk kembali di kursiku “tapi sebelum itu, kamu harus bisa memenuhi beberapa syarat”
“memang apa syaratnya?”
“minimal belajar 3 jam sehari”
“banyak bener!” Ekpresinya yang optimis mendadak berubah sendu.
“kamu kira aku tidak belajar untuk mengerjakan soal itu” jelasku
“hah,... males deh”
“itu sih udah sifatmu dari dulu”
***


            Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Gerbang sekolah sudah memuntahkan ratusan murid yang telah menopang tas untuk pulang ke rumah masing-masing. Ada dari mereka yang bercanda dengan teman yang lain, ada yang sibuk memelototi gadgetnya, sebagian kecil ada yang membaca buku, dan ada pula yang menyendiri di balik kerumunan itu, yak itu aku. di keramaian ini. Aku memilih untuk menyendiri. Bukan berarti aku ini anti sosial. Hanya saja, dari kesibukanku belajar dan belajar. Ada saatnya aku ingin merenung walau untuk sekedar melepas beban.

“puk” seseorang memegang pundakku. Aku tidak menoleh karena sudah tau siapa orang itu.
“Oi Thof! sore-sore kok masih sempet ngelamun. Biar kutebak. Mmm...... pasti kamu lagi mikirin Nina kan? Hayo ngaku...” Candanya. Orang ini tiap hari memang selalu begitu.

Sesuai dugaanku, ternyata si Hashril. Nina adalah seorang bunga sekolah yang dikejar-kejar banyak pria. Namun sayang dengan sadis mereka ditolak mentah-mentah ketika mengutarakan perasaan mereka kepada Nina. Meski begitu, masih saja banyak laki-laki yang diam-diam memendam rasa padanya. Dan kalau mau tau, dialah yang dulu menembakku dan aku menolaknya. Tapi itu tak akan pernah kuceritakan kepada siapapun karena takut mengganggu reputasinya.

“atau lebih parah! Kamu lagi mikirin hal mesum!” tangan kanannya menutup mulutnya. Dia tertegun dengan pernyataannya sendiri.
“jangan samakan aku denganmu Shrul!” Ketusku.

Mendengar celotehan tak bermakna darinya sudah sering kudengarkan saat aku pulang sekolah. Sering kami berjalan bersama menuju rumah ataupun saat berangkat sekolah karena rumah kami juga searah.

“oi Hashrul”
“apa?”
“menurutmu. Apa arti kehidupan itu?” 
dia menoleh kearahku “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Tanyanya balik.
”entah mengapa aku selalu memikirkannya. Mungkin karena aku terlalu banyak berpikir” Jelasku.
Dia memegang dagunya “hmm... ini memang pertanyaan yang sulit. Tapi jujur aku tak begitu serius memikirkan hal itu”
“kenapa?”
“karena, kalau aku hidup ya hidup. Selagi aku diberi kehidupan, maka aku akan melakukan hal-hal yang ingin aku lakukan. Biasanya aku melakukan sesuatu dengan spontan sih. Dan adakalanya juga aku sering menemui situasi sulit dalam menjalani hidup. Emmh... seperti halnya saat nggak bawa alat tulis saat ulangan, atau pada saat aku mandi sabunnya habis, teruss... ketika beli belanjaan ibu pas dijalan dikejar anjing. Yah begitulah. Tapi itulah yang memberikan tantangan dalam hidup ini sehingga membuatnya menjadi berwarna. Jadi, hidup itu tantangan sob! Kalau datar-datar aja pasti bakal membosankan ya nggak!?” Katanya penuh dengan semangat.

Aku tersenyum simpul. Bukannya aku setuju dengan pendapatnya. Hanya sekedar menghargai apa yang sedang diutarakannya. Kalau dipikir-pikir Dia orangnya memang seperti itu. Meski begitu, dia adalah orang yang enerjik dan mudah diajak bergaul. Susah diam dan sering membuat masalah. Hashrul juga memiliki daya imajinasi yang amat kuat. Pintar menggambar dan bercerita. Dia memiliki bakat yang tidak kupunya. Dia pernah bercerita di depan orang banyak bila suatu saat dia bercita-cita menjadi seorang arsitek. Mungkin itu akan menjadi hal yang mudah baginya. Tidak sepertiku yang masih bingung mencari arti hidup. 

          Orang lain seenaknya menggapku berbakat karena aku pintar dalam semua mata pelajaran. Itu omong kosong. Mereka tak tau seberapa kerasnya aku belajar untuk mendapatkan nilai hampir sempurna di setiap mata pelajaran. Itupun kulakukan tanpa alasan apapun atau niat apapun. Mungkin karena tekanan dari semuanya yang menganggapku seorang yang jenius. Sehingga mau tidak mau aku harus menjaga nama itu dan belajar peng-pengan untuk mempertahankan gelar itu dari teman-teman. Sungguh memberatkan. Karena jika nilaiku jelek. Apa kata mereka nantinya?

“lalu, bagaimana menurutmu?” Hashrul bertanya balik.
“entahlah, aku masih belum berani menyimpulkan” kataku sambil tertunduk.
“kamu kebanyakan mikir sih. Kan jadi loro pikir. Lebih dari pada itu, bukannya lebih enak kalau kamu mikirin pasangan hidupmu di masa depan. kayaknya enak deh kalau udah punya pendamping hidup” mukanya berubah merah. Aku sudah bisa menebak didalam otaknya pasti sedang memikirkan hal-hal liar. Aku diamkan saja Hashrul tenggelam dalam lamunannya.

Mataku terpejam. Banyak sekali orang-orang yang berbeda menafsirkan arti hidup mereka. Setiap orang berbeda pula cara menyikapi pola hidupnya. Apa hanya aku disini yang tak tau arti dari hidupku sendiri. Mungkin aku memang terlalu banyak berpikir. Jika terlalu banyak pilihan. Sudah barang tentu akan sangat sulit untuk memilih dari sekian banyak opsi yang ada.

            Sudah lama kami berjalan. Dan Hashrul masih termabukkan angan-angan.
“hashrul!. Hei shrul!” jeritanku membuatnya tersadar dari lamunannya.
“ah..eh... apa?”
“udah selesai ngelamunnya?”
”hahhh.. Kau ini mengganggu puncak khayalanku saja” dia cemberut, aku hanya menahan senyum.
“paling puncaknya Cuma ngereskan. Ituloh rumahmu udah kelewatan 100 meter”
“buadalah!” dia kaget. Lekas memutar badan dan berlari kecil kembali menuju rumahnya “sampai jumpa. Hati-hati sama tai ayam yang berceceran!” katanya sambil melambaikan tangan dengan tinggi.
“yaa.....!” kataku membalas lambaiannya setengah bahu meski dia tidak menoleh kearahku.
(dasar hiperaktif) batinku.
***
Bersambung...

             MHA