Selasa, 08 Januari 2019

Salahkah Berpolitik?




Tak ada yang salah dalam berpolitik. Tak ada yang masalah jika ada seseorang yang ingin terjun ke dalam medan perpolitikan. Politik bagi saya tak lain hanyalah sebuah medan pertempuran dimana setiap orang bisa saling ‘membunuh’ dengan menggunakan media literasi, intelektual, kefahaman, strategi dan segala macam mushlihat yang ada. Tentu dengan tujuan yang berbeda-beda tergantung seseorang yang membawakannya.

Politik tak lain adalah perubahan gaya berperang dimasa lalu yang awalnya menggunakan pedang sebagai senjata utama, sekarang beralih menjadi diplomasi, menanandakan kemajuan ilmu pengetahuan dari sisi intelektual dan kemanusiaan.

Politik (Yunani: Politikos; Arab: سياسة, siyasah) (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

“politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan Bersama” (teori klasik Aristoteles)
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
“politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik”

Beberapa pengertian di atas adalah hasil yang saya petik dari Wikipedia Indonesia.

Dewasa ini kita banyak sekali melihat kaum muda yang alergi terhadap politik, mencium aromanya saja sudah membuat seseorang lari terbirit-birit (kecuali jika dikasih duit wkwk). Kebanyakan berfikir bahwa berpolitik adalah suatu perbuatan yang kotor. Sebagian berfikir politik itu mengarah ke praktek sara, sarkasme, makar, korupsi, dan berbagai hal lain yang menyengsarakan. Serasa berpolitik adalah suatu hal yang salah kaprah, begitu juga orang-orang yang terjun di dalamnya.

            Saya tidak tahu bagaimana dasar pemikiran kebanyakan orang bisa menjadi sedimikian ruwet. Mungkin banyaknya hal negatif tentang politik yang terus-terusan ter-ekspos di media membuat para rakyat mulai pobhia untuk tertarik dengan politik (meski bahasan politik sering di bicarakan secara diam-diam oleh bapak-bapak di kedai kopi). Tapi tidak untuk para pemuda-pemudi yang sekiranya masih enggan menerima politik dalam keseharian mereka.

Seharusnya ketika tahu bahwa politik yang sedang terjadi kini dirasa kurang sehat, bukan malah menjauhi, justru kita harus hadir untuk membenahinya. Bukan melulu harus menjadi anggota parlemen atau kementrian, atau tergabung dalam sebuah partai baru kita bergerak untuk merubah. Bahkan untuk berdakwah saja kita tidak perlu menjadi seorang ustadz atau ulama. Cukup kita menyampaikan satu ayat kebenaran yang bisa menyadarkan seseorang atau beberapa orang di sekitar kita, itu sudah termasuk berdakwah. Begitu juga dengan politik. Berpolitik tak melulu soal timses dan dukung mendukung siapa. Meski menjadi orang biasa, tak menutup kemungkinan kita bisa turut berkontribusi dengan berpartisipasi seperti : Memilih dengan akal sehat, menghindari suap, amplop, nasi bungkus, sumbangan di tengah pemilu dan memberantas berbagai hal yang menyeleweng di perpolitikan Indonesia.

            Bidang politik tidak hanya terbatas pada pemerintah, partai, dan parlemen, walau itulah asosiasi pertama pada ruang berpikir manusia jika disebut kata ‘politik’. Tanpa disadari, politik itu ada di setiap tempat manusia berinteraksi. bahkan politik bukan hanya di terapkan di tatanan negara saja, di sekolah, kampus, di tempat kerja, saat bernegosiasi dengan pedagang, serta membeli bauran produk untuk usaha. Itu semua pada dasarnya adalah praktik politik.


Menurut pandangan islam Politik disama artikan dengan Siyasah.

Siyasahسياسة  (politik) diambil dari kata  ساس  (saasa) yang artinya memimpin, memerintah,  mengatur, dan melatih. Dikatakan ساس القوم  (saasa al qauma) artiya dia memimpin, memerintah, mengatur dan melatih sebuah kaum. (Lihat: Al Munawwir, Hal. 677. Pustaka Progresif)



Siyasah sendiri berarti manajemen/administrasi (Ibid, hal. 688)

Dikatakan :

وسُسْتُ الرَّعِيَّةَ سِياسَةً أمرْتُها ونَهَيْتُها
“Aku telah mengatur rakyat baik dengan perintah atau larangan.” (Syaikh Fairuzzabadi, Al Qamus Al Muhith, 2/89. Mawqi’ Al Warraq)

Secara Istilah :
Imam Abul Wafa Ibnu ‘Aqil Al Hambali  berkata:

السِّيَاسَةُ مَا كَانَ مِنْ الْأَفْعَالِ بِحَيْثُ يَكُونُ النَّاسُ مَعَهُ أَقْرَبَ إلَى الصَّلَاحِ وَأَبْعَدَ عَنْ الْفَسَادِ ، وَإِنْ لَمْ يُشَرِّعْهُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا نَزَلَ بِهِ وَحْيٌ ؛ فَإِنْ أَرَدْتَ بِقَوْلِكَلَا سِيَاسَةَ إلَّا مَا وَافَقَ الشَّرْعَأَيْ لَمْ يُخَالِفْ مَا نَطَقَ بِهِ الشَّرْعُ فَصَحِيحٌ ، وَإِنْ أَرَدْتَ مَا نَطَقَ بِهِ الشَّرْعُ فَغَلَطٌ وَتَغْلِيطٌ لِلصَّحَابَةِ
“Siyasah (politik) adalah semua tindakan yang dengannya manusia lebih dekat dengan kebaikan dan semakin jauh dari kerusakan meskipun tindakan itu tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidak ada wahyu Al Quran yang turun tentangnya. Jika Anda mengatakan: “Tidak ada siyasah (politik) kecuali yang sesuai dengan syariat atau tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan oleh syariat, maka itu adalah benar. Tetapi jika yang anda maksudkan dengan siyasah  hanyalah yang dibatasi oleh syariat, maka itu kesalahan dan sekaligus menyalahkan para sahabat nabi.” ( Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqi’in, 6/ 26. Mawqi’ Al Islam)

Sehingga pada dasar Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan tentang makna “siyasah”:

الْقِيَام عَلَى الشَّيْء بِمَا يُصْلِحهُ
“Menegakkan/menunaikan sesuatu dengan apa-apa yang bisa memperbaiki sesuatu itu.”
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  6/316. Mawqi’ Ruh Al Islam).

Dilihat dari berbagai rujukan di atas, baik secara Bahasa, istilah, maupun pengertiannya. Pada dasarnya siyasah (politik) adalah tindakan yang mulia, yang mengantarkan manusia kepada kebaikan dan jauh dari kerusakan, singkatnya; upaya manusia mengatur manusia lainnya. Oleh karena itu, Imam Ibnul Qayyim menyebutnya sebagai keadilan Allah Ta’ala, hanya saja manusia terlanjur menyebutnya siyasah (politik).

Jadi pada dasarnya bersiyasah/berpolitik itu boleh-boleh saja. karena dengan itu kita bisa belajar banyak serta mengatur banyak hal. Mungkin negara kita tak akan bisa merdeka jika tak ada diplomasi intens dengan penjajah (di sela-sela perang yang berkecamuk di antara dua belah pihak). Mungkin negara kita juga tidak akan mendapat pengakuan secara de facto dari negara lain semisal Menteri kita tidak berpolitik dengan negara luar. Papua juga mungkin akan tetap menjadi medan pertempuran semisal tidak ada kesepakatan antara belanda dan Indonesia melalui sistem politisasi dan musyawarah yang pada akhirnya papua kembali berada di pangkuan bumi pertiwi. Jadi manfaat dari politik itu sangatlah besar.

            Berita seolah menyudutkan, memperlihatkan segala sisi jahat dari praktik politik. Membuat kebanyakan orang berasumsi buruk. Tak peduli dan bertingkah masa bodoh dengan pemimpin yang akan terpilih (karena mereka berfikir semua pemimpin itu sama saja, seperti halnya kata wanita yang tersakiti pasti akan bilang semua laki-laki itu sama saja). Sekali ada berita korupsi, nepotisme, kelaparan, kemiskinan, dan penangguran malah marah-marah dan berkata pemerintahan tidak becus. Ini juga harus dipikirkan oleh segenap masyarakat terutama mereka yang sudah layak untuk menggunakan hak pilihnya. Gunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin dengan bijak dan pikiran yang logis (jangan mengandalkan amplop yang hanya dibagikan selama empat atau lima tahun sekali). Bukan bersikap masa bodoh dan ketika saat kepemimpinannya tiba dan rakyat diperlakukan dzalim. Mereka hanya bisa memaki tanpa bisa mengubah apapun.

jangan sampai politik kotor menjangkit di diri kita dengan membenarkan praktek kecurangan yang ada. Harusnya sebagai masyarakat yang berfikir dan berpendidikan harus bisa mengantisipasi serta membangun perpolitikan yang luber jurdil (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil). Memang politik itu medan tempur antara kebaikan dan kejahatan, antara visi dan misi berbagai macam kepentingan dan golongan. Tapi tak menutup kemungkinan itu bisa berjalan baik dan tertib dengan menurunkan ego dan mengepentingkan kebersatuan.

Jadi intinya bukan politik itu yang salah, tapi orang yang ada di dalam sistem perpolitikan itu.  Jika isinya sebagian besar adalah orang-orang baik, saya yakin politik bersih yang di dambakan akan tercipta untuk mensejaherakan rakyat dan negara.

Selasa, 8 Januari 2019
Muhammad Habib Amrullah

0 komentar:

Posting Komentar