softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Selasa, 25 Desember 2018

Kumpulan Cerpen ; Process



            Hari yang indah bagi seekor anak ayam yang baru lahir, tak sempat merasakan hegemoni dunia tapi malah langsung terlindas mobil. Yang punya ayam memaki keras sang pengendara, sedangkan pengendara tanpa pikir Panjang kabur entah kemana. Hari yang cerah bagi ibu bakol bubur ayam, mencari nafkah dengan pekerjaan halal yang nanti dibelikan pangan untuk makanan anaknya.

            Semua butuh proses, seperti halnya Alpu, dia sedang konsentrasi menggiatkan kefasihannya dalam berbahasa inggris. Dia sudah bertekad bulat kalau tahun depan akan fasih berbahasa inggris dengan baik dan benar. Maka dari itu dirinya sekarang peng-pengan mempelajari seluk beluk Bahasa inggris yang nyatanya dapat menempeleng otak.

IKI JANE BOSO OPO TO!?” maki Alpu, sudah di ambang batas kesabaran. Dia sudah frustasi di hari pertamanya.
“kenapa Bahasa yang ribet kayak gini bisa jadi bahasa internasional, kenapa ngga Bahasa Indonesia aja yang simpel bahkan bisa di remake dan di singkat-singkat seenak udelnya!” keluhnya. Dia banting bukunya yang baru di beli berjudul. ‘cara cepat satu jam fasih berbahasa inggris’
Bulls*hit, IKI wes dua jam coeg” makinya lagi, kini terhadap buku itu.

            Di sela kepasrahan Alpu dalam memahami dan mempelajari Bahasa inggris, datanglah sesosok yang dikenal bernama Siti. Ya, dia adalah ibunya Alpu.
“kamu itu kenapa to le. Kok marah-marah ngga jelas gitu. Abis diputusin pacar?” tanya Bu Siti.
“jangankan pacar, kucing betina aja menjauh bu’e” kata Alpu, pasrah.
“jangan gitu dong, anak ibu kan gantengnya setara sama oppa plastique di film drakor” puji Bu Siti.
“dan sayangnya yang muji ya Cuma Bu’e. ah sudah, aku lagi stress ki Bu’e”
“stress goro-goro opo to le? Bendino kok gaweane stress”
I Don’t speak Bahasa Inggris Bu’e, angel” sahut Alpu.
“lah itu buktinya kamu pakek bahas inggris Pu?”
Really Bu’e?” kata Alpu tercengang, tak lama kemudian dia akhirnya sadar bisa sedikit melantunkan Bahasa inggris. “oh my god, aku iso boso inggris sitik-sitik” katanya kembali penuh kegirangan.
“makanya Pu ingat, belajar itu perlu proses ngga bisa langsung tiba-tiba bisa. Jadi nikmati proses itu lama-lama kamu akan terbiasa. Biarlah orang berkata apa tapi kalau kamu yakin dan maju terus Allah pasti bakal bantu dan memudahkanmu”
All right Bu’e. I’m akan semakin giat lagi studying Bahasa Inggris!” katanya penuh semangat.
“Nah gitu dong, itu baru anak mama. Ya udah jangan jerat-jerit lagi, lagian tuh sampah di depan di buang dulu”
“siap Mother” katanya, kemudian berjalan keluar rumah untuk membuang sampah.

            Perkuliahan memang berat, banyaknya jam pelajaran yang tidak sepaket seperti harus datang jam pagi, trus pelajaran berikutnya di sore hari membuat kebanyakan para mahasiswa sulit membagi waktu. Namun disini Alpu tak merisaukan masalah itu, dirinya disela-sela waktu kosong berusaha mempelajari kosa kata, Bahasa dan semua hal yang berkaitan dengan Bahasa inggris. Setiap kali bertemu seseorang yang kenal, selalu saja dia praktekan  itu langsung di depan umum.

“assalamualaikaum Brother, good morning
“Waalaikumussalam, kalau udah salam ngga usah pakek good morning pe’a”
no problem, this is latian”
“serah lu dah”

Lalu di sela-sela tanya jawab di perkuliahan, Alpu juga sering menggunakan Bahasa inggrisnya.

I want to ask. Apa bedanya system, process dan operation? Thank you

Hal ini membuat beberapa orang di kelasnya tercengang sekaligus menahan tawa, karena pelafalan Alpu dinilai masih banyak kesalahan, namun Alpu tak menggubris dan tetap memakai Bahasa inggris bahkan di kehidupan kesehariannya.

            Memang terdapat banyak cibiran bahkan dari temannya sendiri. Ada yang meledek, ada pula yang tak suka dan tanpa basa-basi menampol muka Alpu karena saking geregetannya, berusaha menyuruhnya berhenti untuk menggunakan Bahasa normal saja.
can not. I was determined untuk bisa speak english” katanya penuh tekad yang bulat. Teman-temannya hanya bisa menggelengkan kepala dan berdo’a agar Alpu kembali waras.

Sedangkan dirumah kurang lebih hampir sama.
“Le, tulung tumbasne merica lima ngewu ya”
Okay, ma’am” katanya sambil mengambil uang lima ribuan dari tangan Bu Siti.

Sesampainya di toko.
Hello, can I buy pepper here?” Kata Alpu dengan logat kejawen.
“HA?” Bulek yang berjualan tak mengerti dengan apa yang dicuapkan Alpu.
can I buy pepper here? in your toko kelontong” jelasnya kembali
“ngomong seng ceto to le, aku ki wis tuo ra mudeng basa gaul ngono kui”
“yaelah bulek, ini Bahasa inggris, bahasa international, Bahasa yang di pelajari oleh banyak negara di dunia. Kita harus selalu up to date dan belajar supaya tidak tertinggal oleh kemajuan zaman” Jelas Alpu dengan logat kemahasiswaannya.
“wis-wis ojo ngomongno masalah kui neng aku, saiki intine kwe arep tuku opo?”
“merica lima ngewu bulek”
“nah, garek ngomong ngono kok angel men” ketus bulek penjual toko kelontong. Seketika dia memberikan merica itu. dan Alpu memberikan uang lima ribuannya.
***

Seminggu sudah berlalu semenjak Alpu belajar Bahasa inggris yang baik dan benar. Namun kini dirinya diserang sebuah rasa yang menghambatnya untuk berkembang. ‘malas!’
“aduh rasanya kok aku Lazy banget yah. Mending aku ngegame dulu sebentar ah”
Sampai akhirnya dia kebablasan sampai tertidur lelap, alhasil hari itu dia gunakan untuk main game saja.

            Beberapa hari berlalu dan kini ritunitas Alpu yang semula selalu bersemangat menggunakan Bahasa inggris dimana saja dan kapan saja hilang tak berbekas. Entah sadar atau tidak lama-lama hal itu menjadi biasa dan terlupakan. Hingga akhirnya Alpu tersadar sudah empat hari tidak berlatih menggunakan Bahasa inggris lagi.
“AKH! Kenapa aku bisa malas begini, katanya mau bisa Bahasa inggris, tapi kenapa kok aku malah kayak gini” dirinya tidak terima dan terus menyemangati hatinya agar belajar. Dipeganglah buku ‘cara cepat satu jam fasih berbahasa inggris’ dia paksa baca buku itu walau tekanan bertubi-tubi menerpa.
‘ngapain baca buku lama-lama, mending main game seru’ bisik hati kecilnya membuat Alpu hilang konsentrasi.
‘ayo mainan game, tuh temenmu pada mytic masak kamu epic sendiri’ sahut hati kecil lain.
‘wah wah, kurang afdhal belajar kalau ngga beli kopi sama cemilan di KFC, kuy kesana dulu sekalian jalan-jalan’
‘refreshing aja sambil liat film di leptop. Dari pada stress belajar mulu ya kan?’
Pikiran-pikiran itu selalu membayang ketika Alpu mencoba berkonsentrasi menyerap materi.
“DIAM!!!” pekiknya dalam hati, mencoba mengusir bisikan jahat yang mencoba menggoda Alpu agar berhenti
“kenapa difficult banget sih buat concentration!” katanya lirih. Dia coba mengambil nafas, menangkan serta menguatkan diri untuk berusaha belajar lagi tanpa peduli rong-rongan dalam diri sendiri.
***

“hello everybody, introduce my name is Alpu, usually called alpu. here I will present a chapter entitled how to develop the right market share”

Semua orang di dalam kelas terpukau tak percaya, melihat Alpu yang kini sudah fasih dan mahir dalam berbahasa inggris.

okay, tanpa basa basi mari kita simak ulasan materi berikut ini”
Alpu memaparkan presentasinya yang full English. Membuat semua terpana karena tidak paham dengan materi yang ada, apalagi Alpu juga menjelaskan dengan Bahasa inggris, namun kesan itu ditangkap oleh sang dosen dan di apresiasi. Teman-temannya yang dulu sering mengejek kini insyaf dan ikut-ikutan menerapkan cara belajar Alpu.

Alpu masih ingat ketika harus melawan rasa malas yang sempat mematikan keinginannya mempelajari Bahasa inggris. Entah apa jadinya kalau dia saat itu sampai sekarang menuruti hawa nafsunya. Yang jelas Alpu masih bertahan dan tabah melakukan hal Gaje itu hampir kurang satu semester ini. Sampai-sampai ia menerima label ‘manusia-manusia gaje’.

Namun semua pengorbanan itu telah terbayarkan. Berawal dari hal Gaje dan bikin mangkel banyak orang, jika dilakukan terus menerus akan berbuah hasil seperti apa yang dia dapat, bahkan lebih.


Rabu, 26 Desember 2018

   MHA





resources image : https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiF89CV6LzfAhVHNI8KHaO1Dj0QjRx6BAgBEAU&url=http%3A%2F%2Fblogpengertian.com%2Fpengertian-belajar-moltivasi-belajar-teori-belajar%2F&psig=AOvVaw3NFHRmsB0cNEwY1q8uOdqS&ust=1545890228697482

Kamis, 20 Desember 2018

Manajemen Dakwah




Dalam dakwah tentunya memiliki tujuan. Dan sebuah tujuan tak akan tercapai tanpa cara atau konsep yang jelas. Disitu harus tercipta alur, guna melancarkan tujuan dakwah itu sendiri. Ibarat jalan beraspal yang memudahkan sebuah kendaraan sampai ke tempat tertentu.

Untuk sebuah alasan tertentu, mengapa dakwah sangat penting, apalagi di lingkungan kampus? Karena kampus memiliki kekhasan tersendiri dalam pergerakannya dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi lebih terhadap masa depan suatu bangsa. Mahasiswa merupakan cadangan masa depan. ketika dakwah kampus bisa dilakukan dan di terapkan di kampus, diharapkan akan melahirkan generasi yang berafiliasi terhadap islam, dan kedepannya akan menyalurkan keislamannya pada lingkungan sekitarnya ketika sudah lulus.

Dalam manajemen dakwah, Lingkup dakwah di bagi menjadi empat yaitu Pramula, Mula, Madya, dan Mandiri. Proses ini bisa dibilang terukur dan compatible dimana skala yang di terapkan sudah sesuai dengan kadar kapasitas masing-masing tahapan. Namun yang menjadi problema adalah penerapan yang terkadang masih jauh dari harapan. Mungkin akan dibahas di paragraph selanjutnya.

Capaian yang sebenarnya diinginkan ialah membina Insan memiliki sifat 10 muwasofat :
1.      Salimul ‘Aqidah (Aqidah yang selamat)
2.      Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar)
3.      Matinul Khuluq (Akhlaq yang tegar)
4.      Qadirun ‘alal kasbi (mampu bekerja)
5.      Mutsaqaful Fikr (berwawasan luas)
6.      Qawwiyul Jism (Fisik yang kuat)
7.      Mujahidun li nafsi (Etos kerja yang tinggi)
8.      Munazham fi syu’nihi (Tertata Urusannya)
9.      Haritsun ‘ala Waqtihi (Menjaga waktunya)
10.  Nafi’ul li ghairihi (Bermanfaat bagi yang lainnya)

Fase dakwah terbagi menjadi 4 yakni :

-  Fase Tablig dan Ta’lim (fase pengenalan, penyebaran fikrah. Yang semula tidak tahu menjadi tahu)
-    Fase Takwin (Fase pembentukan, penyeleksian, dan latihan beramal)
- Fase Tandzim (fase pengorganisasian, penyusunan pasukan, dan pemobilisasian potensi)
-    Fase Tanfidz




Gambar :
https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjHyeul4a7fAhXHv48KHQNcCWMQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fcovtrustblog.com%2F2014%2F05%2F13%2Fstart-improving-your-finances-with-something-simple%2F&psig=AOvVaw16qxF0BKBTYcYtPxc32JTh&ust=1545407382217023

Minggu, 25 November 2018

Kumpulan Cerpen ; Kondisi Dewasa Ini



Masih ingat dalam kenangan, lantunan lagu yang menggetarkan badan. Rasa yang begitu enak memancar dalam tubuh. Bagai bius yang mengalir lincah ke urat syaraf tubuh. Susah dan sulit, ketika mencoba untuk kembali seperti dulu. Sekiranya apa yang mungkin bisa aku lakukan ketika badan susah untuk di gerakkan. Mencoba merangkai tujuan, namun selalu kandas di tengah jalan. Derai air masih terdengar syahdu. Sepertinya hujan akan segera turun. Kembali tanganku membelai rambut. Menjambaknya dan memuntalnya tanpa ada tujuan yang jelas.

“ah, aku lupa bawa helm lagi”
“kirain lo sengaja”
“gila. Ini kota bro. Ketauan polisi, ilang dah dua ratus ribu”
“hujannya makin deres nih. Nepi dulu yuk. Lo pasti juga lupa bawa mantol” kata sahabatku
“tau juga lo”
“biasanya kan helm sama mantol sepaket di otak lo. Kalau yang satu ketinggalan, yang satunya pasti jugalah”

            Akhirnya kami menepi menghindari hujan yang nampaknya akan segera berkecamuk.
“Besok hari senin” kataku yang kini sedang duduk di samping sahabatku. Sambil menepi di emperan toko yang tutup. Motor kami parkirkan di dekat sini. Hujan deras mengguyur dengan gilanya. Jikalau tadi kami tidak lupa membawa mantol, mungkin kami akan sampai ke rumah lebih cepat.
“ya, aku tahu, biasa ajalah. Apasih yang harus di takutkan waktu hari senin”
“upacaranya lah bro. Malem ini sudah pasti aku sibuk nyari perlengkapan buat upacara nanti. Kalau nggak, bisa kena hukum deh nanti”
“iya sih, memang merepotkan. Tapi, upacara bendera itu juga untuk menghormati jasa pahlawan kita yang telah memperjuangkan negara ini. Sudah sewajarnya kita berterimakasih dan melakukan hal ini. toh juga tidak lama. Cuma satu sampai dua jam dalam seminggu. Sedangkan para pahlawan kita sudah berkorban ratusan tahun untuk negeri ini”
“yaelah tong, ceramah kayak bapak-bapak aja lu”
“gue kan memang udah jadi bapak, Jo”
Aku tertawa mendengarnya. “iya deh, udah punya pacar, sekarang panggilannya ayah bunda...”
Temanku hanya tersenyum malu tanpa harus menyangkalnya. Btw dia baru jadian kemarin.

            Hujan masih mengguyur. Dan temanku yang satu ini tak henti-hentinya membicarakan “moba kok analog” yang saat ini tengah viral. Aku hanya duduk manis mendengarkan celotehnya yang acapkali mangkel saat bertemu dengan rekan tim yang afk.

“eh, lo liat ngga itu?” kataku sambil menuding ke arah depan.
“apaan sih. Pohon?”
“bukan. pojok kanan atas...”
“ouh, itu”
“kok Cuma ouh sih?”
“masak aku harus bilang wow?”
“yah kamu nih jadi pemuda kok ngga peka. Efek dari pacaran tampaknya sudah mulai aktif”
“yaelah Jo, apa hubungannya coba”
“itu kan ada bapak-bapak lagi butuh bantuan, motornya mogok, kita harus bantu” kataku, menjelaskan. Nampak dia segera paham akan situasi dengan isyarat anggukan kepala.
“wah, bener juga lo. Kuy kesana”
“jangan!”
“kok jangan? Gimana sih. Katanya mau nolongin. Plin plan amat sih...”
“kita kan ngga bawa mantol. Sedangkan bapaknya bawa mantol. Kita suruh bapaknya kesini sekalian biar bisa menepi. Selanjutnya kita juga bisa bantu bapaknya mereparasi motornya”
“pinter juga lu. Meski telatan, tampaknya kau telaten juga. Btw emang kita tukang bengkel pakek reparasi motor segala”
“wkwkwk”
“kwkwkw”
Kami tertawa berderai bersama.

            Lekas kami serempak memanggil bapak itu agar segera kesini. Setelah menjerit beberapa kali. sang bapak yang sadar akhirnya mendorong motornya menuju kemari.
“ada apa nak kok neriakin saya. Saya bukan maling” kata sang bapak dengan melasnya.
“hehe, bukan gitu maksud kami pak”
“betul. Kami liat bapak sedang kesusahan, jadi kami berniat membantu bapak”
“oh, kalian anak-anak yang baik. Jarang sekali saya bertemu anak muda yang peka akan kodisi sosial”
“yah. Anu... yah... anu” kami berdua jadi tersipu malu.
“sudah-sudah jangan malu. sebenarnya motor saya ngga bisa jalan gara-gara bensinnya habis” jelas sang bapak.
“hmm. Kalau ngga salah ingat. Pom bensin terdekat masih lima ratus kilo meter lagi” kata temanku.
“meter kali bang” kataku, mengkoreksi.
“nah itu”
“saya juga tau nak. Wong di bahu jalan sudah ada gambar pom bensin yang bertuliskan lima ratus kilo meter lagi, eh meter. kwkwkw”
“wkwkwk. Tahu juga bapak kalo saya habis liat papan itu” kata temanku berusaha melawak. Sedangkan aku tak henti-hentinya terpingkal.
“ya sudah, begini saja pak. Bensin motor saya masih banyak nih. Saya pinjem mantolnya buat beliin bensin disana. Nanti saya balik lagi kesini” kataku
“lah. Lo nanti nampung bensinnya pakai apa? Tangan?”
“tadi aku sempet beli small cola isi satu liter. Pakek itulah”
“kan isinya masih setengah?”
“biarin aja. Itung-itung mereduksi risiko diabetes. Kan gula di minuman ringan itu banyak banget sob”
“iya iya. Udah tau bahayanya masih lo beli aja tadi”
“Hehe. Sekali-sekali”
Setelah membuang isi dari small cola dan memakai mantol, Aku segera mengegas motorku menuju pom bensin terdekat.
***

            Esokpun tiba, Terlihat betapa macetnya jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan. Beberapa kali aku berpikir, bagaimana jadinya jalan raya sepuluh tahun mendatang? Mungkin jalanan sama sekali tidak bercelah karena saking banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.
“kiri pak” kataku pada supir angkot. Dia lekas menginjak pedal rem tanpa harus banyak kompromi.

Sampailah aku di sekolah. Sekolah yang tercinta, dimana terdapat beberapa kenangan spesial di dalamnya. Yah mungkin sebagian orang berpikir jika sekolah itu membosankan. Ada pula yang berpikir jika sekolah itu tempat untuk bermain dan mencari musuh buat di ajak tawuran. Padahal sejatinya sekolah adalah sebuah ladang untuk memanen ilmu yang diberikan oleh guru-guru kita.

“assalamualaikum pak” sapaku pada satpam yang sedang berjaga di gerbang. Jam menunjuk pukul tujuh kurang dua puluh. Lima menit lagi sebelum upacara bendera di mulai.
“waalaikumussalam. Tumben kamu nggak telat lagi” sahut beliau.
“masak harus telat terus pak. Kan bosen” gurauku. Ternyata cukup garing.
“hahaha” tapi satpam itu masih bisa tertawa. Mungkin tawa yang dipaksakan.

      Aku segera melangkah menuju kelas. Disana para murid teladan sudah bersiap untuk melaksanakan upacara. Aku meletakkan tasku di bangku. Seorang menghampiriku dengan senyum yang tak pernah kulupa. Yah, si dia. Sayang aku belum bisa mendapatkan hatinya. Mungkin di lain waktu. Saat aku merasa sudah pantas. Pantas untuk meminangnya.

“makasih ya” kata yang merdu meluncur dari bibir indahnya.
Aku hanya memicingkan mata. Bingung atas ucapan terimakasihnya kepadaku. Padahal yang aku tahu aku tidak pernah berbuat sesuatu yang layak mendapat ucapan terimakasihnya tadi.
“kemarin kamu bantu motor ayahku yang mogok di jalan”
“ouh” aku berhasil mengingat ingatan itu “ya ya, nggak masalah, no problem. Sans. Hehe” kataku
Lekas dia berlalu menuju teman sejawatnya dengan senyuman yang masih menghiasi wajah. aku terpana beberapa saat oleh lamunan yang menyesatkan. Sampai akhirnya aku tersadar bila upacara akan segera di mulai.
“bagi siswa-siswi yang masih berada di kelas mohon segera keluar menuju ke lapangan upacara” 

          terdengar suara kepala sekolah melalui mikrofon. Tampak seluruh persiapan upacara sudah lengkap. Para murid segera meluncur dan berbaris rapi. Komando upacara dan para staffnya segera merapikan barisan karena upacara akan segera di mulai. Para murid yang terlambat tidak di perkenankan masuk dan harus berbaris di luar gerbang. Mereka tampak memelas dan pucat karena tahu bila hukuman akan segera menanti. Dan tak lama berselang, Upacara bendera pada hari senin telah di mulai.

22 Januari 2018

M H A

Kumpulan Cerpen ; Kesuraman di dunia yang begitu indah



Begitu kelam, nuansa yang terjadi di dalam dunia yang indah ini. Begitu absurd dan suram walaupun bunga bermekaran, berwarna-warni memenuhi ladang. Inikah yang dirasakan kebanyakan orang, padahal sekiranya mereka tahu betapa indahnya alam yang sedang mereka pijak. Seberapa beratkah himpitan hidup yang dirasa sampai mereka tak merasa, betapa megahnya matahari yang terbit dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.

            Namanya adalah Sinardin. Pria paruh baya yang tidak berdaya menangani keadaan di sekitarnya. Kesehariannya hanya mengemis dengan kerja sampingan sebagai pengamen. Hal yang sangat di benci olehnya adalah para manusia rakus. Entah itu mereka yang rakusnya kecil maupun yang rakusnya besar. Entah itu yang suka makan sogokan, ataupun yang memberi sogokan. Berkat itulah negerinya tidak berkembang sampai sebagaimana sekarang.

“apa yang sekiranya bisa kuperbuat sebagai rakyat jelata? Apa yang mungkin bisa aku pikirkan mengetahui kondisiku yang sangat mengenaskan ini?” pikirnya dalam suatu waktu. Dia sampirkan gitarnya di sebelahnya. Sambil merebahkan badan di emperan toko yang tutup. Suasana gelap telah menutupi daerah tersebut. Lampu-lampu  jalan dan rerumahan menyala menyedot pemakaian listrik yang dihasilkan batu bara yang mengotori langit.

“Harusnya aku bisa bercanda ria di luar sana, harusnya tempat ini bagaikan surga kedua setelah surga di Akhirat. Namun rasanya seperti tinggal di neraka saja. Para biadab itu apakah belum puas dengan limpahan harta yang memenuhi lambung dan usus mereka?”

            Serentak gerimis turun, berangsur-angsur membasahi tempat itu. Sinardin agak menepi supaya tidak terkena rintikan hujan yang semakin deras. Tak lama, sesosok pria yang dikenal datang menuju ke tempat rehat Sinardin.

“Gimana kabarnya bro?” sapanya akrab.
“seperti biasa, laper” sahut Sinardin. Matanya yang sayu memperlihatkan kalau dia belum makan dari kemarin.
“perasaan lo kan udah ngamen dari tadi pagi. Masak sama sekali ngga dapet Rp?”
“dapet sih dapet Jien. Cuma ya tadi….”
“tadi kenapa Din?” tanya Yujien.
“ada orang yang sekarat belum makan selama seminggu. Akhirnya aku kasihin semuanya deh”
Yujien Nampak tertegun sesaat akan sikap respek Sinardin. Namun setelahnya ia menggeleng gelengkan kepala.
“Din……. Din….. lo tau nggak? Lo itu dalam posisi orang yang susah, ngapain juga malah nolongin orang yang susah. Justru para mereka yang di beri kelonggaran dompetlah yang harusnya ngebantu tu orang sekarat, bukannya LO. Ah kau ini” gerutu Yujien.
“gini-gini aku juga punya rasa kemanusiaan Jien, mungkin mereka yang beruang pada sibuk mengisi kantong dompetnya, atau mungkin karena orang sekarat itu luput dari perhatian orang yang beruang”
“emang kurang ajar tuh mereka. Main timbun uang seenaknya. Nih duit buat makan lo malam ini” kata Yujien sambil menyodorkan uang 5000. Ngga tega gue liat lo mati besok.
Dengan senyuman, Sinardin mengambil uang tersebut dari tangan Yujien.

            Manusia berulah dan bersikap atas asas dan ideologi yang di anut. Jalan hidup sudah mereka pilih dan seakan tidak bisa diganggu gugat oleh apapun. Kecuali bagi mereka yang berpikir luas dan melihat dari banyak sudut pandang yang beredar.

            Lama-lama hal ini menjadi sangat serius. Sinardin kala itu terserang penyakit aneh yang membuat kedua kakinya lumpuh. Kini dia tak bisa mencari duit lagi, dan hanya bisa terbaring di gubug reotnya. Mulutnya yang penuh dengan sariawan itu terengah-engah menahan rasa sakit yang kadang dirasakan oleh kakinya.

            Mungkin tidak ada orang yang peduli. Justru kebanyakan orang akan merasa diuntungkan karena menganggap salah satu sampah telah pergi dan mati. Tapi Yujien nampaknya masih berbelas kasih. Dia merelakan untuk menyisihkan waktu ngamennya untuk merawat si Sinardin.

“apa aku kata kemarin Diin…. Kerja itu juga ada batasnya, nolongin orang itu juga ada batasnya. Apalagi lo itu orang kere, jangan sok-sok an memberikan upah minimum itu ke orang lain. Itu sudah menjadi tugas orang yang lebih mampu. Dan sekarang inilah yang kau dapat dari akibat perbuatanmu” kata Yujien sambil menyuapi Sinardin yang terduduk di kasurnya.
“kau tau kan, aku disini peduli karena dulu kau sering ngebantu aku. Jadi mau tak mau aku ngga bakalan bisa membiarkanmu mati disini. Memang payah nih orang-orang sekitar, seperti ngga peka saja kalau ada orang yang membutuhkan. Apa karena jumlah kere sekarang itu terlalu banyak sampai mereka kewalahan untuk menyantuni para kere itu”
Sinardin hanya tersenyum mendengar celotehan dari Yujien.
“Aku belum bisa menangkap makna keadilan disini. Aku juga masih tak mengerti apa yang dipikirkan para penguasa ketika diberi jabatan untuk memimpin negeri ini. Negeri yang seharusnya makmur, aman Sentosa, dengan masyarakat yang santun dan punya budi pekerti luhur. Sekarang mulai berubah, tergerus, menjadi miskin, padahal kita semua tahu begitu banyak kekayaan alam yang seharusnya bisa mensejahterakan rakyat kecil seperti kita”
“Din. Aku memang merasa akhir-akhir ini banyak berpikir hal macam ini. Padahal sebelumnya aku jarang sekali mikirin nasib orang lain. Mikirin nasib sendiri untuk menyiapkan uang makan keluarga besok aja masih keteteran, apalagi mau ngurusi orang lain”
Yujien masih saja berbicara sambil menyuapi Sinardin. Sinardin mengunyah perlahan makanan sederhana yang di berikan oleh Yujien.



Muhammad Habib Amrullah

15 Mei 2018

Kumpulan Cerpen ; Rasa(kan)



                Kadang ekspektasi tidak seindah realita. Begitu pula yang sekarang tengah di alami oleh tukimin, mencoba marajut asa untuk menggait seorang pacar. Namun di tengah jalan malah tertikung oleh orang lain, yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

“apakah ini yang Namanya kasih orang tua? Mengapa bapak tega mengembat calon pacarku!?” Kata tukimin kepada ayahnya.
Sang ayah masih saja fokus membaca koran pagi itu di sofa.
“ini semua bukan sepenuhnya salah bapak nak. Ini juga termasuk salahmu karena terlalu lama  tidak menyatakan perasaanmu padanya. Alhasil bapak duluan yang menyatakan perasaan ini. Padahal niatnya coba-coba, eh malah dapat jackpot” kata ayah Tukimin sambil tersenyum sumringah.
“BAPAK JAHAD!” kata tukimin, lalu lekas ia berlari membanting pintu kamarnya, dan terisak-isak di Kasur.

                Dunia serasa tidak Adil bagi mereka yang berpikir pendek. Membandingkan yang kaya dan miskin, sehat dan sakit, pintar dan goblok. Itu sama saja mereka sedang membandingkan antara siang dan malam. Semua di atur untuk mengatur keseimbangan yang ada. Siang itu panas, terik matahari terasa membakar kulit, Tukimin yang hatinya telah remuk sedang terduduk di kursi teras Beta Mart. Pandangannya kosong menatap depan. Seakan menatap masa depan suram yang tengah menantinya. Dirinya berpikir kelak akan memiliki ibu yang tak lain adalah wanita yang dia suka. Sampai pada akhirnya, Wanita yang selalu ada dalam pikirannya itu sedang tepat berada di hadapannya.

“Eh Tukimin, ngapain kamu ngelamun disini? wkwk” Kata Wanita itu. Senyumnya memang terlihat menawan di mata Tukimin. Alhasil tanpa sadar ia turut tersenyum juga.
“oh ah… ndak kok Zul, aku Cuma mikir E kok bisa sama dengan MC^2
Zulfa tanpa pikir Panjang langsung ikut duduk di samping Tukimin. Detak jantung tukimin yang normal pun berubah menjadi brutal.
“Hari ini aku seneeeng banget lho” kata Zulfa
“kalau kamu seneng aku juga seneng kok, emang ada apa Zul?”
“tadi bapakmu kereen banget. Pas aku pengen di palak sama preman. Tiba-tiba ayahmu langsung nolongin aku sambil bawa Pistolnya. Pokoknya gagah deh”
Bibir Tukimin lekas bersungut. Mendengar kata bapaknya membuatnya menjadi Bad mood. “yah, Namanya Juga Polisi, sudah pasti tugasnya untuk membasmi kejahatan”
“ehe… jadi ngga sabar deh bulan depan aku bakal bertunangan sama bapakmu. Ntar otomatis kamu jadi anakku dong. wkwkw”
“hehehe” Dalam tawa Tukimin yang dipaksakan. Tampak amarah dan dendam yang besar tersimpan dalam Qalbunya. Dirinya seakan ingin menjerit oleh rasa ini. “semoga aja langgeng Zul”
“hehe, makasih Ya Min selalu dukung aku, Kalau nggak salah Sejak SD dulu kamu selalu belain aku atas semua hal yang aku temui. Kamu memang sahabat terbaik deh”

Mendengar kata ‘sahabat’ membuat Tukimin menjadi nge-Feel. Rupanya kata tersebut adalah sebuah bencana yang harusnya kata itu ditiadakan saja.

                Langit yang bertabur bintang. Bapak Tukimin saat itu sedang melakukan peregangan tangan dan tubuhnya. Beberapa kali ikut senam dan konsultasi kesehatan. Tentu persiapan itu di lakukan untuk menyambut hari pernikahan. Karena umur yang dirasa memang sudah cukup lanjut, membuatnya harus mempersiapkan fisik yang prima. Tukimin saat itu masih saja terdiam di kamar tanpa sekalipun menyapa bapaknya selama dua puluh hari ini. Mengingat pertunangan sahabatnya dengan ayahnya akan menginjak waktu h-10.

“mau sampai kapan kamu berdiam diri di Kasur terus?” tanya ayahnya ketika membuka pintu kamar anaknya yang tidak terkunci. Tukimin tidak ingin mengunci kamarnya dikarenakan jika dikunci pasti akan jebol juga. Mengingat bapaknya dulu pernah menjebol Pintu kamarnya dengan menggunakan Pistolnya.
“masih ngga mau jawab? Apa memang sekarang kamu sudah bisu? He, kalau kamu ngurung disini terus. Kedepannya kamu mau jadi apa ha? Lihat, bapakmu ini sampai berkorban untuk menikahi Zulfa agar dia Ngga sengsara ketika menikah sama pengangguran yang Maniac Wibu sepertimu. Dasar bau bawang!”
“CUKUP! Bapak Cuma cari-cari alasan saja, udah ngaku aja, karena Zulfa cantik bapak jadi kepincut kan sama dia! Padahal dulu aku ngenalin bapak kedia agar mendapat restu dari bapak. Tapi nyatanya. Nyatanya…..”
“nyatanya kamu itu kolot dan tidak segera berbuat sesuatu untuk mendapatkannya!” Putus sang bapak. Kini Bapak Tukimin menjadi lebih serius. Pembicaraanpun mulai memanas.
“kamu tau! Sudah dari kapan kamu itu berteman dengan si Zulfa. Kemana saja kamu dari dulu sampai sekarang!? Kalau memang kamu niat untuk mendapatkan hatinya, mendapatkan dirinya, harusnya kamu rela mengorbankan apapun yang kamu punya agar bisa hidup berdampingan dengannya!. Namun nyatanya. Sampai selesai kuliah pun kerjaanmu hanya di kamar. Entah apa yang kamu lakukan disini sampai-sampai waktumu habis tanpa melakukan hal yang bermanfaat sedikitpun. Sadar Tukimin!” Nada Suara Ayah semakin naik. Tukimin saat itu tak bisa membantah apapun akan kebenaran yang di utarakan oleh ayahnya. Dirinya hanya meringkuk di balik bantal sambil menitikkan air mata.
“memangnya kalau kamu mendapatkan si Zulfa, mau kau kasih makan apa dia!?. Dia ngga akan kenyang kalau Cuma ngeliat kamu main Game. Jadi menenurut bapak ini adalah cara terbaik agar kamu bisa sadar dan keluar dari lingkaran rutinitasmu yang tak sehat ini”

Setelah itu sang bapak melangkah pergi tanpa menutup pintu. Malam itu adalah malam yang gelap tanpa bintang, tanpa bulan, dan listrik pun padam, karena ada pematian bergilir.

                Hari itupun akhirnya tiba. Para warga kampung pada datang untuk merayakan suka cita ini, meski pada kenyataannya niatnya untuk bisa makan banyak. Namun Bapak Tukimin tidak mempersoalkan masalah itu. Kini dia juga merasa sangat bahagia karena akhirnya mendapat istri baru, cantik dan muda pula.

“selamat ya pak. Sudah dapat istri lagi, ya ampun ini ngga pake pelet kan?” tanya pak Somad salah seorang ketua RT kampung itu.
“hoahahaha, tidak lah. Calon istri saya ini memang bidadari yang dikirimkan tuhan kepada saya” kata bapaknya tukimin sambil menggombal Zulfa yang saat itu sedang ada di sebelahnya. Mukanya menjadi merah padam ketika mendengar perkataan bapak Tukimin.
(Jan**k) Tukimin yang melihat dari jauh kemesraan para paslon Suami istri ini semakin terasa hancur hati dan perasaannya.
“yang sabar yan Min, aku yakin kamu bakal ada pengganti lain yang lebih baik” Tukijohn sahabat karib Tukimin mencoba menenangkan Perasaan Tukimin yang lebur menjadi Atom. “sudah sudah ikhlaskan saja dia. Lagian dia juga akan menjadi Calon ibumu”

Namun Tukimin masih saja tidak terima dan menangis dalam diam. Dia mencoba tetap tegar walau sakit serasa menusuk seluruh tubuhnya. Inikah yang dinamakan penyesalan? Waktu serasa ingin di ulang untuk memperbaiki kejadian sebelumnya. Namun itu jelas tak mungkin, Waktu sudah berlalu dan Tukimin tidak bisa lagi memperbaiki apa yang dulunya telah ia buat, apa yang dulunya telah dia sia-siakan, waktu berharganya dulu dengan santainya dia buang. Alhasil sekarang dia menjadi seorang pengangguran yang menyedihkan, tidak punya pekerjaan, tidak punya relasi, tidak punya uang, bahkan Wanita yang dia suka di embat oleh sang Ayah.

“baik. Resepsi pernikahan akan segera di mulai. Apakah bapak Tukimin Siap?” kata Pak Somad.
“Insyaa Allah” Kata Bapak Tukimin, penuh Wibawa.
“Saudara Tukiman Bin Tukishield saya nikahkan dan saya kawinkan dengan Zulfa bin Zulfid dengan seperangkat alat Sholat dibayar tunai”
“Saya Terima nikahnya dan Kawinnya Zulfa binti Zulfid dengan maskawin yang tersebut, tunai”
“sah?”
“SAH….” Kata seluruh tamu yang ada di acara Ijab Qabul tersebut, tak terkecuali Tukimin.


(Muhammad Habib Amrullah)

13 Mei 2018

Kumpulan Cerpen; Kehidupan Hari Ini



Hari ini adalah hari dimana aku masih di beri kesempatan hidup. Hari yang kujalani sampai sekarang, tentunya membawa berbagai macam kenangan yang beragam. Hal yang sulit terlupa sampai yang bisa langsung dilupa. Terus berdatangan bagai tetesan hujan yang turun deras dari langit.

            Pagiku, suasana yang sekilas terlihat seperti biasa saja. Matahari yang terbit dari ufuk timur, udara dingin dan angina sepoi-sepoi yang menerpa kulit. Langit berbalut awan yang tengah menutupi sebagian langit. Semua terasa sama saja dari hari ke hari. Namun di balik semua itu, tersimpan berbagai keindahan yang tak pernah jemunya mata ini memandang kejadian alam yang terus berulang itu. Hingga kini, sampai saat ini, hal itu membawaku ke ranah lain dari masa ke masa. Sebuah waktu yang terus mendorongku ke dalam masa dan peradaban yang berbeda. Hal itu berlalu begitu cepat, secepat peluru yang terlontar dari mulut senjata api.

           Pernahkah kau berpikir jika dunia ini sedang mengalami masa-masa akhir. Kulihat persiapan yang aku bawa belum cukup untuk memenuhi standar minimal yang dibutuhkan. Perlahan tapi pasti aku sadar pada akhirnya aku mungkin bisa tergerus dan menjadi bulan-bulanan peradaban. Apa yang bisa aku perbuat? Apa yang sekiranya bisa aku lakukan dengan semua kelakuan tidak berguna yang aku jalankan seumur hidupku. Kini semua telah hangus dan lewat bagai kilat yang menyambar. Hilang tak berbekas. Dan tentunya hanya diselingi dengan Guntur penyesalan.

            Pernahkah kau berpikir sejenak. Menyiapkan kehidupanmu di masa datang. Ataukah mungkin bisa berdiam diri untuk merenung dan mempelajari kejadian yang sudah lalu terjadi. Lantas untuk apa kau hidup saat ini. Apa yang akan diberikan jika saat ini telah di sediakan waktu untuk hidup. Apakah hanya akan menjadi sebuah beban ‘yang ada maupun tidak adanya’ tidak akan berpengaruh, atau justru dengan ‘adanya’ malah membuat yang lain merasa terbebani?

            Banyak sekali himbauan dan penyadaran yang bertubi-tubi memberitahuku, mengingatkan akan kematian yang tak pernah permisi untuk menjemput. Mengingatkan jika penyesalan akan ada di akhir jika sekarang tidak mau bertaubat. Mengingatkan akan tugas dan amanah yang tiap hari terus menumpuk menjadi gunung. Sebuah kehidupan yang tentunya membawa seseorang terus termobilisasi untuk bergerak dan jika berhenti maka akan tertinggal. Sebuah system dimana diri di buat sibuk dengan berbagai macam hal. Yang itu sendiri menuntut untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan, maupun yang sebenarnya tidak diinginkan. Lantas jika tidak ingin, masih saja kata “paksaan” akan membuat kita bergerak meski kita enggan untuk melakukannya.

            Hari ini aku masih di beri kesempatan hidup. Dimana kesempatan ini hampir sebagian besar orang tidak merasakannya. Mereka telah mati karena jatah waktu telah habis. Dan sekarang mereka sedang berpikir apa yang telah mereka perbuat setelah hidup. Jika kuingat lagi dalam hidup ini, jika aku memang ditakdirkan mati saat ini, lantas apa yang telah aku perbuat selama hidup dulu? Semua yang telah kulewati hanya terasa sebentar. Itupun kebanyakan berisi tentang hal-hal yang tidak berguna. Lalu, apa yang sebenarnya bisa aku banggakan pada diri ini? Apa yang sebenarnya bisa aku sombongkan tentang diri ini? Bahkan tidak akan salah jika ada orang yang berkata jika hidupku ini tidak berguna. Yah, aku tak bisa membantahnya. Betapa aku sia-siakan kesempatan hidup saat ini, pada hari ini. Dimana ketika sebagian yang lain tidak di beri kesempatan dan pergi dari dunia untuk selama-lamanya.

            Pernahkah kau merasakan kehampaan. Hal itu terjadi karena hatimu yang kosong akan serat Iman. Hati yang hanya terisi dengan noda dan gumpalan sampah dunia. Akan terasa seperti sampah yang tidak ada artinya. Bukankah itu tarasa hampa dan tidak ada nilainya. Memiliki hati sampah tentu tak kan ada yang mau, namun kebanyakan orang memilikinya. Rasa angkuh, ingin berkuasa, merasa benar, merasa besar, merasa bisa segalanya, meremehkan, merendahkan, benci, dengki, iri, hasad, segala macam keburukan tanpa sadar mengena ke arah organ vital hatinya.

            Bisakah aku mencari solusi atas setiap permasalahan dunia yang sedang terjadi? Hal itu tidak akan mungkin ketika tidak bisa menyelesaikan permasalahan diri. Sekarang berkacalah dan lihatlah betapa hitam dan gelapnya dirimu. Bahkan segala upaya yang dikerahkan tak akan mampu menggerakkan segelintir tempat di dunia. Solusi bisa dipecahkan ketika solusi yang menjadi akar masalah bisa ditemukan dan diselesaikan. Dan akar dari permasalahan dunia akan ditemukan ketika diri bisa menyelesakan permasalahan yang ada pada diri.

            Namun, tentu pastinya ada orang yang sangat kuat, berjibaku akan pendirian dan rasa angkuhnya. Menelantarkan dan menginjak-injak para jelata yang merengek dan merangkak di bawahnya. Harusnya bisa terlihat dan bahkan terpampang jelas ketimpangan yang menyebar luas ke pelosok-pelosok Dunia.

            Kehidupan yang kunikmati hari ini. Akankah menjadi sia-sia seperti hari lalu yang telah berlalu. Aku tidak ingin itu terjadi lagi, namun, pasti akan terasa sulit ketika ingin mengubah atau merubah hari ini menjadi lebih baik. Godaan dan kefanaan pastinya akan menjerat lebih kuat dari pada sebelumnya. Apa yang dibayangkan tidak selalu sama seperti yang orang lain bayangkan. Namun diharapkan ada rasa pengertian dari dua belah pihak untuk saling memahami. Mungkin, Hari ini adalah kesempatan terakhir. Bisa jadi, ini adalah batas yang sebenarnya telah menungguku di ujung sana. Tinggal bagaimana aku menangani hal ini. Entah dengan akhir yang baik atau buruk.

            Setiap orang pasti akan memilih untuk mendapat akhir yang bahagia di detik terakhir kematian mereka. Tapi tak semua mendapat kesempatan itu karena tercekik oleh hasrat yang sampai akhir hayat tak bisa di atasi dengan benar.

            Sampai di titik yang terakhir. Aku hanya bisa berharap jika semua khayalan ini akan berakhir. Beralih menuju ke medan perang yang sudah lama di tinggal pergi. Keadaanku sekarang tak lebih seperti seonggok ranting kering, yang tak berdaya dan begitu rapuh. Kebencian akan diri semakin nyata dikala tak bisa melakukan maupun merubah apapun. Hal yang sama terjadi berulan-ulang dan terlewatkan begitu saja. Tanpa pernah kusadari waktu terus berjalan menuju ke akhir perjalanan.

            Apa yang bisa menyadarkanku itu hanya akan berfungsi sesaat. Setelahnya aku kembali pada rutinitas biasa yang pada hakikatnya tidak membuat diri ini berbangga dengan hasil gemilang yang di dapat. Haruskah ini selalu terjadi sampai hembus nafas terakhir datang. Kubayangkan perlahan ketika moment itu tiba. Sungguh keadaan yang tidak mengenakkan dan tidak akan pernah aku menginginkannya.

            Hari ini, bisakah ada hal baru yang bisa kulakukan. Atau aku hanya tetap melihat dengan mata telanjang segala macam kehancuran yang bertebaran di bumi yang indah. Atau mungkin aku hanya bisa diam ketika kebusukan dan kekacauan menyerang kebanyakan orang yang tidak beruntung di luar sana. Saat ini aku diberi kesempatan hidup. Saat ini aku diberi kebebasan berpikir. Saat ini pula aku diberi kedamaian dan tentunya beragam nikmat yang lain. Apakah dengan semua kenikmatan ini sama sekali tidak digunakan dengan baik olehku? Oleh diri ini yang malah selalu saja tak pernah memperhatikan betapa dermawannya sang pencipta memberikan karunianya kepadaku. Kepada ku yang selalu saja mendua kan dan bahkan tak acuh ketika mendengar panggilannya. Apa yang salah akan diri ini yang selalu mengingkar dan menunda untuk mendapat jalan kebenaran. Jalan yang lurus seperti sebuah surat yang tiap hari aku lantunkan.

            Omong kosong. Diri ini sama sekali tidak menggubris akan hal itu dan tetap saja melenceng semakin jauh. Jika dibiarkan bergerak sudah pasti ujungnya akan tersesat semakin jauh dan tak kan bisa kembali. Tapi apa yang bisa aku lakukan dikala hal ini terus saja terjadi. Semua hal yang terjadi di tambah diri ini menjadi linglung akan keadaan yang entah mengapa serasa kacau dari berbagai sisi. Apa Cuma perasaanku. Atau memang banyak yang sadar, namun tidak bisa melakukan apa-apa seperti apa yang aku lakukan saat ini. Berdiam, tak acuh, dan mengurung diri di dunia yang kubuat sendiri.

             Masih ingatkah tulisan-tulisan di kertas yang disobek. Lalu di tempelnya di dinding agar kau bisa melihatnya setiap hari, tapi nyatanya itu terabaikan dan tak pernah sama sekali di pegang atau dilirik. Yang ada itu hanya seperti tempelan biasa yang tak pernah kau pedulikan. Apakah itu akan mengubah jika rasa acuh masih di kembangbiakkan. Ini masih menjadi pertanyaan yang belum memiliki jawaban penyelesaiannya. Dan ketika dirimu telah selesai melewati hari ini. Jika memang di waktu berikutnya kau juga diberikan kesempatan yang kesekian kalinya lagi. Masihkah perbuatan, tingkah laku, watak, sifat, masih sama seperti dengan hari yang telah lalu. Yang digunakan dengan penuh kesia-siaan?



Muhammad Habib A.

 29 April 2018