Hari
ini adalah hari dimana aku masih di beri kesempatan hidup. Hari yang kujalani
sampai sekarang, tentunya membawa berbagai macam kenangan yang beragam. Hal
yang sulit terlupa sampai yang bisa langsung dilupa. Terus berdatangan bagai
tetesan hujan yang turun deras dari langit.
Pagiku, suasana yang sekilas terlihat seperti biasa saja.
Matahari yang terbit dari ufuk timur, udara dingin dan angina sepoi-sepoi yang
menerpa kulit. Langit berbalut awan yang tengah menutupi sebagian langit. Semua
terasa sama saja dari hari ke hari. Namun di balik semua itu, tersimpan
berbagai keindahan yang tak pernah jemunya mata ini memandang kejadian alam
yang terus berulang itu. Hingga kini, sampai saat ini, hal itu membawaku ke
ranah lain dari masa ke masa. Sebuah waktu yang terus mendorongku ke dalam masa
dan peradaban yang berbeda. Hal itu berlalu begitu cepat, secepat peluru yang
terlontar dari mulut senjata api.
Pernahkah kau berpikir jika dunia ini sedang mengalami
masa-masa akhir. Kulihat persiapan yang aku bawa belum cukup untuk memenuhi
standar minimal yang dibutuhkan. Perlahan tapi pasti aku sadar pada akhirnya
aku mungkin bisa tergerus dan menjadi bulan-bulanan peradaban. Apa yang bisa
aku perbuat? Apa yang sekiranya bisa aku lakukan dengan semua kelakuan tidak
berguna yang aku jalankan seumur hidupku. Kini semua telah hangus dan lewat
bagai kilat yang menyambar. Hilang tak berbekas. Dan tentunya hanya diselingi
dengan Guntur penyesalan.
Pernahkah kau berpikir sejenak. Menyiapkan kehidupanmu di
masa datang. Ataukah mungkin bisa berdiam diri untuk merenung dan mempelajari
kejadian yang sudah lalu terjadi. Lantas untuk apa kau hidup saat ini. Apa yang
akan diberikan jika saat ini telah di sediakan waktu untuk hidup. Apakah hanya
akan menjadi sebuah beban ‘yang ada maupun tidak adanya’ tidak akan
berpengaruh, atau justru dengan ‘adanya’ malah membuat yang lain merasa
terbebani?
Banyak sekali himbauan dan penyadaran yang bertubi-tubi
memberitahuku, mengingatkan akan kematian yang tak pernah permisi untuk
menjemput. Mengingatkan jika penyesalan akan ada di akhir jika sekarang tidak
mau bertaubat. Mengingatkan akan tugas dan amanah yang tiap hari terus menumpuk
menjadi gunung. Sebuah kehidupan yang tentunya membawa seseorang terus
termobilisasi untuk bergerak dan jika berhenti maka akan tertinggal. Sebuah
system dimana diri di buat sibuk dengan berbagai macam hal. Yang itu sendiri
menuntut untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan, maupun yang sebenarnya
tidak diinginkan. Lantas jika tidak ingin, masih saja kata “paksaan” akan
membuat kita bergerak meski kita enggan untuk melakukannya.
Hari ini aku masih di beri kesempatan hidup. Dimana
kesempatan ini hampir sebagian besar orang tidak merasakannya. Mereka telah
mati karena jatah waktu telah habis. Dan sekarang mereka sedang berpikir apa
yang telah mereka perbuat setelah hidup. Jika kuingat lagi dalam hidup ini,
jika aku memang ditakdirkan mati saat ini, lantas apa yang telah aku perbuat
selama hidup dulu? Semua yang telah kulewati hanya terasa sebentar. Itupun kebanyakan
berisi tentang hal-hal yang tidak berguna. Lalu, apa yang sebenarnya bisa aku
banggakan pada diri ini? Apa yang sebenarnya bisa aku sombongkan tentang diri
ini? Bahkan tidak akan salah jika ada orang yang berkata jika hidupku ini tidak
berguna. Yah, aku tak bisa membantahnya. Betapa aku sia-siakan kesempatan hidup
saat ini, pada hari ini. Dimana ketika sebagian yang lain tidak di beri
kesempatan dan pergi dari dunia untuk selama-lamanya.
Pernahkah kau merasakan kehampaan. Hal itu terjadi karena
hatimu yang kosong akan serat Iman. Hati yang hanya terisi dengan noda dan
gumpalan sampah dunia. Akan terasa seperti sampah yang tidak ada artinya.
Bukankah itu tarasa hampa dan tidak ada nilainya. Memiliki hati sampah tentu
tak kan ada yang mau, namun kebanyakan orang memilikinya. Rasa angkuh, ingin
berkuasa, merasa benar, merasa besar, merasa bisa segalanya, meremehkan,
merendahkan, benci, dengki, iri, hasad, segala macam keburukan tanpa sadar
mengena ke arah organ vital hatinya.
Bisakah aku mencari solusi atas setiap permasalahan dunia
yang sedang terjadi? Hal itu tidak akan mungkin ketika tidak bisa menyelesaikan
permasalahan diri. Sekarang berkacalah dan lihatlah betapa hitam dan gelapnya
dirimu. Bahkan segala upaya yang dikerahkan tak akan mampu menggerakkan
segelintir tempat di dunia. Solusi bisa dipecahkan ketika solusi yang menjadi
akar masalah bisa ditemukan dan diselesaikan. Dan akar dari permasalahan dunia
akan ditemukan ketika diri bisa menyelesakan permasalahan yang ada pada diri.
Namun, tentu pastinya ada orang yang sangat kuat,
berjibaku akan pendirian dan rasa angkuhnya. Menelantarkan dan menginjak-injak
para jelata yang merengek dan merangkak di bawahnya. Harusnya bisa terlihat dan
bahkan terpampang jelas ketimpangan yang menyebar luas ke pelosok-pelosok
Dunia.
Kehidupan yang kunikmati hari ini. Akankah menjadi
sia-sia seperti hari lalu yang telah berlalu. Aku tidak ingin itu terjadi lagi,
namun, pasti akan terasa sulit ketika ingin mengubah atau merubah hari ini
menjadi lebih baik. Godaan dan kefanaan pastinya akan menjerat lebih kuat dari
pada sebelumnya. Apa yang dibayangkan tidak selalu sama seperti yang orang lain
bayangkan. Namun diharapkan ada rasa pengertian dari dua belah pihak untuk
saling memahami. Mungkin, Hari ini adalah kesempatan terakhir. Bisa jadi, ini
adalah batas yang sebenarnya telah menungguku di ujung sana. Tinggal bagaimana
aku menangani hal ini. Entah dengan akhir yang baik atau buruk.
Setiap orang pasti akan memilih untuk mendapat akhir yang
bahagia di detik terakhir kematian mereka. Tapi tak semua mendapat kesempatan
itu karena tercekik oleh hasrat yang sampai akhir hayat tak bisa di atasi
dengan benar.
Sampai di titik yang terakhir. Aku hanya bisa berharap
jika semua khayalan ini akan berakhir. Beralih menuju ke medan perang yang
sudah lama di tinggal pergi. Keadaanku sekarang tak lebih seperti seonggok
ranting kering, yang tak berdaya dan begitu rapuh. Kebencian akan diri semakin
nyata dikala tak bisa melakukan maupun merubah apapun. Hal yang sama terjadi
berulan-ulang dan terlewatkan begitu saja. Tanpa pernah kusadari waktu terus
berjalan menuju ke akhir perjalanan.
Apa yang bisa menyadarkanku itu hanya akan berfungsi
sesaat. Setelahnya aku kembali pada rutinitas biasa yang pada hakikatnya tidak
membuat diri ini berbangga dengan hasil gemilang yang di dapat. Haruskah ini
selalu terjadi sampai hembus nafas terakhir datang. Kubayangkan perlahan ketika
moment itu tiba. Sungguh keadaan yang tidak mengenakkan dan tidak akan pernah
aku menginginkannya.
Hari ini, bisakah ada hal baru yang bisa kulakukan. Atau
aku hanya tetap melihat dengan mata telanjang segala macam kehancuran yang
bertebaran di bumi yang indah. Atau mungkin aku hanya bisa diam ketika
kebusukan dan kekacauan menyerang kebanyakan orang yang tidak beruntung di luar
sana. Saat ini aku diberi kesempatan hidup. Saat ini aku diberi kebebasan
berpikir. Saat ini pula aku diberi kedamaian dan tentunya beragam nikmat yang
lain. Apakah dengan semua kenikmatan ini sama sekali tidak digunakan dengan baik
olehku? Oleh diri ini yang malah selalu saja tak pernah memperhatikan betapa
dermawannya sang pencipta memberikan karunianya kepadaku. Kepada ku yang selalu
saja mendua kan dan bahkan tak acuh ketika mendengar panggilannya. Apa yang
salah akan diri ini yang selalu mengingkar dan menunda untuk mendapat jalan
kebenaran. Jalan yang lurus seperti sebuah surat yang tiap hari aku lantunkan.
Omong kosong. Diri ini sama sekali tidak menggubris akan
hal itu dan tetap saja melenceng semakin jauh. Jika dibiarkan bergerak sudah
pasti ujungnya akan tersesat semakin jauh dan tak kan bisa kembali. Tapi apa
yang bisa aku lakukan dikala hal ini terus saja terjadi. Semua hal yang terjadi
di tambah diri ini menjadi linglung akan keadaan yang entah mengapa serasa
kacau dari berbagai sisi. Apa Cuma perasaanku. Atau memang banyak yang sadar,
namun tidak bisa melakukan apa-apa seperti apa yang aku lakukan saat ini.
Berdiam, tak acuh, dan mengurung diri di dunia yang kubuat sendiri.
Masih ingatkah
tulisan-tulisan di kertas yang disobek. Lalu di tempelnya di dinding agar kau
bisa melihatnya setiap hari, tapi nyatanya itu terabaikan dan tak pernah sama
sekali di pegang atau dilirik. Yang ada itu hanya seperti tempelan biasa yang
tak pernah kau pedulikan. Apakah itu akan mengubah jika rasa acuh masih di
kembangbiakkan. Ini masih menjadi pertanyaan yang belum memiliki jawaban
penyelesaiannya. Dan ketika dirimu telah selesai melewati hari ini. Jika memang
di waktu berikutnya kau juga diberikan kesempatan yang kesekian kalinya lagi. Masihkah
perbuatan, tingkah laku, watak, sifat, masih sama seperti dengan hari yang
telah lalu. Yang digunakan dengan penuh kesia-siaan?
Muhammad Habib A.
29 April 2018
0 komentar:
Posting Komentar