softness

Selamat datang di blogku...

Hadits

Seungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah/lelah dalam mencari rezeki yang halal.(HR.Ad-Dailami)

Tafakkur

tafakkur berarti memikirkan atau mengamati.

Road

pemandangan yang indah membantu pikiran kita menjadi indah

Al-Qur'an

Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Q.S. 41: 35-36)

Himbauan

jangan marah, bagimu surga

Minggu, 31 Maret 2019

Kumpulan Cerpen; Futur

https://wall.alphacoders.com/


            Badan terbujur lemas dikasur, tak bertenaga walau sudah meminum proman dua kali. Sebongkah snack pitato, berjajar rapi memenuhi ruang kamar yang sumpek kedap angin. Hari yang melelahkan, bikin malas dan bikin penat. Rian menyekap wajahnya berusaha untuk melek walau dipaksa, memeriksa keadaan dan mendapati jam sudah menunjuk pukul 6

“anjir!” pekiknya, dia tidak bangun subuh pagi ini. Lekas berlari ke kamar mandi menyalakan kran air untuk digunakan berwudhu.

Pagi ini dia murung, seakan warna dunia pudar melempem bagai krupuk yang di ler di udara terbuka selama tiga hari.
“kenapa?” tanyanya pada diri sendiri, dia tak kuasa menahan amarah yang semenjak tadi tak bisa di keluarkan. Tubuhnya kaku dan mati rasa menghadapi rasa malas yang menggebu-gebu ada di dalam hatinya.

            “apa kah ini penyakit?” tanyanya kembali
Tak menentu rasa yang keluar menimbulkan gejolak mager yang mengakang badan. Badan sulit di gerakkan, sendi terkunci dengan gembok pakem absolute
“Rian? Kamu masih tiduran di Kasur? Ini udah jam berapa!? Ayo bangun! Kerja apa kek atau belajar ketimbang turaturu aja” jerit sang Ibu.
Rian masih mendengkur sambil mengerukupkan kepalanya di balik bantal, medan magnet yang begitu besar di dalam Kasur membuat diri itu terus tersedot seperti jurus banso tein dari Pain.
“hmm” dengusnya seakan tak mau melepaskan kemesraannya kepada Kasur
Sang ibu tak habis pikir, lekas itu memaksa Rian keluar dari Kasur, menarik tangannya hingga Rian berada di posisi berdiri dengan muka sayu seperti habis diputusin pacar.
“cepet cuci muka, mandi, jangan ke Kasur lagi, sekarang sampai jam delapan malam tempat ini terlarang untukmu” Jelas sang Ibu.
Rian dengan malas melangkahkan kaki menuju kamar mandi, membasuh muka kemudian mandi sesuai anjuran sang ibu, meski kotoran serta bau badan terangkat, namun rasa malas tetap bersemayang pada tubuhnya.

            Rian melongo di ruang tamu, sang ibu membuatkan secangkir kopi pahit agar Rian benar-benar melek dan tersadar dari kesemuan dunia, tentu saja sang ibu sangat kebingungan mendapati anaknya yang biasanya ceria dan njingkrak-jingkrak tiap pagi tiba-tiba lesu kayak kurang gizi.

“kamu ini kenapa to? Coba jelaskan pada ibu apa yang sedang kamu rasakan sekarang?” tanya ibu penuh pengertian, tangannya di lekatkan di tangan anaknnya, mengambil posisi duduk sambil terus menatap anaknya yang sekarang menatap depan dengan kekosongan.
Rian tak serta merta menjawab. Sekilas dirinya berpikir perihal apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Semua seperti kosong, tak ada arti hidup, tak ada harapan, tak ada masa depan.
“aku…” kali ini Rian mulai angkat bicara, sang ibu mendekat supaya bisa mendengar suara anaknya dengan jelas.
“aku merasa hampa, hatiku tidak memiliki semangat dan tujuan, semua pupus bagai daun kering yang terbakar api, bersisa abu kemudian terterpa angin, kosong melompong bagai cangkang kosong, yang terbuang di sebuah padang pasir gersang tak berpenghuni”
Sang ibu hanya terdiam, melihat anaknya menjadi sangat puitis, tak seperti biasanya yang terkadang nyolot sana nyolot sini.
“mau periksa ke dokter?” tanya sang Ibu.
Rian tak memberikan jawaban, hanya mengangguk pelan sambil tetap menatap kosong ke depan.

            Sampailah mereka di seorang psikiater. Tanpa banyak cincong Rian sudah berhadapan dengan sang dokter. Sang ibu menepi di ruang tunggu sambil menonton sinetron yang sedang viral di TV.

“Namanya?”
“Rian”
“Umur”
“20 hampir 21”
“apa yang membuat anda datang kemari?”
“Tidak tau”
“apa yang membuat anda tidak tau?”
“tidak tau”
“lho” dokter itu menjadi bingung, Rian tak kalah bingung
“mungkin kita awali dari awal dulu, apa yang menyebabkan anda menjadi murung?”
“tidak tau”
“apakah kamu tahu semenjak kapan anda menjadi murung?”
“tidak tau”
“adakah tanda-tanda atau gejala satu atau dua hari sebelumnya sebelum anda menjadi seperti ini?”
“tidak tau”
“bisakah anda berbicara selain tidak tau?”
“tidak”

Hening sejenak, sang dokter rupanya berhasil menyimpulkan sesuatu. Menulis dikertas dengan ekspresi serius sambil geleng-geleng kepala.

“jadi begini nak Rian” sang dokter menghela nafas sejenak “sepertinya anda sedang mengalami sebuah trauma kekinian. Yakni sebuah trauma yang sering dialami para kaum milenial entah itu karena kekurangan asupan mie instan, kehabisan kuota di tanggal tua, atau ketika kekasih ditikung oleh teman dekat”
“Ta-tapi dok, saya tidak mengalami hal seperti itu”
“tentu saja tidak, tadi itu hanyalah sebuah contoh saja, pada intinya penyakit trauma kekinian itu tercipta ketika diri sudah berada di puncak, kemudian tiba-tiba jatuh tersungkur kebawah, bisa diumpamakan dengan grafik penjualan yang bulan lalu naik maksimal, dibulan ini jatuh ambruk tak bersisa”
Rian mantuk-mantuk paham dengan penjelasan sang dokter. “jadi pada intinya saya sekarang sedang berada di masa ketika grafik saya sedang ambruk dok?” tanya Rian, memastikan
sang dokter mengangguk “rutinitas yang padat juga sangat mempengaruhi, mental nak Rian yang sedang tinggi tiba-tiba runtuh dan membuat gejala rasa malas dan ingin meninggalkan semuanya”
“diri saya memang benar-benar merasa lumpuh dan malas untuk berbuat apapun, kepingin istirahat, pingin leyeh-leyeh, pingin jalan-jalan menatap pegunungan sekitar, ke pantai dan berenang disana, ke pemandian air hangat sambil menyetel lagu haroki, dll”
“jadi kamu sudah paham kan mengenai apa yang sedang kamu rasakan”
Rian mengangguk.



Ahad, March 31, 2019

M         H         A

Jumat, 29 Maret 2019

Kepemimpinan

https://wall.alphacoders.com/



            Saat mendatangi sebuah pertemuan pada selasa malam tanggal 4 september 2018, disitu terdapat seorang menyampaikan materi tentang kepemimpinan. Inti dari topik yang di bahas adalah “pemimpin di pilih bukan karena dia hebat dan paling baik di antara yang lain, namun karena dia dianggap cocok dengan situasi dan zaman yang sedang terjadi” kurang lebih seperti itu.

            Menyikapi itu, serasa ada benarnya dalam statement tersebut. Seorang pemimpin pada dasarnya dipilih untuk bisa memberikan solusi atas problem yang terjadi di tengah masyarakat. Sang pembicara yang saat itu saya kenal dengan nama mas Faith, memaparkan dengan jelas dan gamblang melalui cerita zaman dahulu yang itu bisa menjadikan referensi, bagaimana cara kita untuk bisa tahu dan megerti, agar nantinya bisa memilih seseorang yang benar-benar mampu dan cocok dengan kondisi zaman sekarang ini.

            Diceritakan pada awal masa setelah wafatnya nabi, akhirnya ditunjuklah Abu Bakar Asshidiq yang lemah lembut dengan tujuan menyatukan ummat islam yang saat itu mulai terpecah belah, dilanjutkan masa kepemimpinan Umar Bin Khattab yang juga, pada kondisi saat itu islam melakukan ekspansi besar-besaran keseluruh penjuru wilayah, kemudian ada Usman yang memegang tampuk kekuasaan saat ummat islam sudah mulai hidup sejahtera, lalu di lanjutkan Ali dengan kecerdasannya.

            Banyak orang berpikir jika pemimpinlah yang menentukan arah berlabuh suatu bangsa. Dimana jika pemimpin itu diktator, maka negara yang semula baik pun akan dikenal kejam. Jika pemimpin itu adil dan bijaksana, maka negara berkembang pun juga akan maju degan berbagai stimulus yang di lakukan pemimpinnya. Jadi disini ada dua statement yang menyatakan pemimpin itu dipilih sesuai dengan kondisi zaman, dan ada pula yang berkata bahwa siapapun pemimpin yang dipilih, itu akan menentukan arah bangsa yang sedang dipimpinnya.

Kesimpulan yang bisa kita ambil adalah. Memang setiap saat pola dan kehidupan masyarakat itu berubah drastis. Perlu ada beberapa perubahan strategi yang bisa membuat keberlangsungan negara itu berjalan dengan efektif. Pemimpin yang terpilihpun tidak lain adalah dari rakyat, yang mewakili watak / cerminan dari rakyat. Jadi jika pemimpin itu tidak baik, secara tidak langsung maka masyarakat yang ada pada saat itupun tidak baik. Tapi jika ada pemimpin baik, maka sudah dipastikan masyarakat nya itu baik. Apakah itu betul? (keknya betul, coba deh di teliti)

            Konsekuensi logis jika seorang terpilih menjadi pemimpin adalah, dimana dia bisa menjadi seorang tokoh dan contoh bagi rakyatnya. Saat ini Indonesia masih mengandalkan peran tokoh nasional sebagai patokan mereka memilih. Tak dipungkiri perang kredibilitas dan ekstabilitas memanas. Sehingga setiap orang berlomba-lomba mengangkat pamor dengan segala macam cara.

            Sadar atau tidak di belakang tokoh yang kita lihat, terdapat susunan anggota lain yang juga tak kalah penting, namun mereka tidak Nampak karena memang posisi mereka tidak di alokasikan untuk itu. Namun peran mereka sangatlah penting untuk menegakkan dan menopang tokoh yang sedang mereka junjung tersebut, karena memang tokoh itu sedang dipercaya untuk bisa menyatukan dan menjadi contoh bagi rakyat yang di pimpinnya.

Rabu, 20 Maret 2019

Kumpulan Cerpen ; Pulang Kampung

https://wall.alphacoders.com/


Pada hari itu kuturut trevel ke desa, naik trevel istimewa kududuk di tengah, ku duduk di samping bu RT yang sedang ber make up, sedemikian rupa supaya baik wajahnya. tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tuk tik tak tik tuk tik tak suara rintikan hujan.

Hujan deras mengguyur syahdu pada malam itu. remangnya lampu bersinar di antara persimpangan jalan menuju rumahku. Aku sudah mengabari bapak kalau sebentar lagi akan sampai, meminta beliau untuk segera menjemput sebelum diriku sampai di pertigaan itu.

Trevel telah menepi di sudut kiri jalan, aku turun, lekas menuju emperan toko untuk menepi dari derasnya hujan. Kulihat seorang bapak-bapak terlihat menaiki sepeda motor mengenakan jas hujan biru, datang menghampiriku yang sedang berteduh di emperan toko.

“gimana, Sehat?” tanya beliau, ternyata ayahku sudah sampai duluan dimari.
“alhamdulillah sehat pak”
Segera aku mengerungkupkan mantol klelawar ke seluruh tubuh. Menaruh tas di dekat perut, kemudian meluncur menuju rumah.

            Peluh menimbulkan daki yang sulit telepas dari kulit. Kutaruh segala tas dan kantung kresek yang aku bawa dari kota. Penat terasa, kucoba guyur dengan mandi di kamar mandi. Dinginnya air mengalir membasuh tubuh yang kotor. Semua sudah terlelap. Aku memakan sepotong roti kemudian tidur di tempat lamaku. Kasur dan segala perabotan sudah tertata rapi, memantik kenangan lama bilamana dulu aku selalu tidur di kamar ini. Kurang lebih semenjak aku lulus SD, aku tidak pernah sekalipun, atau jarang tidur disini lagi karena saat aku SMP, SMA, bahkan kuliah sudah berkelana di tempat lain. Barang-barang disini masih tidak pernah berubah. Piala lomba synopsis saat SD, toga kelulusan SD, SMP, dan SMA, foto-foto kenangan Bersama teman. Masih terpampang rapi di tiap sudut tembok.

“segera Tidur Lin, besok malah susah bangun subuh lho”
“iya mak, abis ngecas HP Linjo bakal langsung tidur”
Bergegas aku berbaring di Kasur setelah ngecas HP ku yang sudah drop semenjak tadi.

            Suasana hijau asri selalu aku temui di desa ini. Tanahnya yang subur tak pelak membendung rerumputan liar beserta tetumbuhan tumbuh di sekitarnya. Tak ayal dataran kosong dengan rerumputan terhempas sejauh mata melotot. Namun kini sepertinya banyak rumah-rumah baru mulai terbangun, rupanya bakalan ada perumahan baru berhubung populasi manusia sekarang sudah berkembang cukup pesat. Di sebelah utara tempatku berada sudah terpampang batas-batas kapling bertuliskan ‘sudah terjual’. Menggeser tebu-tebu ranum yang dulu aku beserta teman sejawatku selalu berkunjung kesitu, setidaknya memereteli satu demi satu tebu untuk di sebat di siang hari. Tidur di langar sambil temani angin sepoi panas-dingin menghempas badan. Nuansa tak terlupa dari pangalaman dahulu semasa kecil, sebelum aku menimba ilmu di perkotaan.

“Eh mas Lin, kapan kamu sampai disini” sapa seorang yang sudah berada di depan pagar rumahku.
“eh Dani, baru kemarin malem” kataku, dia mulai mendekat dan kami bersalaman erat. Dia adalah teman bermainku semenjak SD, rumahnya pun hanya terpaut dua rumah dari rumahku. Bisa dibilang kalau dia adalah orang yang selalu menemani penjelajahanku di waktu kecil.
“walah mas, saiki sibuk mesti di kota, wis punya pacar to?”
“halah pacar-pacar barang. Fokus nyari Ilmu Dan”
“Hilih, ra payu kan. wkwk”
“kayak kamu payu-payu aja” kita berdua tertawa berderai bebarengan. Inginku mengkritik kepala botaknya namun tidak jadi karena itu bisa mengurangi parameter persahabatan kami.
“ngko bengi enek futsal lho mas, abis Isya’”
“wah tenanan? Tapi aku udah jarang olahraga I Dan”
“halah rapopo, mumpung ketemu sama temen-temen lama ii mas, lagian ini juga tanding sama perumnas sebelah”

Setelah berpikir agak lama, akhirnya aku menyetujui ajakan-nya sekaligus mungkin akan ada reuni saat olahraga nanti, berhubung aku bakal bertemu dengan teman-teman lamaku yang lain disana. Kebanyakan teman-temanku baru menginjak SMA, beberapa sudah berkuliah, ada juga yang sudah bekerja, dan tak tanggung-tanggung ada yang sudah punya anak segala.

            Bermain bola tarkam memang memiliki nilai keasyikan tersendiri pada masa lalu, menendang entah itu bola atau kaki, terpeleset dan terjungkal sambil di ketawain, sampai kapal kaki yang sudah menjadi hal wajib bagi kami para anak kecil tempo dulu, karena selama itu kita tak memakai alas kaki apapun. Tak pernah kulupa tawa Bersama ketika semua badan kotor tak karuan dipenuhi lumpur, gol bersejarah sambil bergaya bak Cristiano Ronaldo, teman yang menendang bola sekaligus menendang genangan air hingga muncrat kemana-mana, gelut akibat di sleding tekel, pipis dicelana pas hujan-hujanan untuk menghangatkan selangkangan dari dinginnya hujan, dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, hal itu sudah jarang ditemui. Budaya beralih lebih modern dengan adanya lapangan futsal yang menjamur di berbagai tempat bak mini market Betamart.

            Senja mulai menampakkan diri, pandanganku pada gunung yang terletak di utara sana kian menghilang, langit senyap perlahan gelap, menyisakan kilauan merah pertanda magrib kan datang. Inilah hari pertamaku di desa, menyusuri tiap jengkal dengan bersepeda ke berbagai ruang. Melihat sekeliling sambil mengingat-ingat kebahagiaan masa kecil yang tak akan pernah pudar walau waktu terus menggerus. Sambil menyapa beberapa tetangga yang jujur saja beberapa diantaranya aku lupa namanya.

            Aku berangkat pada malam itu untuk bermain futsal. Seperti yang aku duga mereka tampak berubah dari segi fisik. Namun untuk sifat rupanya hampir sama, tiada bedanya. Acapkali meski sudah tak lama bertemu kami masih bisa gojekan seperti biasa layaknya dulu. Bernostalgia Bersama dilengkapi dengan kemenangan membantai tim perumnnas dengan skor telak.
***

            Waktunya meninggalkan desa, berpamitan kepada kedua orang tua untuk kembali menuju kota. Melanjutkan studi yang belum selesai, dengan mengharap kebermanfaatan ilmu yang didapatkan kelak akan berhasil membangun desa ini. Kupikir ini sudah menjadi kewajibanku saat beranjak dewasa, meninggalkan huru hara masa kecil yang penuh dengan canda tawa dan permainan. Saatnya melangkah ke jenjang kedewasaan mengetahui umurku sudah memasuki kepala dua.

“aku pamit dulu ya bapak, ibu” kataku sambil menyalami dan mengecup tangan mereka. Travel yang sudah di pesan sudah datang di tepi jalan raya.
“ya nak hati-hati. Belajar yang pinter” kata Bapak.
“belajar yang rajin ya le, disini kami selalu mendo’akan mu” Kata Ibu.

Aku menangguk sambil memberikan senyuman terakhirku kepada mereka, berhubung kami tidak akan bertemu lagi dalam waktu yang lumayan lama. Mereka membalas senyuman kemudian kami saling melambaikan tangan, diiringi dengan berangkat travel yang mengarah ke kota.



Rabu, 5 February 2019

M         H         A

Sabtu, 16 Maret 2019

Kumpulan Cerpen ; Perasaan Hati

http://wall.alphacoders.com/



Apa yang menyebabkan sebongkah hati tergerak? Niat? Keinginan? Prinsip? atau sebuah komitmen luhur akan sesuatu yang hendak dicapai? Atau mungkin tanpa ada alasan yang jelas dan tanpa disadari membuat sebuah hati bisa tergerak dengan sendirinya?

“entahlah jo, aku ngga tau kata hatiku sendiri” sahut Jini. Jono berada disebelahnya masih terpaku menatap langit cerah sore itu, sebersit awan berlayar walau sebentar lagi menghilang dan menguap.
“tujuan sebenarnya yang dirasakan dari hati tak selamanya selalu dimengerti oleh jalan pikiran masing-masing individu yang memilikinya, itu baru sebatas pradugaku atas apa yang kita alami selama ini, sampai saat ini, bahkan detik ini” sahut Jojo tanpa menoleh, tetap menatap langit.
“aku sepakat itu” sahut Jini, mereka adalah dua sahabat kemarin sore yang sudah memulai pertemanan intensif semenjak satu semester lalu. Kini mereka sedang menepi bersama di sebuah taman yang kebanyakan diisi oleh para pasangan muda mudi gajelas.

“bagaimana perasaanmu melihat mereka yang sudah bergandengan tangan dan bermesraan layaknya pasutri gaje?” Tanya Jono ”Aku berani jamin hati mereka kebanyakan tidak pure mencintai namun memiliki niat lain yang tak usah aku ungkapkanpun kamu bisa menebaknya sendiri apa yang tersimpan pada hati mereka yang terdalam” Tambahnya lagi, dalam benaknya dia kepingin, namun apa daya, dia masih berpedoman dengan agamanya yang melarang hal tersebut.

“tentunya jengkel, rasanya aku ingin marah, entah itu rasa marah karena memang aku tidak suka akan kezaliman, atau marah karena iri tidak ada di posisi seperti mereka yang bisa ena ena. Menjomblo disini ditemani seorang jomblo ngenes akut”
“ngga usah di tambahin jomblo ngenes akut juga kali coeg” gerutu Jono.
“hehe sorry, yang jelas aku merasakan perasaan jengkel, Jo. Tapi aku tak tahu kejengkelanku ini akibat dari tidak suka melihat kedzaliman atau dari rasa iri yang tersembunyi dalam hati? Aku sama sekali tidak bisa memastikan niat utama yang ada di hati ini. Sulit. Mesti pada kenyataannya aku ingin bahwa rasa iriku ini berdasarkan atas ketidak sukaanku melihat kedzaliman” Jelas Jini sambil termangu dan ikut-ikutan menatap langit.

            Mereka terdiam sejenak. Mengamati tiap gerik manusia yang lewat dalam cakupan pandangan mereka. Hp mereka telah lowbat sehingga tak bisa update atau membaca komentar netizen di medsos yang terkadang mengocok perut.

“ada es serut, mau beli?” ajak Jono.
“kuy” Timpal Jini.
Mereka berdua kesana dengan perasaan hati kelabu, sendu, tanpa semangat dan gairah. Belum mengerti perasaan dan menerima rasa sakit hati setelah kemarin di tolak mentah-mentah oleh sang idaman hati masing-masing.
“apakah ini yang Namanya nasib para pujangga?”
“begini nasib para pujangga”
“aku jelas tidak akan menyerah Cuma gara-gara di tolak sekali seperti ini. Aku bukan orang lemah yang langsung baper hanya karena ini“
“hilih, sok kuat lo. Ngaku aja semalem lo nangis nangis sampe subuh”
“tau aja lo hehe” Jini tak kuasa membendung tawanya ketika temannya berhasil membongkar kelakuannya malam tadi.
“lagian awal kita disini kan mendiskusikan masalah cinta, apa itu cinta, ada apa dengan cinta dan ketersangkut pautannya dengan hati”
“yah memang tepat rasanya kalau kita diskusi hati disaat hati sudah lesu, harusnya kita juga mengundang orang sebagai penengah untuk menuntun perasaan yang ada di hati kita. Kalau gini mah, kedepannya isinya Cuma curhat-curhatan gajelas”
“hmm, bener juga”
“lagian ngapain sih milih tempatnya disini, bukankah disini tempat bagi muda mudi yang sedang kasmaran? Jika dipandang bikin tambah sakit hati aja”
“kasep bro, siapa tau kita bakal ketemu mantan calon pacar kita dimari” sahut Jini ”dengan orang lain” tambahnya lirih.

Mereka menghela nafas bebarengan, kembali memakan es serut sambil memandang langit cerah. Sangat berbeda dengan perasaan hati mereka kala itu. Begitu kelam, sunyi, gelap, dan terdapat mendung pekat.

“apa benar ada dokter cinta di sekitar sini?”
“ngga penting, aku ingin mengerti tentang diriku sendiri oleh diriku sendiri, bukan orang lain”
“tapi bukankah perlu acuan orang lain untuk mengerti diri sendiri?”
“teori dari mana itu”
“dari berbagai buku yang aku baca”
“bentuknya apa? Masih teori kan?”
Jini mengangguk.
“hilih, teori bukanlah hukum. Keberadaannya masih bisa di usik dan diganti. Teori hanya sekedar pemecahan masalah dari sudut pandang tertntu, ibarat belum final, masih bisa diganggu gugat. Dan dari tiap sudut pandang bisa berubah-ubah” jelas Jono sambil menampilkan intonasi non verbal lewat tangannya bak politisi ulung.

            Berselang beberapa menit Es serut mereka berdua habis tak bersisa.

“aku sudah cukup tahu dan mengerti” Kata Jono
“Apanya?” Tanya Jini Penasaran.
“sebisa mungkin aku memang harus menjaga hati dan niat, menjaga pola yang ada di dalamnya, memprediksi kemungkinan yang ingin di sampaikan, serta memahami apa yang berada di dalam diri. Memang samar dan niat bisa saja berubah sesuai situasi dan kondisi. Untuk itu dengan menjaga dua parameter tersebut aku yakin bisa menjaga hati ini dari lingkunan liar diluar sana” Jelas Jono.
Jini geleng-geleng kepala tak percaya “kesambet apa lo barusan kok tiba-tiba jadi sok filsuf kek gini?”
Jono tak membalas, hanya menimpalinya dengan senyum penuh ketenangan, membuat Jini takut kalau-kalau sahabatnya ini sedang kerasukan.
***


“bagaimana sekarang, hatimu sudah kembali fresh?” tanya Jini.
“belum sepenuhnya sih. Tapi berkat itu aku belajar hal baru, bahwasanya aku masih perlu banyak belajar mengenai diri dan hatiku sendiri” timpal Jono.
Jini mengangguk setuju.

            Tak berselang lama, sebuah Message WA berdering di smartphone Jono. Jono tercekat ketika tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut, tatapannya kosong dan pikirannya mengawang kemana-mana, ekpresi wajahnya begitu syok seperti melihat kecoa dalam mode terbang.

“ada Apa Jo? Kuotamu abis?”
Jono menggeleng. Jini mencoba melihat smartphone Jono, terdapat sebuah pesan singkat yang ternyata dikirim dari calon mantan pacar Jono yang kemarin menolaknya mentah-mentah.
“udah coba buka aja” bujuk Jini.
Jono menelan ludahnya sambil men-touch pesan tersebut, beberapa millisecond kemudian pesan itu terbuka di layer smartphone-nya

“Jono, maafin sikap aku kemarin yahh. Ayo kita mulai dari awal lagi, aku berubah pikiran dan pengen jadian sama kamu”

Jono mengeluarkan keringat dingin. Dia merasa senang, namun juga merasa gelisah. Dia merasa was-was, tegang, mengigil, dan kedinginan. Dirinya di buat pilu oleh ujian yang menyerang hati, padahal tak ada lima menit yang lalu dirinya sudah berjanji untuk terus menjaga hati.



Sabtu, 16 March 2019

M         H         A

Selasa, 12 Maret 2019

Kumpulan Cerpen ; Misuh


https://wall.alphacoders.com


ASU

Jerit salah seorang yang tengah berkumpul dalam acara ‘rembug pubg Bersama papa loreng’. Sempoerna yang kala itu mendengar seketika dibuat panas mendapati seseorang sedang misuh di dekatnya.

“astagfirullah, ngapain coba anak itu misuh-misuh disini, bikin esmosi aja” batinnya dalam hati. Bahkan saking kencangnya, dia masih bisa mendengar pisuhan itu walau sudah mengenakan earphone ditelinga. Sekarang dia sedang berada di taman kotak membaca buku berjudul ‘so low to low

            Sudah beberapa kali ini pisuhan itu terus terulang dari pekumpulan tersebut. Karena sudah tak betah, Sempoerna akhirnya memutuskan untuk pergi menuju ke ujung taman yang sepi dari kerumunan manusia. Seperti kata pepatah ‘habis keluar dari kendang singa langsung menuju ke kendang buaya’ Sempoerna tiba-tiba di dekati oleh dua orang yang sedang bermesraan dan mengambil posisi duduk di belakangnya. Karena kursi di sana berbentuk kotak dengan pohon berada di tengah. Mereka terlihat begitu mesra sampai tak sadar jika selama ini sempoerna berada di belakang mereka sedang membaca.

innalillahi” pikirnya. Dirinya serasa ingin membacakan sekeras-kerasnya surat Al Isra’ ayat 32 kepada mereka. Namun apa daya, dia masih cupu dan takut-takut bilamana nanti di gebukin sama si lelaki. Terlebih ketika dia mengintip dan melihat pria yang ada di belakangnya itu penuh otot bak Ade Rai.

            Sempoerna mencoba bertahan sambil tetap berkonsentrasi membaca bukunya. Membiarkan pasutri gaje tersebut terlena dalam kesesatan dunia. Namun apa daya, dia kembali diperdaya dengan kata-kata semprul yang melewati gendang telinganya.
Bajigur!” bentak sang lelaki. Kala itu dirinya terkena bongkahan telek empuk yang melayang dari langit. Azab ternyata turun kala itu juga menggoyahkan kemesraan pasangan illegal dikala diaduk asmara.

“rasain” Batin Sempoerna kegirangan, namun dirinya tetap tidak jenak dan merasa risih atas pisuhan yang dilontarkan lelaki itu. Selang satu menit tak hentinya umpatan-umpatan deras keluar dari mulutnya kepada burung yang masih saja berputar-putar di atas langit. Tentu sang lelaki itu tak bisa melakukan apapun selain hanya mengumpat di tempat. Karena sudah tak tahan, sempoerna pun beralih menuju ketempat lain.

            Saat berada di bis kota seorang tua memaki kernet yang kala itu tak sengaja bersin di depan mukanya. Di perempatan lampu merah yang sering di terabas mahasiswa, terlihat amarah dari pengamen yang tidak mendapatkan uang dari seorang pengendara sepeda motor bermerek honda. Di kelas saat pelajaran mata kuliah, temannya yang saat itu presentasi selalu misuh-misuh berhubung dosen pada saat itu ngga ada, alhasil dia bisa presentasi seenak udelnya supaya terkesan lucu dan mengundang gelak tawa
.
Seharian ini sempoerna mendengar berbagai macam pisuhan di berbagai lokasi, bukan hanya hari ini, tetapi hampir setiap hari. Dia jenuh. Dia setres. Dia gregetan. Dia merasa salah dan merasa ada yang salah pada lingkungannya. Berhubung selama ini dia tak pernah sekalipun misuh, makanya dia merasa sangat esmosi semisal ada orang lain berkata- kata jorok di dekatnya.

“halo cok” kata seseorang menyapa sahabatnya dengan ekspresi berseri.
“eh anying, masih idup lo” sahut sahabat satunya tak kalah bahagia. Semua yang dia lihat Nampak begitu afdhal dan sama sekali tak bisa di elak. Semua terkesan biasa dan menerima kata pisuhan itu sebagai kata Mutiara.
“halo bro kenalin adnan” Sempoerna berjabat tangan dengan salah satu pria tinggi itu. Dia sebenarnya terlihat baik. Sayangnya ketika kemana-mana dia selalu misuh-misuh entah itu dengan sebab ataupun tanpa sebab.
“sempoerna” sahutnya ringkas dengan senyum tipis di bibir.

Dalam perjalanan, ternyata Adnan adalah seorang yang memiliki kelainan sandunginis, sejenis penyakit langka yang membuat si penderita selalu tersandung dalam jangkuan area 500 mater, berlaku kelipatan. Dan saat itu juga ketika temannya tersandung batu, lontaran pisuhan keras terdengar memekakkan telinga Sempoerna.
“DANCOK!”
“WASEM!”
“JANGKRIK!”
“CODOT!”
“SAPI!” kata itu terus terlontar setiap berjalan 500 meter sekali, tentu dengan berbagai variasi pisuhan yang berbeda-beda.
***


Sempoerna termenung di dalam keramaian warung hik, sebelah indomart, dekat kosannya malam itu. Pikirannya berlabuh mengarungi samudra pisuhan yang entah sadar atau tidak frekuensinya terus bertambah di setiap rentetan hidupnya. Mereka yang suka misuh entah itu sengaja atau tidak, entah itu digunakan sebagai kata imbuhan atau asal bunyi, entah itu ketika menyapa teman atau tersandung batu. Serasa semua itu seperti satu kesatuan keseharian, sebuah hierarki kehidupan manusia. Seperti sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dan harus ada untuk pelengkap hidup. Seperti apa yang dirasa akan kurang jikalau belum ada pisuhan. Apakah benar seperti itu?

“aku ngga setuju!” pekik Hasan. Alasan dia kembali ke Indonesia setelah selesai studinya di London karena Indonesia orangnya ramah-ramah, tapi nyatanya…
“kita itu bangsa yang beradap dan berbudi pekerti luhur, pasti ada kesalahan sistem yang membuat beberapa orang menjadi sedeng dan mengakibatkan kebiasaan buruk yang berimpas pada pengucapan pisuhan dalam kegiatan sehari-hari”
“aku juga jenuh nih San. Mungkin bisa tuh jadi bahan studi trus masukin Jurnal international mengenai frekuensi pisuhan di negara ber-flower sekalian tips cara penanggulangannya” timpal Sempoerna.
“yah, mungkin tahun depan Sem”

Mereka berdua menyeduh kopi yang barusan dipesan, membahas Panjang lebar terkait norma sosial yang sedikit demi sedikit dilanggar bahkan sampai memanfaatkan perkembangan teknologi yang kemudian melahirkan para netizen bar-bar.

“Bahkan sekarang saja kita bisa melihat di medsos sudah dipenuhi dengan kata-kata tak pantas yang memenuhi jagad sosialita”
“miris emang” ketus sempoerna sambil gedek-gedek kepala, berhubung belakangan ini dia juga merasa bersalah karena juga sempat mengumpat di beberapa tempat di postingan instagram. Padahal dirinya tak pernah mengumpat dan berkata kotor di kehidupan nyata.

Dari hasil diskusi yang berjalan kurang lebih dua jam tersebut, Hasan Bersama dengan Sempoerna berencana untuk membentuk Tim Anti Pisuhan Indonesia (TAPI). Dan mulai detik ini mereka akan memulai dengan membuat akun di medsos dan mengampanyekannya secara massif.
“tapi terkadang aku masih takut San, bilamana ada beberapa orang nyinyir atau beberapa haters yang menyerang akun kita” Sempoerna Nampak gelisah setelah mereka berdua sepakat untuk membuat akun anti pisuhan.
“yah, Namanya juga menegakkan kebenaran, pasti ada beberapa orang yang bakal nyinyir”
“kan lucu jika kita buat akun pisuhan tapi nanti kita yang malah di pisuhi”
“kebaikan harus selalu disampaikan seberat apapun itu, namun kamu juga harus tahu batas kemampuanmu dalam mengemban beban berat tersebut. Itu yang dulu pernah dikatakan guru kita waktu SMA kan, masak kamu lupa” jelas Hasan.
Sempoerna termenung sejenak. “tapi aku merasa belum kuat untuk memangkul beban itu San”
“tenang saja, kita pangkul Bersama, lagian semua itu perlu proses, orang kuat pun juga ada proses, disitulah keistiqomahan kita diuji, ingat kata Ali, kejahatan merajalela bukan karena sedikitnya orang baik, tapi karena orang baiknya diam”

Sebuah kata Mutiara yang menghujam deras dalam lubuk hati Sempoerna. Hal itu membuahkan semangat dan sentiment tersendiri untuk bergerak maju menapaki jalur berduri yang akan segera dia hadapi.
“oke, ayo buat akunnya” kata Sempoerna penuh keyakinan.





Selasa, 12 March 2019

M         H         A

Minggu, 10 Maret 2019

Persatuan dalam perbedaan dari sudut pandang Islam



            Indonesia yang kita kenal memiliki berbagai macam suku dan budaya beraneka ragam. Mulai dari sabang sampai marauke, terdapat ratusan Bahasa dan adat yang tentu memiliki ciri khas masing-masing.

            Jika kita bicara tentang persatuan, tentu di dalamnya terdapat sebuah kenyataan tentang memaknai arti perbedaan. Perbedaan timbul bukan untuk di adu, perbedaan ada juga bukan untuk di jadikan acuan kedigdayaan atas yang lain. Kita berbeda dan memiliki perbedaan karena perbedaan adalah harmoni yang membuat hidup kita lebih berarti. Di dalam perbedaan, tersimpan arti yang pantas untuk dimengerti. Dengan perbedaan, kita mampu merasakan makna kebersamaan, sehingga kita bisa memahami bahwa perbedaan adalah alasan untuk sebuah pengertian.

Dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah berfirman ”Wahai para manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.

Adapun  Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa adalah:

Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)
Isu Terorisme yang mengatas namakan Islam membuat Islam di cap sebagian orang sebagai agama yang intoleran. Islam dituduh sebagai agama yang ektrimis dan radikal. Padahal sebenarnya Islam adalah agama yang sangat Toleran, apalagi jika itu menyangkut perbedaan dalam golongan, etnis maupun agama.

Islam mengakui keberagaman, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh beliau dalam  memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang tertulis dalam “Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam disebutkan  tentang adanya kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan terhadap kota Madinah  atau penduduknya, maka semua  yang terlibat dalam Piagam  Madinah wajib mempertahankan dan menolong kota Madinah dan penduduknya  tanpa melihat perbedaan agama dan qabalah.

Batasan toleransi dalam perspektif islam
Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah Al Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam kehidupan umat Islam. Allah telah berfirman dengan tegas dan jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad.

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)

Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad saw.

Al Asas al fikri li tasamuh al muslimin

Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan beberapa faktor toleransi muslim terhadap non-muslim:

a. Nilai kemanusiaan yang mulia.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)

b. Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang Maha Pencita alam semesta dan isinya.

“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

c. Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah di akhirat nanti.

“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)

d. Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

Implementasi Keragaman dalam Keberagaman

            Islam dengan tegasnya menjunjung tinggi nilai keberagaman dan sikap toleransinya. Namun dengan batas-batas tertentu yang telah tercantum di atas. Salah satu langkah untuk menyikapi itu adalah dengan membangun tali silaturahmi.

“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka hendaklah dia bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan mengundang rezki material dan spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang untuk memutus tali silaturrahmi, jika terjadi pertikaian harus segera berdamai.

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya perpecahan dalam persatuan dan kesatuan bangsa maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menjaga tali silaturrahmi dalam berbagai aspek kehidupan. Berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk mengharapkan ridho-Nya.



Dengan beberapa gubahan...

https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/12/13/bagaimana-islam-membangun-persatuan-dalam-keberagaman/

Jumat, 08 Maret 2019

Mempertautkan Ulum Al-Diin, Al-Fikr Al-Islamy, dan Dirasat Islamiyyah

https://wall.alphacoders.com

REVIEW ARTIKEL

Pendahuluan
            Sebenarnya sudah dari tahun 80-han Istilah “act locally and think globally” sudah ada. Namun sampai sekarang belum menemui formula yang pas, sehingga bukan kedamaian dan sikap tasamuh yang didapat, justru malah kekerasan, perebutan kepentingan, dan hal buruk lain yang didapat. Menurut pandangan penulis Seringkali kita tidak dapat membedakan secara jelas dan gamblang antara Ulu, Al-Diin, Al-Fikr Al-Islamy, dan Dirasat Islamiyyah. Sehingga tidak dapat membentuk satu pandangan keagamaanIslam yang utuh, yang dapat mempertemukan dan mendialogkan secara positif-konstruktif antara yang “lokal” dan “global”, antara yang “partikular” dan “universal”, antara “distinctive values” dan “shared values”, antara yang biasa disebut “dzanni” dan “qath’iy” dalam pemikiran fikih Islam dalam hubungannnya dengan keberadaan pandangan hidup dan pandangan keagamaan tradisi dan budaya lain (others; al-akhar) di luar budaya Islam.
Pendidikan merupakan alat yang dapat mencerahkan peradaban itu sendiri. Pendidikan Islam secara utuh, terstruktur dan tersistimatisasi yang diharapkan dapat memberikan gambaran keislaman kepada masyarakat luas, termasuk para alumni perguruan tinggi umum, para pemimpin negara dan tokoh pemimpin gerakan sosial keagamaan. Tapi dengan majunya IPTEK semua informasi mengenai Islam justru membuat masyarakat kesulitan karena tidak terstruktur secara sisematis.
Maka diperlukan konsep baru yang dapat mencerahkan, yang dapat mengolah kembali silabi, dan pendekatan mengenai Pendidikan Agama Islam supaya peserta didik, masyarakat luas tetap mampu berpikir jernih, santun, etis, penuh pertimbangan yang rasional-logis, dan dapat mendorong untuk berpikiran “Act locally and think globally”. Tanpa harus mengorbankan salah satunya.

Isi Materi
Empat fase studi agama dari teolog Keith Ward :
·         Local
Pada masa prasejarah Agama termasuk dikategorikan memiliki sifat lokal karena masih melakukan tradisi, kultur, adat istiadat, norma, yang ada disekitar tempat batas geografinya. Dan kelokalan ini tidak dapat dihindari karena salah satu factor yang mendasarinya adalah bahasanya.

·         Canonical/ Propositional
Era agama-agama besar dunia. Kehadiran agama Ibrahimi dan juga agama di Timur umumnya menggunakan kitab suci. Pada saat itu, tradisi yang awalnya hanya menggunakan Lisan kemudian mulai mengenal budaya baca tulis menggunakan huruf, tulisan (alphabet, huruf, kata, anak kalinatm dll). Sejarah manusia memasuki babak baru ketika norma, aturan, kesepakatan lokal ditulis dan dibukukan disebut Canonical. Yang mana masing-masing agama memiliki aturan, norma, dan kesepakatan berdasarkan kitab suci yang menjadi panduan hidup moral, hukum, dan sosial. Era ini muncul juga empat model pemahaman tentang realitas spiritualitas :
ü  Idealis
ü  Dualis
ü  Teis
ü  Monois
Agama-agama Canonical keseluruhannya memberikan pandangan tentang realitas yang sangat tinggi dalam penafsiran yang berbeda. Panduan keagamaan inilah yang berdasarkan kitab suci sangat berkembang di abad pertengahan dan mempunyai andil dalam pemebentukan keberagaman.
·         Critical
Kesadaran beragama di Eropa pada abad ke 16 dan 17 terjadi perubahan yang radikal, agama-agama tradisional pun mengalami tantangan berat yang mana memaksa para pengikutnya untuk memikirkan kembali secara menyeluruh asumsi dasar menjadi habits of mind dan belief. Kalau umat beragama menerima dua prinsip Enlightement bisa jadi menyebabkan kepercayaan agama dalam bentuk tradisional-konvensional selama ini, tidak akan bisa dipertahankan lagi. 
·         Global
Di era ini perkembangan teknologi informasi, didukung dengan kemajuan transportasi udara, laut, dan darat dapat mempercepat terwujudnya borderless society. Selain itu glokalisasi (tradisi lokal dibawa ke arena global).Tradisi lokal dibawa ke arena global. Muslim diaspora, immigrant muslim di Eropa, gerakan transnasionalisme menempati salah satu bagian dari kompleksitas kehidupan agama di era global ini


Perkembangan Pemikiran Kalamiyyah dari Waktu ke Waktu
Hasan Hanafi menggambarkan ada lima fase perjalanan yang dialektis dari karya-karya ilmu Ushuluddin :
1.      Kemunculan objek dan aliran
2.      Dari pokok-pokok agama (ushuluddin) menuju konstruksi ilmu pengetahuan
3.      Dari konstruksi ilmu pengetahuan menuju keyakinan-keyakinan keimanan
4.      Dari keyakinan-keyakinan keimanan menuju ideologi revolusi

Kelebihan Artikel
1.      Artikel yang digunakan oleh penulis sangat informatif dan menarik karena menyampaikan informasi secara jelas, Terpola dan cukup padat sehingga tidak membuat pembaca kebingungan karena tulisan arikel yang panjang.
2.      Ada penjelasan mengenai istilah asing atau kata Asing, sehingga pembaca tidak mengalami kesulitan dan kebingungan untuk memahami artikel yang ada.
3.      Penyampaian materi disertai dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Penggunaan garis miring, huruf tebal, dan huruf besar yang tepat, guna menggambarkan dan memperjelas isi dari Artikel yang dijelaskan.
5.      Terdapat Footnote untuk membantu para pembaca jika ingin lebih mendalami Artikel yang dibaca.

Kekurangan Artikel
1.      Terdapat banyak sekali kata asing bagi orang awam, sehingga sulit untuk memahami makna kata-kata yang dipaparkan
2.      Dalam memahami artikel tersebut pembaca haruslah membaca berulang kali untuk dapat menafsirkan isi dari artikel itu sendiri.
3.      Penulis tidak memberikan kesimpulan untuk menyimpulkan informasi yang telah dibahas.

Kesimpulan
Kesimpulannya yakni, bahwa kita haruslah dapat mempertahankan Sifat Local (tradisi, adat istiadat, norma, serta aturan yang ada) dalam keagamaan dengan menggunakan cara berpikir global. Tidak mementingkan kepentingan golongan maupun mendiskriminasi Sebagian kelompok tertentu. Penulis juga memaparkan tentang adanya empat fase studi agama yang menjelaskan perkembangan mulai dari Sifat Local, kemudian berkembang dari yang semula hanya menggunakan Lisan menjadi budaya baca tulis yang kemudian pada akhirnya berkembang menuju era global. Tapi di era gobal seperti sekarang tidaklah membuatnya budaya lokal hilang justru membuatnya dapat masuk ke arena global. Kehidupan beragama tidak boleh kebal dari kritik, supaya kehidupan beragama yang majemuk antar kelompok tidak mengalami crash yang akan menimbulkan kekacauan. Saling menghargai dan bertoleransi dalam hal yang dibolehkan. Membangun kembali sisi intelektual Islam dengan memperhatikan Tradisi, pemikiran, dan Studi Islam.