https://wall.alphacoders.com |
Sudah
Pagi? kataku ketika terbangun dan merasakan terpaan udara pagi. Setelah sholat
subuh, kurasa aku tak sengaja kembali mendengkur akibat rasa Lelah kemarin. Rasa pegal menjalar
mengekang tubuh yang sulit digerakkan di atas Kasur. Mataku memicik, dipaksa
untuk membuka walau memang resikonya kepala pusing. Hari berlanjut tanpa ada
kabar. Istirahatku pada malam itu begitu lelap sampai tak mungkin aku bakal terbangun
walau di gebyur oleh satu ember air
sekalipun.
“mantaplah”
kataku lirih, pertarungan sengit memanfaatkan waktu berjalan mulus. walau meski
tertatih-tatih sampai merasakan demam sesekali. Setidaknya semua itu terbayar
karena dulunya aku masih menghamburkan waktu berhari-hari dengan main game dan kesia-siaan.
Kini hariku sudah mulai terisi dengan agenda padat yang menjemukan badan.
Setidaknya dua minggu ini.
“halo?” seseorang menelponku.
“Qon, longgar?” kata seseorang
dari balik telepon, aku menggunakan speaker supaya bisa mendengarnya walau
posisi hpku jauh dari telinga.
“yah, untuk saat ini, ada apa?”
“aku tadi pagi pulang ke rumah,
belum beli’in makanan buat si mpus karena tokonya masih tutup. nah kan kos
kayaknya Cuma ada kamu aja kan, tolong nanti belikan makanan kucing ya, uangnya
bakal di ganti, santai”
Aku berpikir sejenak, baru sadar
jika sekarang adalah hari libur. Kebanyakan temanku se-kosan sudah pada balik
ketika hari libur tiba. Rencananya aku juga ingin mengisi waktu libur ini
dengan istirahat melepas Lelah. Tapi rasanya bakal mustahil, cucianku masih
menggunung hingga seekor kocheng pun bisa mengadakan muncak bareng di tumpukan
pakaianku yang kotor. Kamar amburadul dengan bau luar binasa yang seokor
lalerpun yang notabenenya suka tempat kotor harus berpikir Panjang ketika ingin
masuk ke dalam kamar. Sepatu basah yang mengeluarkan bau apek akibat sering
dipake, diterpa hujan, dan kejatuhan kuah telor asin tempo hari lalu di kantin. Hari
ini setidaknya aku harus mengatasi semua itu yang mungkin bakal menguras waktu
libur. Dan sekarang, tambah beli’in makanan buat kocheng?
“oi gimana Qon? Mau kan” tanyanya
untuk memastikan lagi. Tapi pada dasarnya dia ingin memaksaku untuk setuju.
“yow” kataku dengan suara serak,
berusaha untuk ikhlas.
“ok, thanks bro. Assalamualaikum”
“waalaikumussalam” telpon di
matikan.
Setidaknya
tenagaku sudah pulih, kulihat jam smartphone menunjuk angka 08.00 lebih satu
detik. Aku ketiduran tiga jam setelah melaksanakan sholat subuh di masjid. Padahal tak ada sama sekali niat untuk tidur lagi setelah sholat. Namun karena memang sudah menjadi kebiasaan,
akhirnya aku ketiduran dengan sendirinya. Hal ini juga salah satu faktor
bagaimana kedepannya aku tidak tidur lagi selepas subuh untuk memnafaatkan
waktu di pagi hari dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
“UOOOOOOOOOOO!!!”
teriakku sambil melejitkan tubuh keluar dari digdaya kasur. HARUS SEMANGAT,
JANGAN MENYERAH, PANTANG KENDUR, PANTANG TURATURU TOK, DAN LEKAS AKU MENJALANI
HARI INI SECARA MAKSIMAL KEMBALI!!!
Eongan
kucing begitu lembut mengiang di telinga, kubuka kendang kucing itu dan lekas
mereka menjerit sambil menaiki pahaku untuk sekedar leyeh-leyeh disana. Aku
tahu mereka sudah ingin makan dan minum susu khusus kocheng, dan persediaan itu
sudah habis satu hari yang lalu.
“Sabar ya mpus, bentar lagi aku
beliin pellet sama susu cap kocheng, eh makanan kocheng yang padet itu juga
Namanya pellet kan?” tanyaku pada diri sendiri, tapi ah sudahlah, mungkin
ketimbang aku bilang beli pellet kocheng ke penjual lebih baik aku langsung
mengatakan pakan kocheng. Mereka masih kecil, imut, dan kunyu. Aku mengelus dan
mmbelai mereka untuk memberikan kehangatan, kenyamanan, dan kesempurnaan, cintaaa,
sambil menunggu motorku yang masih dipanasi di luar.
Mungkin
setelah itu aku juga harus mengganti pasir untuk si mpus, berhubungan pasir itu
sekarang sudah sangat penuh dengan TA1. Beberapa hari ini juga para kucing ini
sudah ogah-ogahan untuk sekedar mengeluarkan ampasnya di pasir tersebut, akibat
banyaknya ampas dan bau ampas yang sebenarnya dihasilkan oleh kocheng itu
sendiri. Alhasil beberapa kamar penghuni kos menjadi korban ajang kebiadapan
TA1 kocheng yang menambah bau kamar mereka yang sudah bau dari awal.
Aku
melaju dengan motor berkecepatan kurang dari 60 km/second. Melewati jalan
beraspal mulus hasil cor seminggu yang lalu karena sebentar lagi menjelang
pemilu. Untuk mengefektifkan waktu, sebelum berangkat aku sudah mengekom
pakaian ke dalam air kemudian memberinya detergen sambil di injek-injek pakai
kaki. Sudah beberapa bulan ini aku menerapkan sistem foot pressure multifungsional ketika sedang mencuci baju. Itu
sangat efektif karena tekanan yang dihasilkan begitu kuat dengan kinerja yang
maksimal, mengangkat kotoran yang membandel serta membuat tanganku tak perlu capek-capek
mengulek-ulek pakaian itu kembali. Sebenarnya aku ingin mendownload, eh upload
cara mencuci dengan kaki ini ke youtube. Untung-untung nanti bakal viral dan
aku bakal dapet duit dari sana seperti Batta halilintar.
Makanan
kocheng sudah terbeli, memang sedikit menguras uang, tapi toh nanti bakal di
ganti oleh urunan satu kos. Kita sudah bersepakat untuk merawat, menyantuni dan
menafkahi kocheng kos bersama. Aku menyiapkan makanan dan minuman si Mpus.
Mereka makan begitu lahap, ini bukti bahwa mereka masih sehat dan aktif.
Kusiapkan pasir yang telah aku ambil dari luar, meminta sedikit pasir pada
salah satu kuli bangunan yang tengah membangun rumah di dekat kosku berada.
Kemudian menuju ke lantai dua untuk kembali mengurus cucianku.
Dua
jam berlalu, kamar ku yang seperti kandang kocheng dan berbau telek kocheng
sudah bersih mengkilap seperti baru. Sarang-sarang semut maupun laba-laba yang
bertengger di eternit atas sudah aku bersihkan dengan segenap kelelahan. Untung
saja aku membeli hemaviton c 100 pas keluar tadi, sehingga menyebabkan tubuh
ini terasa biasa aja. Karena memang rasanya tidak ada perubahan yang signifikan
dalam tubuh selain efek kembung akibat kebanyakan minum.
Untuk
saat ini setidaknya aku sudah memanfaatkan waktuku untuk hal-hal yang
bermanfaat. Teringat dikala dulu diriku yang masih bersikap masa bodoh dengan
masalah waktu dan merasa memiliki cukup banyak waktu untuk hidup, untuk
bermain, dan bersenda gurau. Ketika melihat kos kotor dan sampah menumpuk bagai
TPA, selama itu aku hanya acuh dan menghiraukan kekotoran itu berlarut sampai
melahirkan sindat-sindat kecil nan imut. Tak selamanya aku ingin merasa begitu.
Kesadaranku untuk memanfaatkan waktu dengan baik kuharap akan terus terjaga
hingga ajal menjemput.
Tekanan
yang begitu besar membuat tubuhku serasa panas di awal waktu, mengharap untuk
tak kendur membuat diri kalut untuk mundur. Sudah kesekian kali selalu saja diri
ini kendur ketika melewati waktu seminggu atau sebulan. Sekali lagi jangan,
rasa malas memang selalu menghantui dengan menawarkan kenikmatan dunia khayalan
yang melibatkan status quo yang melenakan. Namun efek yang dihasilkan sangat
luar biasa menimbulkan keteteran waktu yang berakibat fatal dalam kehidupan.
Sebelum
dzuhur berkumandang aku telah menyelesaikan misi kebersihan untuk diri sendiri.
Sepatuku yang berbau kaki cap kuah telor asin kini sudah selesai dibilas bersih
dan terpajang di pagar teras atas kosan. Menunggu kering oleh sang surya yang
masih menyala menerangi lingkungan. Kuharap hari ini tidak hujan, karena
menurut prediksi dari BMKG hari ini akan cerah sampai larut malam, semoga.
Berikutnya
adalah bersih diri. Aku lupa jika shompoku habis karena tadi pagi aku lupa
ketika mencuci baju malah menaruh shampoo di atas cucianku, kurang ajar memang
namun karena sudah terlanjur yasudahlah. Tak mungkin sebagai gantinya aku
membasuh rambut dengan detergen. Akhirnya aku membeli shampoo sachet yang di
jual di toko kelontong dekat kosanku.
“Hei Tall” seseorang kembali
menelpon selepas aku mandi. Kunyalakan kembali speaker smartphone, menaruhnya
di atas meja, lalu kembali aku melanjutkan memakai celana dan baju yang sempat
tertunda.
“ada apa Jo?”
“jangan lupa, besok kita
presentasi Pemasaran. Kamu bagian materi bla… bla… bla…”
“okey”
“ok, BTW besok pastikan jangan
telat berangkat yak, Tall”
“sans… aku sudah berubah”
"shap, kutunggu materi pptnya juga malam nanti, ntar share grub"
"berezz"
Telfon dimatikan. Selagi di
kuliah aku memang familiar di panggil Tall, sedangkan kalau di kosan aku biasa di
panggil Qon. Benar sekali, namaku adalah Tallqon. Siapapun yang membalik nama
itu akan merasakan kepretan dariku.
Tak
terasa hari sudah menjelang magrib. Waktu berlalu untuk istirahat di siang hari
dan membaca buku di sore hari. Mungkin untuk nanti malam aku bakal menyambinya
dengan bermain game sekitar satu jam untuk merefleksikan diri. Selekas itu
belajar untuk kegiatan mata kuliah esok hari. Aku harap saat bermain game bisa win streak karena jika lose streak biasanya aku kebablasan main
sampai jam dua belas malam.
Inilah
hari yang selalu dinamakan hari, hidup di tiap hari untuk merasakan berbagai
perasaan lain dari hari ke hari, hari memberikan pengalaman di tiap
jam yang hadir dalam kehidupan, memberikan pelajaran bahwa hari akan terasa
sia-sia jika untuk dilewatkan, hari memberikan sebuah kenyataan manis dan pahit
dalam menapaki alur kehidupan, hari menamakan dan menaggalkan diri sehingga
kita bisa mewanti-wanti dan mengatur setiap kegiatan. Rasakanlah keindahan hari.
Kuharap diriku, kalian, bisa mengenal hari lebih baik, untuk merasakan manfaat
dari hari yang selalu kita lalui dengannya.
8 March 2019
M H A
0 komentar:
Posting Komentar