Jumat, 08 Maret 2019

Kumpulan Cerpen ; Day

https://wall.alphacoders.com

Sudah Pagi? kataku ketika terbangun dan merasakan terpaan udara pagi. Setelah sholat subuh, kurasa aku tak sengaja kembali mendengkur akibat rasa Lelah kemarin.  Rasa pegal menjalar mengekang tubuh yang sulit digerakkan di atas Kasur. Mataku memicik, dipaksa untuk membuka walau memang resikonya kepala pusing. Hari berlanjut tanpa ada kabar. Istirahatku pada malam itu begitu lelap sampai tak mungkin aku bakal terbangun walau di gebyur oleh satu ember air sekalipun.

 “mantaplah” kataku lirih, pertarungan sengit memanfaatkan waktu berjalan mulus. walau meski tertatih-tatih sampai merasakan demam sesekali. Setidaknya semua itu terbayar karena dulunya aku masih menghamburkan waktu berhari-hari dengan main game dan kesia-siaan. Kini hariku sudah mulai terisi dengan agenda padat yang menjemukan badan. Setidaknya dua minggu ini.

“halo?” seseorang menelponku.
“Qon, longgar?” kata seseorang dari balik telepon, aku menggunakan speaker supaya bisa mendengarnya walau posisi hpku jauh dari telinga.
“yah, untuk saat ini, ada apa?”
“aku tadi pagi pulang ke rumah, belum beli’in makanan buat si mpus karena tokonya masih tutup. nah kan kos kayaknya Cuma ada kamu aja kan, tolong nanti belikan makanan kucing ya, uangnya bakal di ganti, santai”

Aku berpikir sejenak, baru sadar jika sekarang adalah hari libur. Kebanyakan temanku se-kosan sudah pada balik ketika hari libur tiba. Rencananya aku juga ingin mengisi waktu libur ini dengan istirahat melepas Lelah. Tapi rasanya bakal mustahil, cucianku masih menggunung hingga seekor kocheng pun bisa mengadakan muncak bareng di tumpukan pakaianku yang kotor. Kamar amburadul dengan bau luar binasa yang seokor lalerpun yang notabenenya suka tempat kotor harus berpikir Panjang ketika ingin masuk ke dalam kamar. Sepatu basah yang mengeluarkan bau apek akibat sering dipake, diterpa hujan, dan kejatuhan kuah telor asin tempo hari lalu di kantin. Hari ini setidaknya aku harus mengatasi semua itu yang mungkin bakal menguras waktu libur. Dan sekarang, tambah beli’in makanan buat kocheng?

“oi gimana Qon? Mau kan” tanyanya untuk memastikan lagi. Tapi pada dasarnya dia ingin memaksaku untuk setuju.
“yow” kataku dengan suara serak, berusaha untuk ikhlas.
“ok, thanks bro. Assalamualaikum”
“waalaikumussalam” telpon di matikan.

            Setidaknya tenagaku sudah pulih, kulihat jam smartphone menunjuk angka 08.00 lebih satu detik. Aku ketiduran tiga jam setelah melaksanakan sholat subuh di masjid. Padahal  tak ada sama sekali niat untuk tidur lagi setelah sholat. Namun karena memang sudah menjadi kebiasaan, akhirnya aku ketiduran dengan sendirinya. Hal ini juga salah satu faktor bagaimana kedepannya aku tidak tidur lagi selepas subuh untuk memnafaatkan waktu di pagi hari dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.

          “UOOOOOOOOOOO!!!” teriakku sambil melejitkan tubuh keluar dari digdaya kasur. HARUS SEMANGAT, JANGAN MENYERAH, PANTANG KENDUR, PANTANG TURATURU TOK, DAN LEKAS AKU MENJALANI HARI INI SECARA MAKSIMAL KEMBALI!!!

            Eongan kucing begitu lembut mengiang di telinga, kubuka kendang kucing itu dan lekas mereka menjerit sambil menaiki pahaku untuk sekedar leyeh-leyeh disana. Aku tahu mereka sudah ingin makan dan minum susu khusus kocheng, dan persediaan itu sudah habis satu hari yang lalu.

“Sabar ya mpus, bentar lagi aku beliin pellet sama susu cap kocheng, eh makanan kocheng yang padet itu juga Namanya pellet kan?” tanyaku pada diri sendiri, tapi ah sudahlah, mungkin ketimbang aku bilang beli pellet kocheng ke penjual lebih baik aku langsung mengatakan pakan kocheng. Mereka masih kecil, imut, dan kunyu. Aku mengelus dan mmbelai mereka untuk memberikan kehangatan, kenyamanan, dan kesempurnaan, cintaaa, sambil menunggu motorku yang masih dipanasi di luar.

Mungkin setelah itu aku juga harus mengganti pasir untuk si mpus, berhubungan pasir itu sekarang sudah sangat penuh dengan TA1. Beberapa hari ini juga para kucing ini sudah ogah-ogahan untuk sekedar mengeluarkan ampasnya di pasir tersebut, akibat banyaknya ampas dan bau ampas yang sebenarnya dihasilkan oleh kocheng itu sendiri. Alhasil beberapa kamar penghuni kos menjadi korban ajang kebiadapan TA1 kocheng yang menambah bau kamar mereka yang sudah bau dari awal.

         Aku melaju dengan motor berkecepatan kurang dari 60 km/second. Melewati jalan beraspal mulus hasil cor seminggu yang lalu karena sebentar lagi menjelang pemilu. Untuk mengefektifkan waktu, sebelum berangkat aku sudah mengekom pakaian ke dalam air kemudian memberinya detergen sambil di injek-injek pakai kaki. Sudah beberapa bulan ini aku menerapkan sistem foot pressure multifungsional ketika sedang mencuci baju. Itu sangat efektif karena tekanan yang dihasilkan begitu kuat dengan kinerja yang maksimal, mengangkat kotoran yang membandel serta membuat tanganku tak perlu capek-capek mengulek-ulek pakaian itu kembali. Sebenarnya aku ingin mendownload, eh upload cara mencuci dengan kaki ini ke youtube. Untung-untung nanti bakal viral dan aku bakal dapet duit dari sana seperti Batta halilintar.

            Makanan kocheng sudah terbeli, memang sedikit menguras uang, tapi toh nanti bakal di ganti oleh urunan satu kos. Kita sudah bersepakat untuk merawat, menyantuni dan menafkahi kocheng kos bersama. Aku menyiapkan makanan dan minuman si Mpus. Mereka makan begitu lahap, ini bukti bahwa mereka masih sehat dan aktif. Kusiapkan pasir yang telah aku ambil dari luar, meminta sedikit pasir pada salah satu kuli bangunan yang tengah membangun rumah di dekat kosku berada. Kemudian menuju ke lantai dua untuk kembali mengurus cucianku.

            Dua jam berlalu, kamar ku yang seperti kandang kocheng dan berbau telek kocheng sudah bersih mengkilap seperti baru. Sarang-sarang semut maupun laba-laba yang bertengger di eternit atas sudah aku bersihkan dengan segenap kelelahan. Untung saja aku membeli hemaviton c 100 pas keluar tadi, sehingga menyebabkan tubuh ini terasa biasa aja. Karena memang rasanya tidak ada perubahan yang signifikan dalam tubuh selain efek kembung akibat kebanyakan minum.

            Untuk saat ini setidaknya aku sudah memanfaatkan waktuku untuk hal-hal yang bermanfaat. Teringat dikala dulu diriku yang masih bersikap masa bodoh dengan masalah waktu dan merasa memiliki cukup banyak waktu untuk hidup, untuk bermain, dan bersenda gurau. Ketika melihat kos kotor dan sampah menumpuk bagai TPA, selama itu aku hanya acuh dan menghiraukan kekotoran itu berlarut sampai melahirkan sindat-sindat kecil nan imut. Tak selamanya aku ingin merasa begitu. Kesadaranku untuk memanfaatkan waktu dengan baik kuharap akan terus terjaga hingga ajal menjemput.

            Tekanan yang begitu besar membuat tubuhku serasa panas di awal waktu, mengharap untuk tak kendur membuat diri kalut untuk mundur. Sudah kesekian kali selalu saja diri ini kendur ketika melewati waktu seminggu atau sebulan. Sekali lagi jangan, rasa malas memang selalu menghantui dengan menawarkan kenikmatan dunia khayalan yang melibatkan status quo yang melenakan. Namun efek yang dihasilkan sangat luar biasa menimbulkan keteteran waktu yang berakibat fatal dalam kehidupan.

            Sebelum dzuhur berkumandang aku telah menyelesaikan misi kebersihan untuk diri sendiri. Sepatuku yang berbau kaki cap kuah telor asin kini sudah selesai dibilas bersih dan terpajang di pagar teras atas kosan. Menunggu kering oleh sang surya yang masih menyala menerangi lingkungan. Kuharap hari ini tidak hujan, karena menurut prediksi dari BMKG hari ini akan cerah sampai larut malam, semoga.

Berikutnya adalah bersih diri. Aku lupa jika shompoku habis karena tadi pagi aku lupa ketika mencuci baju malah menaruh shampoo di atas cucianku, kurang ajar memang namun karena sudah terlanjur yasudahlah. Tak mungkin sebagai gantinya aku membasuh rambut dengan detergen. Akhirnya aku membeli shampoo sachet yang di jual di toko kelontong dekat kosanku.

“Hei Tall” seseorang kembali menelpon selepas aku mandi. Kunyalakan kembali speaker smartphone, menaruhnya di atas meja, lalu kembali aku melanjutkan memakai celana dan baju yang sempat tertunda.
“ada apa Jo?”
“jangan lupa, besok kita presentasi Pemasaran. Kamu bagian materi bla… bla… bla…”
“okey”
“ok, BTW besok pastikan jangan telat berangkat yak, Tall”
“sans… aku sudah berubah”
"shap, kutunggu materi pptnya juga malam nanti, ntar share grub"
"berezz"

Telfon dimatikan. Selagi di kuliah aku memang familiar di panggil Tall, sedangkan kalau di kosan aku biasa di panggil Qon. Benar sekali, namaku adalah Tallqon. Siapapun yang membalik nama itu akan merasakan kepretan dariku.

            Tak terasa hari sudah menjelang magrib. Waktu berlalu untuk istirahat di siang hari dan membaca buku di sore hari. Mungkin untuk nanti malam aku bakal menyambinya dengan bermain game sekitar satu jam untuk merefleksikan diri. Selekas itu belajar untuk kegiatan mata kuliah esok hari. Aku harap saat bermain game bisa win streak karena jika lose streak biasanya aku kebablasan main sampai jam dua belas malam.

            Inilah hari yang selalu dinamakan hari, hidup di tiap hari untuk merasakan berbagai perasaan lain dari hari ke hari, hari memberikan pengalaman di tiap jam yang hadir dalam kehidupan, memberikan pelajaran bahwa hari akan terasa sia-sia jika untuk dilewatkan, hari memberikan sebuah kenyataan manis dan pahit dalam menapaki alur kehidupan, hari menamakan dan menaggalkan diri sehingga kita bisa mewanti-wanti dan mengatur setiap kegiatan. Rasakanlah keindahan hari. Kuharap diriku, kalian, bisa mengenal hari lebih baik, untuk merasakan manfaat dari hari yang selalu kita lalui dengannya.




8 March 2019

M         H         A

0 komentar:

Posting Komentar