https://wall.alphacoders.com |
“ASU”
Jerit salah seorang yang tengah
berkumpul dalam acara ‘rembug pubg Bersama papa loreng’. Sempoerna yang kala
itu mendengar seketika dibuat panas mendapati seseorang sedang misuh di
dekatnya.
“astagfirullah, ngapain coba anak
itu misuh-misuh disini, bikin esmosi aja” batinnya dalam hati. Bahkan saking
kencangnya, dia masih bisa mendengar pisuhan itu walau sudah mengenakan earphone ditelinga. Sekarang dia sedang
berada di taman kotak membaca buku berjudul ‘so low to low’
Sudah
beberapa kali ini pisuhan itu terus terulang dari pekumpulan tersebut. Karena
sudah tak betah, Sempoerna akhirnya memutuskan untuk pergi menuju ke ujung
taman yang sepi dari kerumunan manusia. Seperti kata pepatah ‘habis keluar dari
kendang singa langsung menuju ke kendang buaya’ Sempoerna tiba-tiba di dekati
oleh dua orang yang sedang bermesraan dan mengambil posisi duduk di
belakangnya. Karena kursi di sana berbentuk kotak dengan pohon berada di tengah.
Mereka terlihat begitu mesra sampai tak sadar jika selama ini sempoerna berada
di belakang mereka sedang membaca.
“innalillahi” pikirnya. Dirinya serasa ingin membacakan
sekeras-kerasnya surat Al Isra’ ayat 32 kepada mereka. Namun apa daya, dia
masih cupu dan takut-takut bilamana nanti di gebukin sama si lelaki. Terlebih ketika
dia mengintip dan melihat pria yang ada di belakangnya itu penuh otot bak Ade Rai.
Sempoerna
mencoba bertahan sambil tetap berkonsentrasi membaca bukunya. Membiarkan
pasutri gaje tersebut terlena dalam kesesatan dunia. Namun apa daya, dia
kembali diperdaya dengan kata-kata semprul yang melewati gendang telinganya.
“Bajigur!” bentak sang lelaki. Kala itu dirinya terkena bongkahan
telek empuk yang melayang dari langit. Azab ternyata turun kala itu juga
menggoyahkan kemesraan pasangan illegal dikala diaduk asmara.
“rasain” Batin Sempoerna
kegirangan, namun dirinya tetap tidak jenak dan merasa risih atas pisuhan yang
dilontarkan lelaki itu. Selang satu menit tak hentinya umpatan-umpatan deras
keluar dari mulutnya kepada burung yang masih saja berputar-putar di atas
langit. Tentu sang lelaki itu tak bisa melakukan apapun selain hanya mengumpat
di tempat. Karena sudah tak tahan, sempoerna pun beralih menuju ketempat lain.
Saat
berada di bis kota seorang tua memaki kernet yang kala itu tak sengaja bersin
di depan mukanya. Di perempatan lampu merah yang sering di terabas mahasiswa,
terlihat amarah dari pengamen yang tidak mendapatkan uang dari seorang
pengendara sepeda motor bermerek honda. Di kelas saat pelajaran mata kuliah,
temannya yang saat itu presentasi selalu misuh-misuh berhubung dosen pada saat
itu ngga ada, alhasil dia bisa presentasi seenak udelnya supaya terkesan lucu
dan mengundang gelak tawa
.
Seharian
ini sempoerna mendengar berbagai macam pisuhan di berbagai lokasi, bukan hanya
hari ini, tetapi hampir setiap hari. Dia jenuh. Dia setres. Dia gregetan. Dia
merasa salah dan merasa ada yang salah pada lingkungannya. Berhubung selama ini
dia tak pernah sekalipun misuh, makanya dia merasa sangat esmosi semisal ada
orang lain berkata- kata jorok di dekatnya.
“halo cok” kata seseorang menyapa
sahabatnya dengan ekspresi berseri.
“eh anying, masih idup lo” sahut sahabat
satunya tak kalah bahagia. Semua yang dia lihat Nampak begitu afdhal dan sama
sekali tak bisa di elak. Semua terkesan biasa dan menerima kata pisuhan itu sebagai
kata Mutiara.
“halo bro kenalin adnan” Sempoerna
berjabat tangan dengan salah satu pria tinggi itu. Dia sebenarnya terlihat baik.
Sayangnya ketika kemana-mana dia selalu misuh-misuh entah itu dengan sebab
ataupun tanpa sebab.
“sempoerna” sahutnya ringkas
dengan senyum tipis di bibir.
Dalam
perjalanan, ternyata Adnan adalah seorang yang memiliki kelainan sandunginis, sejenis penyakit langka
yang membuat si penderita selalu tersandung dalam jangkuan area 500 mater,
berlaku kelipatan. Dan saat itu juga ketika temannya tersandung batu, lontaran
pisuhan keras terdengar memekakkan telinga Sempoerna.
“DANCOK!”
“WASEM!”
“JANGKRIK!”
“CODOT!”
“SAPI!” kata itu terus terlontar
setiap berjalan 500 meter sekali, tentu dengan berbagai variasi pisuhan yang
berbeda-beda.
***
Sempoerna
termenung di dalam keramaian warung hik, sebelah indomart, dekat kosannya malam
itu. Pikirannya berlabuh mengarungi samudra pisuhan yang entah sadar atau
tidak frekuensinya terus bertambah di setiap rentetan hidupnya. Mereka yang
suka misuh entah itu sengaja atau tidak, entah itu digunakan sebagai kata
imbuhan atau asal bunyi, entah itu ketika menyapa teman atau tersandung batu.
Serasa semua itu seperti satu kesatuan keseharian, sebuah hierarki kehidupan
manusia. Seperti sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dan harus ada untuk
pelengkap hidup. Seperti apa yang dirasa akan kurang jikalau belum ada pisuhan.
Apakah benar seperti itu?
“aku ngga setuju!” pekik Hasan. Alasan
dia kembali ke Indonesia setelah selesai studinya di London karena Indonesia
orangnya ramah-ramah, tapi nyatanya…
“kita itu bangsa yang beradap dan
berbudi pekerti luhur, pasti ada kesalahan sistem yang membuat beberapa orang
menjadi sedeng dan mengakibatkan kebiasaan buruk yang berimpas pada pengucapan
pisuhan dalam kegiatan sehari-hari”
“aku juga jenuh nih San. Mungkin
bisa tuh jadi bahan studi trus masukin Jurnal international mengenai frekuensi
pisuhan di negara ber-flower sekalian tips cara penanggulangannya” timpal
Sempoerna.
“yah, mungkin tahun depan Sem”
Mereka
berdua menyeduh kopi yang barusan dipesan, membahas Panjang lebar terkait norma
sosial yang sedikit demi sedikit dilanggar bahkan sampai memanfaatkan
perkembangan teknologi yang kemudian melahirkan para netizen bar-bar.
“Bahkan sekarang saja kita bisa
melihat di medsos sudah dipenuhi dengan kata-kata tak pantas yang memenuhi
jagad sosialita”
“miris emang” ketus sempoerna
sambil gedek-gedek kepala, berhubung belakangan ini dia juga merasa bersalah
karena juga sempat mengumpat di beberapa tempat di postingan instagram. Padahal
dirinya tak pernah mengumpat dan berkata kotor di kehidupan nyata.
Dari
hasil diskusi yang berjalan kurang lebih dua jam tersebut, Hasan Bersama dengan
Sempoerna berencana untuk membentuk Tim Anti Pisuhan Indonesia (TAPI). Dan mulai
detik ini mereka akan memulai dengan membuat akun di medsos dan
mengampanyekannya secara massif.
“tapi terkadang aku masih takut
San, bilamana ada beberapa orang nyinyir atau beberapa haters yang menyerang
akun kita” Sempoerna Nampak gelisah setelah mereka berdua sepakat untuk membuat
akun anti pisuhan.
“yah, Namanya juga menegakkan
kebenaran, pasti ada beberapa orang yang bakal nyinyir”
“kan lucu jika kita buat akun pisuhan
tapi nanti kita yang malah di pisuhi”
“kebaikan harus selalu
disampaikan seberat apapun itu, namun kamu juga harus tahu batas kemampuanmu
dalam mengemban beban berat tersebut. Itu yang dulu pernah dikatakan guru kita
waktu SMA kan, masak kamu lupa” jelas Hasan.
Sempoerna termenung sejenak. “tapi
aku merasa belum kuat untuk memangkul beban itu San”
“tenang saja, kita pangkul Bersama,
lagian semua itu perlu proses, orang kuat pun juga ada proses, disitulah
keistiqomahan kita diuji, ingat kata Ali, kejahatan merajalela bukan karena
sedikitnya orang baik, tapi karena orang baiknya diam”
Sebuah
kata Mutiara yang menghujam deras dalam lubuk hati Sempoerna. Hal itu
membuahkan semangat dan sentiment tersendiri untuk bergerak maju menapaki jalur
berduri yang akan segera dia hadapi.
“oke, ayo buat akunnya” kata
Sempoerna penuh keyakinan.
Selasa, 12 March 2019
M H A
0 komentar:
Posting Komentar