Kamis, 25 Juli 2019

Amanah Memimpin itu Berat



Amanah itu berat, saya pasti akan menabok orang yang bilang itu ringan. Saya merasa sangat khawatir ketika sebuah amanah berupa jabatan selalu di perebutkan. Karena ketika seorang menjabat sebuah divisi, organisasi, menteri, atau presiden. Maka rasa bangga akan tercipta dalam diri. Merasa lebih hebat, lebih baik, dan lebih besar kuasanya dari pada yang lain. amanah jabatan yang mereka pikirkan seperti sebuah restu Tuhan yang digelarkan di pundak mereka. Alhasil mereka merasa bangga dan akhirnya berusaha mati-matian untuk mendapatkannya.

            Memang bentuk amanah beraneka macam, Arti dari amanah ini sendiri adalah terpercaya. Oleh KBBI, kata amanah ini disamakan dengan kata setia dan diartikan sebagai sifat yang bisa dipercaya, sesuatu hal yang bisa untuk ditipkan atau dipercayakan pada orang lain dan sebagainya. Sehingga seorang yang diberi amanah, hendaknya memiliki rasa tanggungjawab dengan apa yang di amanahkan padanya. Semisal contoh ada yang menitipkan sendal, itu termasuk amanah. Ada yang menitipkan modal usaha, itu juga amanah. Dan yang terakhir adalah jabatan, saya rasa itu adalah amanah yang paling berat.

            Setiap pemimpin selalu dimintai pertanggungjawaban. Entah itu saat rabes di periode akhir, ataupun penghakiman di akhirat kelak. Untuk itu seharusnya menjadi seorang pemimpin dan seorang yang memiliki jabatan harusnya memiliki rasa ketakutan dalam diri, rasa was-was jikalau dia tak bisa maksimal dengan amanah ini. Bahkan ummar ketika menjabat sebagai khalifah saja berjuang keras agar rakyatnya tidak menderita, tidak ingin memakan daging selama rakyatnya masih ada yang memakan roti kering dicampur zaitun. Lantas mengapa zaman sekarang justru mereka sangat bangga dan merasa besar dengan jabatan. Apa yang membuat seorang menjadi arogan dan tidak melihat dampak besar dari amanah yang di emban?

            Pemimpin yang arogan dan merasa berkuasa terkadang tak memperhatikan amanah yang disematkan kepadanya. Padahal sejatinya seorang pemimpin adalah melayani mereka yang telah memilihnya berada di posisi tersebut. Tak ada posisi atas dan bawah, yang ada hanyalah mereka pemberi amanah dan pemegang amanah. Memang sifat pemimpin adalah mengayomi jundi serta jundi harus taat kepada pemimpin. Namun disisi lain pemimpin harus siap menanggung resiko paling depan ketika sebuah problem menerpa masyarakatnya.

Bicara soal jabatan, Umar bin Khattab pernah berpidato yang penjabaran isinya adalah sebagai berikut :

 Pertama, jabatan adalah sebuah tanggung jawab yang tidak perlu diperebutkan. Apalagi sampai meneteskan darah manusia.

Kedua, Sayyidina Umar mengakui kalau dirinya keras, kasar, lemah, dan penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu, dia berdoa kepada Allah untuk selalu membimbingnya menjalankan amanah tersebut.

Ketiga, menjadi pemimpin dan yang dipimpin adalah ujian. Sayyidina Umar sadar bahwa menjadi pemimpin itu adalah ujian. Begitupun mereka yang dipimpin. Oleh sebab itu, baik pemimpin atau yang dipimpin harus saling mengingatkan agar apa yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah.

Keempat, tugas pemimpin adalah menyelesaikan persoalan rakyatnya.

Kelima, siapa yang berbuat baik maka akan mendapatkan balasan yang baik. Begitupun sebaliknya. Sesuai dengan firman Allah dalam QS az-Zalzalah.

            Untuk itu, hendaknya ketika seorang diamanahi sebagai pemimpin, harusnya dia sadar posisinya seperti seorang yang tengah berjalan di jalanan sempit di tepi jurang. Posisi yang sangat berbahaya dimana dirinya dituntut untuk menyelesaikan problematika ummat. Memberikan sebuah kontribusi yang akan menghantarkan ke arah perubahan yang lebih baik. Bukan justru malah berbangga diri serta merasa besar.


Wallahu’alam…

0 komentar:

Posting Komentar