wall.alphacoders.com |
Berkali-kali Saya merasakan peluh
kesah di berbagai tingkat organisasi, Terkadang ada yang sreg di hati, namun tak
jarang rasa jenuh dan bosan hadir menghantui. Acapkali sering seperti itu. Hati
secara otomatis bisa memilih dimana posisi yang nyaman untuk kita tempati.
Tipikal Hati seseorang memang
berbeda-beda, ada yang berwarna putih, abu-abu, bahkan ada juga yang berwarna
hitam karena jarang dibersihkan. Semua itu tergantung lingkungan dan teman yang
ada di sekitarnya. Hal itu juga akan menentukan dimana letak organisasi yang
tepat untuk dirinya.
Seorang memilih organisasi seperti
seorang yang tak bisa melihat karena gelap, dan hanya mengikuti mata hati
sesuai dengan keadaan hatinya kala itu. Tugas dari organisasi adalah memberi
cahaya. Tapi bukan hanya itu, Peran Organisasi juga sebagai penunjuk jalan agar
hati orang tersebut benar-benar nyaman berada di jalan organisasi. Jika tidak,
sudah dipastikan dia akan merasa jenuh dan perlahan menghilang untuk
meninggalkan jalan organisasi tersebut.
Dulunya Saya merasa begitu. Beberapa
organisasi Saya tinggal karena hati belum menemukan arah yang tepat di dalamnya.
Beberapa masih aku pertahankan karena saya anggap disana bagus dan sesuai
dengan mata hati. Jadi untuk menggaet seseorang yang masih rapuh hatinya adalah
‘bagaimana cara organisasi menyentuh hatinya’. Bagaimana lingkup organisasi itu
sampai dan masuk ke dalam hatinya. Jika sudah di dapat, dapat di pastikan dia
akan merasa senang dan jenak dengan seluruh kegiatan yang ada di dalam organisasi
tersebut.
Namun itu baru langkah awal.
Menggaet hati seorang itu ibarat merancang sebuah judul dalam sebuah buku. Yang
kemudian kita harus menentukan isi buku tersebut supaya pembaca makin tertarik
mendalami isi buku. Dibutuhkan keterampilan dalam prosedur organisasi yang
professional, efektif, dan efisien. Bagaimana bisa menyelesaikan suatu
persoalan dengan lugas tanpa ada rasa kebingungan sama sekali. Dengan susunan
prosedur yang rapi, maka pembaca akan semakin nyaman. Organisasi akan semakin
ringkas namun produktif. Bisa menjadi pembelajar yang nyaman dalam menyerap
pengalaman yang berarti di organisasi. Bukan hanya sebatas menggugurkan proker,
bukan hanya sekedar formalitas belaka dimana sebuah organisasi tampak sangat
suram dengan berbagai bentuk ke-formalitasannya.
Formalitas tak selalu melulu harus
di hadirkan. Harus ada hati dan canda disana agar organisasi terkesan penuh
warna. Bukan hanya sekedar gerak raga yang minim akan eksistensi jiwa, dimana
semua berdasarkan apa yang harus dicapai tanpa mengerti esensi kegiatan yang
telah di lakukan. Bukan melulu organisasi digunakan sebagai ajang penggugur
amanah. Karena sejatinya organisasi adalah tempat untuk menimba ilmu serta
menjalin ukhwah antar sesama. Lakukan segala kegiatan dengan hati. Cabut ke
formalitasan yang mencekam dengan berbagai pengajaran yang interaktif. Semua
itu dilakukan supaya hatinya tak kelu akan tuntutan demi tuntutan proker. Namun
haruslah dia berpikir bahwa tugas yang dia dapat sebagai kewajiban yang akan
mematangkan dirinya kelak. Pola pikir juga harus dirubah semenjak dini.
Tentu masih banyak kita dapati para
organisator tak memiliki tujuan pasti terkait apa yang mereka harus lakukan
ketika mengikuti organisasi. Mereka tak tahu apa dan mengapa mereka ikut. Hanya
sebatas mendengar kata hati. Untuk itu tugas paling berat dari organisasi
adalah menyulut dan memantik. Memberikan jalan dan arahan supaya mereka tahu apa
yang mereka inginkan di orgaisasi? mengapa mereka ikut organisasi?
Sehingga terciptalah rasa dan tujuan di hati mereka yang nantinya di gunakan
untuk memberikan kontribusi berarti bukan hanya di organisasi saja, namun juga
di lingkuan luar.
Sebagai pemimpin, pertama harus
mendalami dulu visi organsiasi yang akan di pimpin. Setelah menetapkan tujuan
barulah masuk ke indikator poin misi yang akan di capai di periode itu. Semua
harus jelas dan diharapkan tersampaikan bukan hanya secara lisan kepada para
staff. Namun juga harus merasuki dalam sanubari supaya Visi misi itu bisa terus
dipraktekkan dalam tiap agenda kerja. Penanaman dasar itu sangat penting. Bagai
pondasi yang menjaga bangunan rumah agar tetap kokoh. Bagai akar pohon yang
menyokong pepohonan agar berdiri tegak, untuk itu berilah pemahaman dasar
semenjak dini pada para staff. Gaet hatinya kala itu juga. Cari tahu informasi
mereka apa yang ingin mereka kejar dan mengapa mereka ikut organisasi ini.
Tanyakan secara serius. Karena itu akan menjadi bekal mereka dalam perjalanan
mereka di organisasi.
Jadi kesan pertama itu penting. Apa
yang kita tanam di awal harus di rawat dengan lebih. Seperti bibit tanaman yang
tanahnya harus di bajak dan di beri pupuk. Kemudian disirami setiap hari agar
tumbuh subur. Begitu juga staff kita. Menjadi pemimpin bukan hanya sekedar menggugurkan
tugas semata. Bukan hanya sekedar meneruskan perjalanan amanah dari periode
sebelumnya. Namun lebih dari itu. Kita bicara soal pemimpin, kita bicara soal
pembentukan pemimpin. Dimana pemimpin harus bisa menciptakan pemimpin baru,
entah itu yang akan menggantikannya ataupun untuk menjadi pemimpin yang
lainnya. Semua itu perlu proses. Dan proses itu tak hanya bisa digerakkan
dengan proker-proker semata. Disitulah peran hati tercipta, disitulah pemahaman
akan eksistensi organisasi ditamanamkan. Agar tercipta seorang pemimpin yang
baik dan tak hanya bekerja sebatas arahan proker semata.
M H A
0 komentar:
Posting Komentar