Senin, 08 Juli 2019

Berorganisasi dengan Hati

wall.alphacoders.com


            Berkali-kali Saya merasakan peluh kesah di berbagai tingkat organisasi, Terkadang ada yang sreg di hati, namun tak jarang rasa jenuh dan bosan hadir menghantui. Acapkali sering seperti itu. Hati secara otomatis bisa memilih dimana posisi yang nyaman untuk kita tempati.

            Tipikal Hati seseorang memang berbeda-beda, ada yang berwarna putih, abu-abu, bahkan ada juga yang berwarna hitam karena jarang dibersihkan. Semua itu tergantung lingkungan dan teman yang ada di sekitarnya. Hal itu juga akan menentukan dimana letak organisasi yang tepat untuk dirinya.

            Seorang memilih organisasi seperti seorang yang tak bisa melihat karena gelap, dan hanya mengikuti mata hati sesuai dengan keadaan hatinya kala itu. Tugas dari organisasi adalah memberi cahaya. Tapi bukan hanya itu, Peran Organisasi juga sebagai penunjuk jalan agar hati orang tersebut benar-benar nyaman berada di jalan organisasi. Jika tidak, sudah dipastikan dia akan merasa jenuh dan perlahan menghilang untuk meninggalkan jalan organisasi tersebut.

            Dulunya Saya merasa begitu. Beberapa organisasi Saya tinggal karena hati belum menemukan arah yang tepat di dalamnya. Beberapa masih aku pertahankan karena saya anggap disana bagus dan sesuai dengan mata hati. Jadi untuk menggaet seseorang yang masih rapuh hatinya adalah ‘bagaimana cara organisasi menyentuh hatinya’. Bagaimana lingkup organisasi itu sampai dan masuk ke dalam hatinya. Jika sudah di dapat, dapat di pastikan dia akan merasa senang dan jenak dengan seluruh kegiatan yang ada di dalam organisasi tersebut.

            Namun itu baru langkah awal. Menggaet hati seorang itu ibarat merancang sebuah judul dalam sebuah buku. Yang kemudian kita harus menentukan isi buku tersebut supaya pembaca makin tertarik mendalami isi buku. Dibutuhkan keterampilan dalam prosedur organisasi yang professional, efektif, dan efisien. Bagaimana bisa menyelesaikan suatu persoalan dengan lugas tanpa ada rasa kebingungan sama sekali. Dengan susunan prosedur yang rapi, maka pembaca akan semakin nyaman. Organisasi akan semakin ringkas namun produktif. Bisa menjadi pembelajar yang nyaman dalam menyerap pengalaman yang berarti di organisasi. Bukan hanya sebatas menggugurkan proker, bukan hanya sekedar formalitas belaka dimana sebuah organisasi tampak sangat suram dengan berbagai bentuk ke-formalitasannya.

            Formalitas tak selalu melulu harus di hadirkan. Harus ada hati dan canda disana agar organisasi terkesan penuh warna. Bukan hanya sekedar gerak raga yang minim akan eksistensi jiwa, dimana semua berdasarkan apa yang harus dicapai tanpa mengerti esensi kegiatan yang telah di lakukan. Bukan melulu organisasi digunakan sebagai ajang penggugur amanah. Karena sejatinya organisasi adalah tempat untuk menimba ilmu serta menjalin ukhwah antar sesama. Lakukan segala kegiatan dengan hati. Cabut ke formalitasan yang mencekam dengan berbagai pengajaran yang interaktif. Semua itu dilakukan supaya hatinya tak kelu akan tuntutan demi tuntutan proker. Namun haruslah dia berpikir bahwa tugas yang dia dapat sebagai kewajiban yang akan mematangkan dirinya kelak. Pola pikir juga harus dirubah semenjak dini.

            Tentu masih banyak kita dapati para organisator tak memiliki tujuan pasti terkait apa yang mereka harus lakukan ketika mengikuti organisasi. Mereka tak tahu apa dan mengapa mereka ikut. Hanya sebatas mendengar kata hati. Untuk itu tugas paling berat dari organisasi adalah menyulut dan memantik. Memberikan jalan dan arahan supaya mereka tahu apa yang mereka inginkan di orgaisasi? mengapa mereka ikut organisasi? Sehingga terciptalah rasa dan tujuan di hati mereka yang nantinya di gunakan untuk memberikan kontribusi berarti bukan hanya di organisasi saja, namun juga di lingkuan luar.

            Sebagai pemimpin, pertama harus mendalami dulu visi organsiasi yang akan di pimpin. Setelah menetapkan tujuan barulah masuk ke indikator poin misi yang akan di capai di periode itu. Semua harus jelas dan diharapkan tersampaikan bukan hanya secara lisan kepada para staff. Namun juga harus merasuki dalam sanubari supaya Visi misi itu bisa terus dipraktekkan dalam tiap agenda kerja. Penanaman dasar itu sangat penting. Bagai pondasi yang menjaga bangunan rumah agar tetap kokoh. Bagai akar pohon yang menyokong pepohonan agar berdiri tegak, untuk itu berilah pemahaman dasar semenjak dini pada para staff. Gaet hatinya kala itu juga. Cari tahu informasi mereka apa yang ingin mereka kejar dan mengapa mereka ikut organisasi ini. Tanyakan secara serius. Karena itu akan menjadi bekal mereka dalam perjalanan mereka di organisasi.

            Jadi kesan pertama itu penting. Apa yang kita tanam di awal harus di rawat dengan lebih. Seperti bibit tanaman yang tanahnya harus di bajak dan di beri pupuk. Kemudian disirami setiap hari agar tumbuh subur. Begitu juga staff kita. Menjadi pemimpin bukan hanya sekedar menggugurkan tugas semata. Bukan hanya sekedar meneruskan perjalanan amanah dari periode sebelumnya. Namun lebih dari itu. Kita bicara soal pemimpin, kita bicara soal pembentukan pemimpin. Dimana pemimpin harus bisa menciptakan pemimpin baru, entah itu yang akan menggantikannya ataupun untuk menjadi pemimpin yang lainnya. Semua itu perlu proses. Dan proses itu tak hanya bisa digerakkan dengan proker-proker semata. Disitulah peran hati tercipta, disitulah pemahaman akan eksistensi organisasi ditamanamkan. Agar tercipta seorang pemimpin yang baik dan tak hanya bekerja sebatas arahan proker semata.



M       H         A

0 komentar:

Posting Komentar