Siapkah kita ketika dihadapkan pada
perubahan? Ataukah kita hanya berpura-pura tak tahu atau mungkin berharap agar
tidak terjadi perubahan. Karena sejatinya perubahan yang baik adalah yang
mengarahkan menuju hakikat kehidupan yang sejati. Bukan malah memperburuk dengan
realitas semu yang nyatanya merusak tata sistem dunia ini.
Semua merasa bisa beradaptasi. Merasa
diri sanggup berubah di medan manapun, di posisi manapun. Namun lucunya mereka
sagat sulit merubah diri mereka sendiri ke arah yang lebih baik. Itu menjadi
paduan yang tak sinkron manakala dirinya menuntut lingkungan supaya berubah
menjadi baik, sedangkan dirinya masih saja berkutat pada keterbelakangan tanpa
adanya usaha untuk merubah diri.
Lucu? Memang,
mereka berpikir sudah berusaha, sudah menuju proses, sudah melakukan ini itu
tanpa kenal lelah. Tapi seberapa cepat proses itu berjalan? Sudah berapa persen
proses itu dilaksanakan? Bayangkan saja ketika kita mendownload sesuatu, dan kelarnya
lama, masih berkisar satu persen. Padahal data yang di download 20 Giga. Dituliskan
disitu akan selesai di Download satu hari lima jam! Pasti sudah banyak orang
akan men-cancel nya tanpa pikir Panjang. Orang itu pasti akan beralih menuju
Wifi.id yang jaringannya lebih cepat. Sehingga ketika mendownload data
besar akan terasa nyaman.
Begitu juga
dengan diri, seberapa cepat kita mengisi kapasitas diri? Bukankah kita siap
dengan perubahan? Menginginkan perubahan yang lebih baik? Lantas kenapa kita
tak sanggup merubah suatu hal yang sangat mendasar yakni diri sendiri? Sok-sok
an mengurus yang lain, berkomentar sana sini ketika melihat problem. Memandang
orang lain rendah ketika berbuat salah dalam tindakannya. Tanpa sadar jika diri
ini sebenarnya juga banyak salah, banyak ngawurnya, ga peka, dan bisa jadi diri
ini lebih buruk dari orang lain yang dikomentari.
Merubah lingkungan
menjadi lebih baik memang penting. Namun jangan lupa bahwa diri juga perlu
dibina untuk melakukan perubahan tersebut. Karena sebuah perubahan tidak bisa
didasari hanya dengan kata-kata bualan belaka. Perlu adanya action,
bahkan diri sendirilah yang harus mengawali action tersebut. Jika semua
saling menunggu seorang untuk beraksi. Maka akan memakan waktu lama, bahkan
agenda perubahan tersebut tak akan terealisasi alias hanya akan menjadi wacana.
Faktor utama
untuk merubah keadaan dan siap menerima perubahan, adalah manakala bisa
berfikir dan sadar peran kita, terus mengisi kapasitas diri menjadi layak, bersikap
terbuka dan fleksibel dengan keadaan sosial, sanggup mengendalikan diri serta
berusaha merubah diri ke arah yang lebih baik, mampu berfikir akan perlunya
perubahan kemudian di realisasikan dengan tindakan nyata. Sehingga dengan
berbagai hal tersebut kita akan meraih sebuah dukungan. Masyarakat tak sekedar melihat
kata-kata perubahan yang kita gelontorkan, namun sikap dan tindakan kita juga
ikut mendukung perubahan yang dikatakan. Sehingga antusias relasi akan
terbangun dalam membantu kita menghadapi perubahan tersebut.
Wallahu’alam…
0 komentar:
Posting Komentar