Rabu, 10 Juli 2019

Kumpulan Cerpen; Orang Asing (2)




            Kehampaan ini perlahan hilang. Sepasang tangan mulai menepuk pipiku pelan. Dengan berat mataku terbuka. Sinar matahari merembes masuk ke dalam retina, samar, penglihatanku belum sepenuhnya pulih. Butuh beberapa detik sampai akhirnya aku bisa melihat siapa yang ada di depanku.

            Seorang yang anggun dengan pakaian serba putih, berambut putih Panjang menjuntai dihempas angin. Mata hitam yang bening dengan bibir mungilnya tersenyum ke arahku.
“akhirnya kau sudah sadar, segeralah bangun dan lihatlah sekelilingmu” sahutnya.

Aku bangkit dengan segenap tenaga yang tersisa. Kulihat rimbunan padang rumput terhampar sejauh mata melotot. Dihiasi oleh beraneka macam bunga berwarna-warni. Sungai berkelok mengalirkan air jernih, bersih, meluncur ke arah hutan cemara rimbun yang tumbuh lebat di utara. Mataku berbinar. Aku berdiri supaya bisa lebih melihat keindahan alam di sekitar. Luar biasa. Inikah Alam Aisituru?

“aku akan meninggalkanmu disini. Berjalanlah ke arah Selatan menyusuri jalanan setapak ini, beberapa jam berjalan kau akan menemukan sebuah desa disana. Kuharap kau akan menemukan sesuatu yang bagus” kata Sang wanita itu. belum sempat aku melontarkan berbagai pertanyaan dia sudah menghilang begitu cepat dari hadapanku.
“sial” pekikku. Baru sampai aja udah langsung di tinggal pergi.

            Aku menghela nafas. Berusaha mengikuti intruksi yang di berikan barusan. Yang bener aja, pikirku, berjalan selama satu jam itu bakal menguras tenaga. Mungkin ini semacam pelatihan atau apalah, tapi bukankah ini terlalu berlebihan bagiku yang hidup sebagai anak perkotaan.

            Aku tak ingin menghabiskan tenagaku untuk berpikir negatif, mungkin semua ini sudah terbayar dengan pamandangan alami yang teramat indah. Namun  dalam fikirku masih agak ragu. Apakah benar aku sudah berada di dunia lain? Ini tidak bisa di percaya. Otakku perlahan dipenuhi berbagai pertanyaan yang hadir, mulai dari apakah aku bisa keluar dari sini? sampai apakah nantinya aku harus melawan raja iblis yang sama seperti apa yang sering aku baca di komik dan novel itu? atau mungkin dunia ini sama seperti duniaku dulu yang tidak mempunyai sihir maupun orang berkekuatan aneh? Aku sama sekali tidak tahu apapun. Tak mengerti apapun. Tak ada yang bisa ku lakukan selain hanya mengikuti alur perjalanan ini sampai menemukan jawaban yang sesungguhnya.

            Satu jam berlalu. Aku kaget karena staminaku tak kunjung menurun. Tak merasakan capek sama sekali. Rasanya aku bisa berjalan seharian kapanpun aku mau.
“luar biasa” kataku, kini sebuah desa yang dijanjikan sudah ada di depan. Akhirnya aku menemukan manusia lain selain diriku.

            Aku mendekat ke salah seorang petani yang cukup muda, sedang sibuk mengurusi ladang.

“assalamualaikum” sapaku padanya.
Anak muda itu melengok ke arahku dengan muka bingung. Jelas saja, mungkin aku dianggapnya orang asing disini. Atau jangan-jangan dia takt ahu bahasaku.
“ada yang bisa saya bantu?” katanya. Oh ternyata bahasanya sama denganku.
Entah aku yang menyesuaikan Bahasa disini atau memang Bahasa disini yang menyesuaikan. Melihat kesempatan ini, mungkin aku perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
“aku tersesat dan kehilangan ingatanku. Adakah orang yang bisa menolongku?”
“hmm, ini adalah kejadian yang jarang sekali terjadi, aku tidak bisa banyak membantu. Tapi aku bisa membawamu ke kepala desa kami. Semoga beliau bisa membantumu untuk mengatasi masalahmu”
“ohya, aku akan merasa tertolong sekali, terimakasih”
Pemuda itu meletakkan cangkulnya dan mencuci tangannya dengan air ladang yang mengalir bersih. Lalu mendekat ke arahku dan mulai mengantarkanku menuju ke tempat kepala desa.

            Rumah-rumah berjajar rapi nan sederhana, beratap dedaunan dan bertembok tanah liat, namun terpandang asri. Hamparan jalan hanyalah tanah liat. Mungkin di musim penghujanan akan becek mengingat tak ada aspal. Sudah beberapa kali kami menemui persimpangan. Orang-orang disini menatapku dengan asing, mungkin pakaianku yang teramat berbeda dengan mereka. Atau mungkin mereka terpesona melihat wajahku yang tampan, siapa yang tau.

“disini rumahnya” sahutnya sambil menunjuk rumah yang ada di depan “ayo masuk” lekas dia melangkah duluan dan aku mengikutinya dari belakang. Rumah yang lebih besar dari yang lain. Setelah masuk ke dalam, terdapat seorang tua yang sedang duduk bersila di lantai, seperti sedang menunggui seseorang.

“kesini nak, sudah lama aku menunggumu” ucapnya tanpa basa-basi.
Aku tertegun ketika kakek itu berkata seperti itu, begitu juga dengan pemuda yang mengantarku. Dengan ekspresi takut dia cepat-cepat ijin untuk pamit dan lekas pergi keluar dari rumah. Kini tinggal aku dan kakek itu yang ada di dalam.
“anda… menunggu saya?” tanyaku memastikan.
kakek itu mengangguk mantap. Tangannya menepuk lantai yang ada di depannya. Mengkodeku agar duduk disitu. Aku turuti saja dan lekas duduk disitu. Kami saling berhadapan. Sekujur tubuhku menegang disaat melihat tatapan tajamnya ke arahku.
“tak kusangkan hari yang telah di janjikan itu datang juga, kukira itu hanya dongeng turunan yang tak akan pernah terjadi selama-lamanya”
“maaf, sebelum itu, bisakah aku tahu rinciannya, mengapa kakek bisa menungguku, kuyakin aku tidak memiliki kepentingan disini, apalagi saya baru kenal kakek semenjak tidak ada sepuluh menit yang lalu”
“ha ha ha ha. Kau akan terkesan jika mendengar cerita ini, sebenarnya ada cerita rakyat yang menjelaskan bahwa akan ada seorang pahlawan yang akan turun melewati desa ini”
“mengapa kau sangat yakin bila aku adalah pahlawan itu?”
“lihat cincin yang ada di tanganku ini”
Kulihat sebuah cincin berbatu hijau, bersinar terang disitu.
“sinar ini menandakan jika pahlawan itu sudah datang, Dan ini adalah cincin legenda yang diwariskan secara turun temurun di desa ini”

Aku hanya bisa menelan ludah mendengar penjelasan darinya.


Minggu, 21 Oktober 2018
M         H         A

0 komentar:

Posting Komentar