Kehampaan
ini perlahan hilang. Sepasang tangan mulai menepuk pipiku pelan. Dengan berat
mataku terbuka. Sinar matahari merembes masuk ke dalam retina, samar,
penglihatanku belum sepenuhnya pulih. Butuh beberapa detik sampai akhirnya aku
bisa melihat siapa yang ada di depanku.
Seorang
yang anggun dengan pakaian serba putih, berambut putih Panjang menjuntai
dihempas angin. Mata hitam yang bening dengan bibir mungilnya tersenyum ke
arahku.
“akhirnya kau sudah sadar,
segeralah bangun dan lihatlah sekelilingmu” sahutnya.
Aku
bangkit dengan segenap tenaga yang tersisa. Kulihat rimbunan padang rumput
terhampar sejauh mata melotot. Dihiasi oleh beraneka macam bunga berwarna-warni.
Sungai berkelok mengalirkan air jernih, bersih, meluncur ke arah hutan cemara
rimbun yang tumbuh lebat di utara. Mataku berbinar. Aku berdiri supaya bisa lebih
melihat keindahan alam di sekitar. Luar biasa. Inikah Alam Aisituru?
“aku akan meninggalkanmu disini.
Berjalanlah ke arah Selatan menyusuri jalanan setapak ini, beberapa jam berjalan
kau akan menemukan sebuah desa disana. Kuharap kau akan menemukan sesuatu yang
bagus” kata Sang wanita itu. belum sempat aku melontarkan berbagai pertanyaan
dia sudah menghilang begitu cepat dari hadapanku.
“sial” pekikku. Baru sampai aja
udah langsung di tinggal pergi.
Aku
menghela nafas. Berusaha mengikuti intruksi yang di berikan barusan. Yang bener
aja, pikirku, berjalan selama satu jam itu bakal menguras tenaga. Mungkin ini
semacam pelatihan atau apalah, tapi bukankah ini terlalu berlebihan bagiku yang
hidup sebagai anak perkotaan.
Aku
tak ingin menghabiskan tenagaku untuk berpikir negatif, mungkin semua ini sudah
terbayar dengan pamandangan alami yang teramat indah. Namun dalam fikirku masih agak ragu. Apakah benar
aku sudah berada di dunia lain? Ini tidak bisa di percaya. Otakku perlahan
dipenuhi berbagai pertanyaan yang hadir, mulai dari apakah aku bisa keluar dari
sini? sampai apakah nantinya aku harus melawan raja iblis yang sama seperti apa
yang sering aku baca di komik dan novel itu? atau mungkin dunia ini sama
seperti duniaku dulu yang tidak mempunyai sihir maupun orang berkekuatan aneh?
Aku sama sekali tidak tahu apapun. Tak mengerti apapun. Tak ada yang bisa ku
lakukan selain hanya mengikuti alur perjalanan ini sampai menemukan jawaban
yang sesungguhnya.
Satu
jam berlalu. Aku kaget karena staminaku tak kunjung menurun. Tak merasakan
capek sama sekali. Rasanya aku bisa berjalan seharian kapanpun aku mau.
“luar biasa” kataku, kini sebuah
desa yang dijanjikan sudah ada di depan. Akhirnya aku menemukan manusia lain
selain diriku.
Aku
mendekat ke salah seorang petani yang cukup muda, sedang sibuk mengurusi ladang.
“assalamualaikum” sapaku padanya.
Anak muda itu melengok ke arahku
dengan muka bingung. Jelas saja, mungkin aku dianggapnya orang asing disini. Atau
jangan-jangan dia takt ahu bahasaku.
“ada yang bisa saya bantu?”
katanya. Oh ternyata bahasanya sama denganku.
Entah aku yang menyesuaikan
Bahasa disini atau memang Bahasa disini yang menyesuaikan. Melihat kesempatan
ini, mungkin aku perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
“aku tersesat dan kehilangan
ingatanku. Adakah orang yang bisa menolongku?”
“hmm, ini adalah kejadian yang
jarang sekali terjadi, aku tidak bisa banyak membantu. Tapi aku bisa membawamu
ke kepala desa kami. Semoga beliau bisa membantumu untuk mengatasi masalahmu”
“ohya, aku akan merasa tertolong
sekali, terimakasih”
Pemuda itu meletakkan cangkulnya
dan mencuci tangannya dengan air ladang yang mengalir bersih. Lalu mendekat ke
arahku dan mulai mengantarkanku menuju ke tempat kepala desa.
Rumah-rumah
berjajar rapi nan sederhana, beratap dedaunan dan bertembok tanah liat, namun
terpandang asri. Hamparan jalan hanyalah tanah liat. Mungkin di musim
penghujanan akan becek mengingat tak ada aspal. Sudah beberapa kali kami
menemui persimpangan. Orang-orang disini menatapku dengan asing, mungkin
pakaianku yang teramat berbeda dengan mereka. Atau mungkin mereka terpesona
melihat wajahku yang tampan, siapa yang tau.
“disini rumahnya” sahutnya sambil
menunjuk rumah yang ada di depan “ayo masuk” lekas dia melangkah duluan dan aku
mengikutinya dari belakang. Rumah yang lebih besar dari yang lain. Setelah
masuk ke dalam, terdapat seorang tua yang sedang duduk bersila di lantai,
seperti sedang menunggui seseorang.
“kesini nak, sudah lama aku
menunggumu” ucapnya tanpa basa-basi.
Aku tertegun ketika kakek itu
berkata seperti itu, begitu juga dengan pemuda yang mengantarku. Dengan
ekspresi takut dia cepat-cepat ijin untuk pamit dan lekas pergi keluar dari
rumah. Kini tinggal aku dan kakek itu yang ada di dalam.
“anda… menunggu saya?” tanyaku memastikan.
kakek itu mengangguk mantap.
Tangannya menepuk lantai yang ada di depannya. Mengkodeku agar duduk disitu.
Aku turuti saja dan lekas duduk disitu. Kami saling berhadapan. Sekujur tubuhku
menegang disaat melihat tatapan tajamnya ke arahku.
“tak kusangkan hari yang telah di
janjikan itu datang juga, kukira itu hanya dongeng turunan yang tak akan pernah
terjadi selama-lamanya”
“maaf, sebelum itu, bisakah aku
tahu rinciannya, mengapa kakek bisa menungguku, kuyakin aku tidak memiliki
kepentingan disini, apalagi saya baru kenal kakek semenjak tidak ada sepuluh
menit yang lalu”
“ha ha ha ha. Kau akan terkesan
jika mendengar cerita ini, sebenarnya ada cerita rakyat yang menjelaskan bahwa
akan ada seorang pahlawan yang akan turun melewati desa ini”
“mengapa kau sangat yakin bila
aku adalah pahlawan itu?”
“lihat cincin yang ada di
tanganku ini”
Kulihat sebuah cincin berbatu
hijau, bersinar terang disitu.
“sinar ini menandakan jika
pahlawan itu sudah datang, Dan ini adalah cincin legenda yang diwariskan secara
turun temurun di desa ini”
Aku hanya bisa menelan ludah
mendengar penjelasan darinya.
Minggu, 21 Oktober 2018
M H A
0 komentar:
Posting Komentar