https://wall.alphacoders.com |
Kau bisa saja berontak jika mau.
Bukannya kau sudah memiliki kekuatan untuk berontak. Ketahuilah, jika kau kalah
dalam mengendalikan diri. Maka akan dipastikan hidupmu Cuma mengalir lembut
saja.
“hai
kamu, kesini!” aku berteriak memanggilmu “apakah moralmu sudah jatuh? Lihatlah
kenyataan yang ada saat ini. Jangan tenang terus dan mulailah melangkah maju.
Apa kau mau tenang-tenang saja di saat kau di hina. Tanahmu di
injak-injak. Dan desamu terbelakang?
Pasti tidak. Kalau begitu cepat!. Cepat bekerja!”
Lalu
kau tersisih. Bukannya termakan ucapanku. Melainkan seperti ada sesuatu yang
menyerintil dalam sanubarimu.
Kau pergi dan tak berpaling. Sedangkan
bayanganmu masih teguh mendampingi kapanpun. Adakah enaknya jadi bayangan? Yang
hanya bisa meringkuk menirukan tuannya. Sedangkan tuannya bisa bebas melakukan
apa saja yang dia mau.
Lalu muncullah mak Tek. Seorang
setengah waras yang mengaku-ngaku sebagai sumber dari peradaban.
“pernahkah
kalian semua tahu?” katanya dalam suatu waktu “sebenarnya kalian adalah aku.
Kalian itu sebenarnya milikku dan aku boleh melakukan apapun jika itu memang
hakku. Kalian Cuma boneka yang Cuma disuruh. Siapa yang bandel akan di hukum di
lain waktu. Meski begitu, bukankah kita dulunya satu. Tapi akulah sumber
peradaban. Semua yang ada harus tertuju padaku. Kekhususan dan rasa hormat itu
aku. Kalian sebenarnya Cuma kupinjami saja. tidak lebih dari itu. Dan juga tak
lebih dari orang-orang yang kurang tahu. Jadi, jika kau ingin tahu sesuatu.
Cobalah tanya apapun padaku. Pasti aku jawab”
Lalu
dia menulis sesuatu di depan banyak orang yang ada pada saat itu. Mereka
berkerumun memutari mak Tek yang habis mengemukakan kata-katanya barusan. Jelas
hampir semua orang yang hadir pada tidak percaya. Kau juga tidak percaya. Jika
percaya. Cobalah untuk tidak percaya. Bukankah kau sulit menerima sesuatu yang
kau anggap baru atau suatu yang tidak bisa kau nalar. Yah, mesti. Tapi meski
begitu, orang-orang yang berkerumun tadi sebagian percaya walaupun Cuma
sebagian kecil.
Esoknya mak Tek mati. Semua orang
gempar dan beritanya tersebar hingga ke pelosok-pelosok desa. Rupanya dia
kualat. Biar saja di hajar malaikat di alam sana. Kemudian semenjak peristiwa
itu. Tulisan mak Tek yang belum di baca sama sekali oleh orang sekampung itu
langsung disimpan dalam sebuah peti kecil. Pemimpin desa di sana menfatwakan
“haram hukumnya membaca tulisan itu. Disebakan bisa menyesatkan” justru betul
walaupun bisa saja salah. Keputusan yang langsung jedul itu di setujui oleh
warga sana. Mereka berpendapat bahwa mak Tek adalah penganut sesat yang
ngaku-ngaku jadi sumber peradaban.
Kita tak perlu tahu latar belakang
mak Tek. Lupakan dan lanjutkan saja hidupmu untuk sementara. Disini kita
berpisah dan aku mau menemui temanku yang pintar itu.
“untuk
apa?”
“bukan
apa-apa. Aku Cuma mau menyerap ilmunya, juga nasehatnya. Dia itu sangat pintar.
Pintar bukan main. Bahkan bisa memprediksi kejadian yang akan datang”
“mengapa
aku tidak kau bawa. Aku kan bayanganmu. Kita di takdirkan bersama sampai mati”
“cobalah
sesekali kau berjalan atas kemauanmu sendiri. Apakah tujuanmu tercipta Cuma
untuk meniru?”
“benar”
“kalau
begitu, cepat lakukan hal baru yang belum bayangan lakukan sebelumnya. Aku
mengijinkanmu pergi dariku”
“tidak
bisa”
“kenapa
begitu?”
“karna
aku di takdirkan mengikutimu. Bayangan lain juga sama halnya denganku dan tidak
bisa berpisah untuk selama-lamanya”
Lalu
dia yang punya bayangan menimbang-nimbang.
“ya
sudah. Tapi saat bertemu orang pintar itu. Jangan coba-coba mengusik”
“tenang
saja, aku adalah kau. Jadi perbuatanmu adalah perbuatanku. Kita akan tanggung
bersama-sama”
Lalu
mereka melangkah pergi bersama. Sedangkan semua keadaan dan kejadian di
serahkan padaku.
* * *
Mendung berawan tapi tidak hujan.
Rangkaian kata teruntai ke dalam tungku yang di godok supaya matang. Corong
asap mengepul dari pabrik. Semua orang sibuk bekerja untuk menyambung hidup
masing-masing. Masing-masing punya kehidupan. Dan masing-masing punya tanggung
jawab akan hidupnya. Tapi bukan Cuma hidupnya tok. Orang lain yang yang wajib di
bantu juga jadi tanggungan hidupnya. Di mana kehidupan semakin hari semakin
rumit. Permasalahan semakin kompleks di kala Markutel mati tertabrak mersi.
Mersi itu tetap menancap gasnya dan kabur. Di lain sisi, semua orang sedang
bergerak mengais rezeki. Tidak peduli Markutil yang telah mati, karna semua
orang merasa itu bukan tanggung jawab mereka. Bukan termasuk urusan mereka. Semua
orang berpikiran sama. Dan benar, tak ada seorang pun yang membantu atau
mengubur mayatnya. Melainkan Cuma di buang agar bau amisnya hilang dan tidak
mengganggu orang-orang sekitar. Markutel di buang ke sungai dan mayatnya
mengambang bersama aliran sungai yang menuntunnya menjauh dari tempat matinya.
Dia tahu. Dia yang punya bayangan itu tahu. Di sela-sela mencari orang pintar itu
dia berkata pada bayangannya.
“bukan
Cuma di sini saja. banyak di tempat lain yang tak kita ketahui juga menerapkan
hal yang serupa. Mereka pada pintar-pintar menyembunyikan sesuatu dengan
efektif tanpa basa-basi. Aku berharap tidak semua orang seperti ini”
“benar”
bayangan menimpali.
Hari seperti tidak pernah sore. Pagi
itu bertemulah dia dengan orang pintar itu. Dengan kacamata yang menempel. Dia
berjalan kukuh membawa ilmu-ilmunya yang jarang di puji orang sekitar. Tapi
orang pintar itu memakluminya, dan tidak begitu memikirkannya.
“hai
kawan. lama tidak bertemu” kata Dia yang punya bayangan. Tapi semua orang punya
bayangan. Tapi versi miliknya beda dikarnakan bayangannya bisa bicara.
“salam
hangat” sambil mencari tempat ngobrol agar pembicaraan mereka lebih bernuansa.
Lalu mereka berkeliling sebentar. Mencari warung makan, namun orang pintar itu
nggak mau dan malah mau ke kedai kopi. Tapi tidak jadi di karna Dia yang punya
bayangan yang bisa bicara itu tidak punya uang. Sedangkan orang pintar tadi
uangnya ketinggalan di rumah. Alhasil mereka memilih ngobrol sambil berjalan
santai saja.
“ada
apa kau menemuiku” kata orang pintar itu sambil melengokkan mukanya ke Dia yang
punya bayangan yang bisa ngomong.
“aku
Cuma ingin nasehat saja. dengan kemampuan memprediksi masa depan tingkat tinggi
yang kau punya. Pasti mudah buatmu menentukan apa yang nantinya harus ku
lakukan”
Orang
pintar itu berfikir sejenak sambil tangannya di taruh di keningnya.
“percayalah
pada dirimu”
Setelah
kata itu terucap. Suasana jadi hening. Dia yang punya bayangan yang bisa
ngomong itu menantikan lanjutan katanya. Namun hampa.
“hanya
itu?”
“ya”
“itu
bukan menasehati namanya. Cuman ngandani. Nasehat itu harus panjang
lebar. Singkat nggak masalah asalkan aku bisa paham dengan alasan dan argumen
yang menditail. Sepertihalnya dulu kau menasehatiku”
“tapi
hanya itu saja yang bisa ku sampaikan. Karna dengan percaya pada dirimu. Kau
bisa temukan jati dirimu. Bisa membangun hidupmu. Dan tentunya menentukan
arahmu juga hidupmu”
“apa
Cuma itu?” kata Dia yang punya bayangan yang bisa ngomong. Tapi yang ngomong
adalah bayangannya. Orang pintar tadi yang mendengar ada bayangan bisa bicara
langsung kaget setengah mampus. Namun tidak sempat mampus dikarenakan bayangan
tadi melanjutkan bicaranya.
“ku
kira kau benar-benar pintar. Tapi kau tak berpikir akan kehidupan yang saling
menerjang dikarenakan manusia ingin enak sendiri. Percaya pada diri sendiri
memang perlu. Tapi jika asas kita Cuma itu. Semua orang bakal individual dan
sulit menerima saran orang lain. Asal kau tahu, sebab itulah yang mengoplos
kebanyakan orang supaya percaya pada diri sendiri. Lalu menganggap diri mereka
yang terhebat hingga berhak merendahkan orang lain. Bukan hanya itu. Kau pasti
juga melihat mereka berbuat seenaknya tanpa menggubris orang yang bukan
keluarga atau kenalannya. Dan menganggap orang lain yang belum ia kenal seperti
musuhnya saja. Apakah percaya pada diri itu di perlukan sementara semua orang
hampir menggunakannya untuk kepentingan dirinya”
“itulah
manusia” orang pintar itu sudah tidak
kaget lagi dan mulai memaklumi hal yang barusan terjadi. Sedangkan sang
bayangan tadi tak habis pikir atas ucapan orang pintar itu. Dan bayangan itu
ingin sekali menempeleng muka bulugnya. Namun tak bisa karna sebagai bayangan,
gerakannya terbatas.
“apa
Cuma itu jawabanmu entut sialan. Dasar kau. Bisanya Cuma ngupil doang”
“kok
tahu”
“semua
nglakuin itu orang pintar yang goblokk..!”
“oh
begitu”
“gyaaa.........hhhh”
kesabaran bayangan itu habis dan menjerit-jerit histeris.
“sudah
bayangan” kata tuannya “itu memang sudah kodratnya manusia. Dan kamu tadi kan
janji nggak bakalan ngganggu”
Lalu
hening beberapa saat. Tapi dalam keheningan itu. Bayangan tadi dalam hatinya
masih panas dan mencaci maki si orang pintar itu dengan membabi buta. Sedangkan
orang pintar itu tau jika lagi di caci. Namun orang pintar itu memilih diam
saja.
Mereka
berhenti di perbatasan palang kereta api. Selama kereta lewat. Orang tetap pada
sibuk melakukan aktifitasnya. Anak-anak yang sudah pulang karena KBM kosong
juga pada girang menikmati kepulangan mereka yang lebih awal. Burung –burung
terbang dengan bebas. Sayapnya mengepak menerpa angin. Langit biru yang keropos
atasnya oleh kebul papbrik, membuat sinar UV masuk ke dalam atmosfer. Cuaca
sudah tidak teratur, malahan banyak menimbulkan cuaca ekstrem. Burung juga
sama. Berapa jumlah korban burung-burung saat mereka mencoba terbang. Terdengar letupan senapan angin mengorek
daging para burung . para penembak tersenyum senang. Sedangkan burung lainnya
yang berhasil selamat Cuma bisa melihati koloninya yang semakin hari semakin
sedikit jumlahnya. Kereta sudah selesai melintas. Mereka berdua melanjutkan
jalan-jalannya dan kembali mengobrol.
“mau
ku ceritakan suatu kisah?” orang pintar itu membuka obrolan
“mau,
kisah apa?”
“kisah
tentang kitab Iridhoma”
“Iridhoma?”
“kau
tak pernah dengar ya. Tentu saja. sama halnya kitab sutasoma yang di karang
empu tantular. Iridhoma adalah suatu kitab yang di buat oleh ras berbeda”
Dia
yang punya bayangan yang bisa bicara itu tertegun. Sedangkan bayangannya yang
punya bayangan yang bisa ngomong Cuma diam dan tidak mau lagi mendengarkan
ucapan orang pintar yang di katainya goblok tadi.
“coba
ceritakan padaku” kata dia, penasaran
“kuceritakan
dengan singkat dan berurutan” orang pintar itu menelan ludah sejeguk agar
tenggorokannya tidak garing di tengah bercerita “dahulu kala. Pada zaman
sebelum pra aksara. Sebelum piramida di bangun. Dan sebelum peradaban sumeria
terbentuk. Muncullah sebuah kitab yang di tulis oleh ras manusia berbeda.
Orang-orang yang dulunya tidak tahu
menahu langsung mengeramatkan buku itu dan tidak semua orang bisa
membaca tulisannya. Hanya orang-orang khususlah yang bisa. Dan bertahun-tahun
kemudian. Muncullah dua orang yang bisa membaca buku itu. Mereka mempelajarinya
dengan seksama. Hingga pada suatu saat, mereka berdua mendapatkan ilmu yang
luar biasa dan kekuatan mistik yang luar biasa juga. Mereka bisa berjalan di
air. Bisa memerintah gunung. Bisa memanggil ikan. Berpindah tempat dengan
cepat. Serta kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki oleh mereka”
“dobol.
Apa ada orang bisa kayak gitu” bayangan langsung menyahut
“hus,
jangan di putusin dulu. Kamu kan udah janji nggak bakalan mengusik” tegur yang
punya bayangan. “silakan di lanjutkan kembali”
“baiklah.
Sampai mana tadi ya.......”
“sampai
mereka mendapat kekuatan-kekuatan”
“oh
iya-iya benar. Lalu disaat orang-orang pada tahu akan kesaktian dan kemampuan
mereka yang luar biasa. Maka mereka berdua di jadikan pemimpin. Yang satu ke
sebelah timur dan satunya lagi ke sebelah barat. Mereka membangun kerajaan yang
besar, kuat dan canggih. Namun, lama-kelamaan mereka menyadari suatu
kejanggalan. ilmu yang mereka terima dari
buku itu belum sepenuhnya baik. Melainkan ada yang buruk juga. Seperti amarah,
kedengkian, sombong, pemborosan dan sifat buruk-buruk lain yang tercokol,
bahkan terselip di sebagian buku Iridhoma itu. Karena itulah mereka berdua bisa
kehilangan kendali dan bahkan menyiksa rakyatnya tanpa kenal bully.
Setelah sadar dan tahu apa yang mereka lakukan pada rakyatnya ketika tak
sadarkan diri. Mereka berduapun akhirnya menggelar pertemuan darurat di arah
utara. Mereka berbincang tentang kekuatan jahat yang mengendalikan mereka, yang
tanpa sadar bisa njedul kapan saja. setelah pertemuan memakan waktu kurang
lebih 1 hari. Barulah mereka menemukan bahwa
kejahatan itu tidak bisa di hilangkan. Malahan bisa menular ke semua
orang. Karena tidak bisa dihilangkan. Maka, muncullah ide untuk membagi dan
memberi kekuatan gelap itu. Supaya mereka mempunyai kepribadian jahat
sendiri-sendiri dan tidak serta merta mengeluarkan seluruh kejahatan-kejahatan.
Dan untuk menyelamatkan rakyat mereka pula dari kekuatan jahat itu. Lalu setelah
proses tukar-menukar selesai dilakukan. Maka timbullah masa baru. Yaitu:
penguasa kerajaan timur, dia perhatian terhadap masalah rakyat cuman sering
malah di tindas dan di tempelengi. Penguasa kerajaan barat, orangnya tidak
peduli penderitaan rakyat tetapi sering memberi upah dan harta kepada mereka.
Kejadian itu terus berlanjut sampai di ujung kematian mereka. Mereka meminta
menyobek beberapa lembar buku itu yang baik-baik, dan sisanya di bakar. Dengan
itu diharapkan kekuatan-kekuatan jahat tadi tidak akan bisa merusak kepribadian
orang lagi. Namun tidak! setelah dibakar, Kekuatan gelap tersebut malah jadi
kutukan bersejarah yang berangsur-angsur lamanya sampai terasa hingga saat ini.
Kekuatan gelap itu menyerang banyak orang yang senantiasa menganggap dirinya
lebih hebat dari pada yang lain. Yaitu kesombongan. Lalu disaat manusia marah,
maka kekuatan amarah dan kedengkian langsung masuk. Juga pada saat bersedih.
Kegalauan datang menghinggap lalu mengayumi orang yang bersedih itu sehingga
tambah sedih. Ketika mau membantu orang. Kekuatan acuh tak acuh juga
menghalangi orang yang mau membantu itu sehingga tak jadi membantu. Semenjak
itulah dan sampai saat ini lembaran kitab Iridhoma yang baik itu seperti
menghilang karena sudah tidak terurus lagi”
“lalu
sekarang, apakah kau tahu lembaran kitab yang baik itu?” Dia orang yang punya
bayangan yang bisa bicara itu langsung menancap.
“ada
deh. Itukan Cuma cerita, cuman memang ada sedikit kesamaan di dunia nyatanya,
hanya itu”
“lha
kenapa kamu tau ceritanya. Sedangkan banyak orang yang tidak tau”
“tentu
saja karena aku orang pintar. Selain itu, kekuatan buruk kitab itulah yang dari
masa ke masa membuat cerita itu kabur”
“dan
jika dimikian. Bagaimana caranya agar aku tidak terkena kekuatan buruk itu?”
“maka
dari itu, kau harus temukan jawabanmu sendiri”
Mereka terus berjalan dan memasuki
desa yang tak asing lagi. Sedangkan kau masih menyaksikan mereka. Terlihat
banyak orang masih pada sibuk dan selamanya mereka sibuk. Kegiatan mereka
seakan tak pernah berhenti. Roda terus menggelinding sampai di saat roda itu
menimpa diri mereka sendiri. Semua terus berjalan menapaki kehidupan yang
mereka sendiri tak tau tujuan sebenarnya dari hidup. Mereka semua terlupa akan
sesuatu yang penting. Suatu yang lebih penting ketimbang apa yang mereka
kerjakan saat ini. Mereka pada melupakan bahkan tidak memikirkan di benak
mereka sama sekali.
“tadi
kau berkata masih ada lembaran lain yang di simpan. Jika kau tau cerita itu,
tentunya kau juga harus tau letak lembaran itu?”
“tentu,
bahkan aku sudah mempelajarinya. Meski yang tersisa Cuma beberapa lembar. Namun
satu katanya setara dengan seribu kosa kata dan puluhan ilmu yang mendalam. Aku
sudah menguasainya tapi saat ini aku rahasiakan”
“mengapa?
Bukankah dengan itu nantinya akan bisa membuat orang-orang tersadar?”
“bukan,
bisa jadi malah sebaliknya. Di saat orang yang mempelajari buku itu jadi
pintar. Nanti akan terjadi dua kemungkinan. Pertama dia akan membawa ilmu itu
untuk kebaikan. Kedua akan membawa pada keburukan juga. Soalnya kekuatan
keburukan yang ada di sekitar kita tidak mau bagian darinya digunakan untuk
kebaikan. Itulah resikonya. Bahkan bisa lebih besar lagi”
“kau
pasti juga sama terpengaruhnya. Kau terkena sifat egoismu untuk menyimpan ilmu
itu sendiri. Benarkan?”
“apa
tidak boleh. Makanya, aku saja yang begini bisa kena apalagi orang yang lebih
buruk dariku”
Siang yang begitu panas. Bisa kau
saksikan semua terpogram dengan alakadarnya. Mayat Markutel yang nyangkut di
sungai dekat stasiun TV itu langsung di liput dan di jadikan berita terkini
oleh beberapa stasiun televisi. Orang-orang menyaksikan berita itu dengan mimik
wajah yang berbeda-beda. Ada yang biasa saja. mau muntah. Keceret di tempat. Bahkan
ada yang sampai kebelet BAB. Semua memakai ekspresinya sendiri-sendiri.
Anak-anak yang juga pada nonton TV buru-buru mengganti chanelnya karena tidak
suka menonton berita. Lebih baik menonton kartun favoritnya yang padahal sedang
menampilkan iklan. Sedangkan dari pihak kepolisian mengungkapkan, akan menindak
lanjuti kematian Markutel. Karena tidak ada kejelasan informasi dan tidak
kejelasan motif pembunuhan. Maka, di sesi stasiun TV selesai meliput. Kasuspun
langsung di tutup dan tidak jadi di tindak lanjuti lebih lanjut. Semua seakan
biasa saja dengan kematian Markutel. Dan tidak lama berita itu langsung
terlupakan. Terlupakan oleh kesibukan orang-orang, kesibukan oleh game-game,
kesibukan oleh belajar, kesibukan oleh waktu bersama teman. Serta
kesibukan-kesibukan lain yang menyampingkan segala hal yang di rasa bukan
urusan mereka. Itulah pikiran kebanyakan orang!
“kenapa
kita ke sini?” sahut Dia yang punya bayangan yang bisa ngomong. Cuman Dianya
bingung karna semenjak tadi bayangannya tidak bicara apa-apa lagi.
“aku
punya sesuatu yang menarik” orang pintar itu langsung masuk ke ruangan tersebut
bersama Dia. Lama kelamaan Dia sadar juga tempat itu.
“inikan
tempat di segelnya tulisan mak Tek. Kenapa, dan untuk apa kau kesini?” sambil
menghalangi orang pintar itu agar tidak masuk kedalam lagi lebih jauh dan
mendekati peti yang tergembok itu.
“kau
taukan tak akan bisa menghalangiku. Jadi minggirlah dan akan ku beri tahu
sesuatu yang menarik dari tulisannya”
“tidak,
hukumnya haram. Aku tidak mau mendekati yang haram”
“haram
apaan. Masa’ mbaca aja nggak boleh. Kamu jangan mau di gobloki sama yang kayak
begituan”
“pokoknya
jangan!” lalu di dorongnya orang pintar itu agar menjauh. Namun percuma, dengan
ketinggian ilmu yang dimilikinya dari buku itu. Dia buat Dia yang punya
bayangan yang bisa bicara itu tidak bisa bergerak. Dan dengan ketinggian
ilmunya pula dia bisa dengan mudah melepas kunci gembok peti itu. Lalu
mengambil kertas di situ.
“cepat
nih baca dengan cermat. Janga terperdaya dengan kekuatan jahat yang ada di
sekelilingmu. Seperti halnya yang sudah dialami kebanyakan orang. Lihatlah,
bacalah dan kau akan tahu tentang sesuatu”
Kemudian
karna tekanan yang di berika orang pintar itu kepadanya membuatnya menyerah dan
membaca kertas tersebut
Mak Tek
Seorang yang tahu yang tidak tahu
Aku
tahu nantinya suratku tidak akan di baca oleh orang-orang primitif itu. Dan aku juga tahu orang yang mengetahui
suratku ini hanya kau orang yang tidak berani ku sebut namanya. Kau tahu aku
sebnarnya juga menyembunyikan ilmu yang ada di kitab itu. Aku mengetahui dari
yang tidak di ketahui. Dan aku bisa menyaksikan yang belum disaksikan. Untuk
itulah disaat aku berkata bahwa aku adalah awal dari peradaban. Langsung ku
tulis surat ini untuk orang-orang yang membaca dan orang-orang yang tidak
membaca. Bahwa sebagian kalian Cuma pecundang karna membanggakan sesuatu yang
tidak patut untuk di banggakan. Dan untuk itu kukatakan ini dengan jelas bagi
orang-orang yang berpikir.
Salam
untukmu ku ucap.....
1
September 2014
MHA
0 komentar:
Posting Komentar