Sabtu, 24 Agustus 2019

Kumpulan Cerpen; IRIDHOMA

https://wall.alphacoders.com


            Kau bisa saja berontak jika mau. Bukannya kau sudah memiliki kekuatan untuk berontak. Ketahuilah, jika kau kalah dalam mengendalikan diri. Maka akan dipastikan hidupmu Cuma mengalir lembut saja.

“hai kamu, kesini!” aku berteriak memanggilmu “apakah moralmu sudah jatuh? Lihatlah kenyataan yang ada saat ini. Jangan tenang terus dan mulailah melangkah maju. Apa kau mau tenang-tenang saja di saat kau di hina. Tanahmu di injak-injak.  Dan desamu terbelakang? Pasti tidak. Kalau begitu cepat!. Cepat bekerja!”
Lalu kau tersisih. Bukannya termakan ucapanku. Melainkan seperti ada sesuatu yang menyerintil dalam sanubarimu.

            Kau pergi dan tak berpaling. Sedangkan bayanganmu masih teguh mendampingi kapanpun. Adakah enaknya jadi bayangan? Yang hanya bisa meringkuk menirukan tuannya. Sedangkan tuannya bisa bebas melakukan apa saja yang dia mau.

            Lalu muncullah mak Tek. Seorang setengah waras yang mengaku-ngaku sebagai sumber dari peradaban.

“pernahkah kalian semua tahu?” katanya dalam suatu waktu “sebenarnya kalian adalah aku. Kalian itu sebenarnya milikku dan aku boleh melakukan apapun jika itu memang hakku. Kalian Cuma boneka yang Cuma disuruh. Siapa yang bandel akan di hukum di lain waktu. Meski begitu, bukankah kita dulunya satu. Tapi akulah sumber peradaban. Semua yang ada harus tertuju padaku. Kekhususan dan rasa hormat itu aku. Kalian sebenarnya Cuma kupinjami saja. tidak lebih dari itu. Dan juga tak lebih dari orang-orang yang kurang tahu. Jadi, jika kau ingin tahu sesuatu. Cobalah tanya apapun padaku. Pasti aku jawab”
Lalu dia menulis sesuatu di depan banyak orang yang ada pada saat itu. Mereka berkerumun memutari mak Tek yang habis mengemukakan kata-katanya barusan. Jelas hampir semua orang yang hadir pada tidak percaya. Kau juga tidak percaya. Jika percaya. Cobalah untuk tidak percaya. Bukankah kau sulit menerima sesuatu yang kau anggap baru atau suatu yang tidak bisa kau nalar. Yah, mesti. Tapi meski begitu, orang-orang yang berkerumun tadi sebagian percaya walaupun Cuma sebagian kecil.

            Esoknya mak Tek mati. Semua orang gempar dan beritanya tersebar hingga ke pelosok-pelosok desa. Rupanya dia kualat. Biar saja di hajar malaikat di alam sana. Kemudian semenjak peristiwa itu. Tulisan mak Tek yang belum di baca sama sekali oleh orang sekampung itu langsung disimpan dalam sebuah peti kecil. Pemimpin desa di sana menfatwakan “haram hukumnya membaca tulisan itu. Disebakan bisa menyesatkan” justru betul walaupun bisa saja salah. Keputusan yang langsung jedul itu di setujui oleh warga sana. Mereka berpendapat bahwa mak Tek adalah penganut sesat yang ngaku-ngaku jadi sumber peradaban.

            Kita tak perlu tahu latar belakang mak Tek. Lupakan dan lanjutkan saja hidupmu untuk sementara. Disini kita berpisah dan aku mau menemui temanku yang pintar itu.

“untuk apa?”
“bukan apa-apa. Aku Cuma mau menyerap ilmunya, juga nasehatnya. Dia itu sangat pintar. Pintar bukan main. Bahkan bisa memprediksi kejadian yang akan datang”
“mengapa aku tidak kau bawa. Aku kan bayanganmu. Kita di takdirkan bersama sampai mati”
“cobalah sesekali kau berjalan atas kemauanmu sendiri. Apakah tujuanmu tercipta Cuma untuk meniru?”
“benar”
“kalau begitu, cepat lakukan hal baru yang belum bayangan lakukan sebelumnya. Aku mengijinkanmu pergi dariku”
“tidak bisa”
“kenapa begitu?”
“karna aku di takdirkan mengikutimu. Bayangan lain juga sama halnya denganku dan tidak bisa berpisah untuk selama-lamanya”
Lalu dia yang punya bayangan menimbang-nimbang.
“ya sudah. Tapi saat bertemu orang pintar itu. Jangan coba-coba mengusik”
“tenang saja, aku adalah kau. Jadi perbuatanmu adalah perbuatanku. Kita akan tanggung bersama-sama”
Lalu mereka melangkah pergi bersama. Sedangkan semua keadaan dan kejadian di serahkan padaku.
    
                                                     *  *  *

            Mendung berawan tapi tidak hujan. Rangkaian kata teruntai ke dalam tungku yang di godok supaya matang. Corong asap mengepul dari pabrik. Semua orang sibuk bekerja untuk menyambung hidup masing-masing. Masing-masing punya kehidupan. Dan masing-masing punya tanggung jawab akan hidupnya. Tapi bukan Cuma hidupnya tok. Orang lain yang yang wajib di bantu juga jadi tanggungan hidupnya. Di mana kehidupan semakin hari semakin rumit. Permasalahan semakin kompleks di kala Markutel mati tertabrak mersi. Mersi itu tetap menancap gasnya dan kabur. Di lain sisi, semua orang sedang bergerak mengais rezeki. Tidak peduli Markutil yang telah mati, karna semua orang merasa itu bukan tanggung jawab mereka. Bukan termasuk urusan mereka. Semua orang berpikiran sama. Dan benar, tak ada seorang pun yang membantu atau mengubur mayatnya. Melainkan Cuma di buang agar bau amisnya hilang dan tidak mengganggu orang-orang sekitar. Markutel di buang ke sungai dan mayatnya mengambang bersama aliran sungai yang menuntunnya menjauh dari tempat matinya. Dia tahu. Dia yang punya bayangan itu tahu. Di sela-sela mencari orang pintar itu dia berkata pada bayangannya.

“bukan Cuma di sini saja. banyak di tempat lain yang tak kita ketahui juga menerapkan hal yang serupa. Mereka pada pintar-pintar menyembunyikan sesuatu dengan efektif tanpa basa-basi. Aku berharap tidak semua orang seperti ini”
“benar” bayangan menimpali.

            Hari seperti tidak pernah sore. Pagi itu bertemulah dia dengan orang pintar itu. Dengan kacamata yang menempel. Dia berjalan kukuh membawa ilmu-ilmunya yang jarang di puji orang sekitar. Tapi orang pintar itu memakluminya, dan tidak begitu memikirkannya.
“hai kawan. lama tidak bertemu” kata Dia yang punya bayangan. Tapi semua orang punya bayangan. Tapi versi miliknya beda dikarnakan bayangannya bisa bicara.
“salam hangat” sambil mencari tempat ngobrol agar pembicaraan mereka lebih bernuansa. Lalu mereka berkeliling sebentar. Mencari warung makan, namun orang pintar itu nggak mau dan malah mau ke kedai kopi. Tapi tidak jadi di karna Dia yang punya bayangan yang bisa bicara itu tidak punya uang. Sedangkan orang pintar tadi uangnya ketinggalan di rumah. Alhasil mereka memilih ngobrol sambil berjalan santai saja.

“ada apa kau menemuiku” kata orang pintar itu sambil melengokkan mukanya ke Dia yang punya bayangan yang bisa ngomong.
“aku Cuma ingin nasehat saja. dengan kemampuan memprediksi masa depan tingkat tinggi yang kau punya. Pasti mudah buatmu menentukan apa yang nantinya harus ku lakukan”
Orang pintar itu berfikir sejenak sambil tangannya di taruh di keningnya.

“percayalah pada dirimu”
Setelah kata itu terucap. Suasana jadi hening. Dia yang punya bayangan yang bisa ngomong itu menantikan lanjutan katanya. Namun hampa.
“hanya itu?”
“ya”
“itu bukan menasehati namanya. Cuman ngandani. Nasehat itu harus panjang lebar. Singkat nggak masalah asalkan aku bisa paham dengan alasan dan argumen yang menditail. Sepertihalnya dulu kau menasehatiku”
“tapi hanya itu saja yang bisa ku sampaikan. Karna dengan percaya pada dirimu. Kau bisa temukan jati dirimu. Bisa membangun hidupmu. Dan tentunya menentukan arahmu juga hidupmu”
“apa Cuma itu?” kata Dia yang punya bayangan yang bisa ngomong. Tapi yang ngomong adalah bayangannya. Orang pintar tadi yang mendengar ada bayangan bisa bicara langsung kaget setengah mampus. Namun tidak sempat mampus dikarenakan bayangan tadi melanjutkan bicaranya.
“ku kira kau benar-benar pintar. Tapi kau tak berpikir akan kehidupan yang saling menerjang dikarenakan manusia ingin enak sendiri. Percaya pada diri sendiri memang perlu. Tapi jika asas kita Cuma itu. Semua orang bakal individual dan sulit menerima saran orang lain. Asal kau tahu, sebab itulah yang mengoplos kebanyakan orang supaya percaya pada diri sendiri. Lalu menganggap diri mereka yang terhebat hingga berhak merendahkan orang lain. Bukan hanya itu. Kau pasti juga melihat mereka berbuat seenaknya tanpa menggubris orang yang bukan keluarga atau kenalannya. Dan menganggap orang lain yang belum ia kenal seperti musuhnya saja. Apakah percaya pada diri itu di perlukan sementara semua orang hampir menggunakannya untuk kepentingan dirinya”
“itulah manusia”  orang pintar itu sudah tidak kaget lagi dan mulai memaklumi hal yang barusan terjadi. Sedangkan sang bayangan tadi tak habis pikir atas ucapan orang pintar itu. Dan bayangan itu ingin sekali menempeleng muka bulugnya. Namun tak bisa karna sebagai bayangan, gerakannya terbatas.
“apa Cuma itu jawabanmu entut sialan. Dasar kau. Bisanya Cuma ngupil doang”
“kok tahu”
“semua nglakuin itu orang pintar yang goblokk..!”
“oh begitu”
“gyaaa.........hhhh” kesabaran bayangan itu habis dan menjerit-jerit histeris.
“sudah bayangan” kata tuannya “itu memang sudah kodratnya manusia. Dan kamu tadi kan janji nggak bakalan ngganggu”
Lalu hening beberapa saat. Tapi dalam keheningan itu. Bayangan tadi dalam hatinya masih panas dan mencaci maki si orang pintar itu dengan membabi buta. Sedangkan orang pintar itu tau jika lagi di caci. Namun orang pintar itu memilih diam saja.

Mereka berhenti di perbatasan palang kereta api. Selama kereta lewat. Orang tetap pada sibuk melakukan aktifitasnya. Anak-anak yang sudah pulang karena KBM kosong juga pada girang menikmati kepulangan mereka yang lebih awal. Burung –burung terbang dengan bebas. Sayapnya mengepak menerpa angin. Langit biru yang keropos atasnya oleh kebul papbrik, membuat sinar UV masuk ke dalam atmosfer. Cuaca sudah tidak teratur, malahan banyak menimbulkan cuaca ekstrem. Burung juga sama. Berapa jumlah korban burung-burung saat mereka mencoba terbang.  Terdengar letupan senapan angin mengorek daging para burung . para penembak tersenyum senang. Sedangkan burung lainnya yang berhasil selamat Cuma bisa melihati koloninya yang semakin hari semakin sedikit jumlahnya. Kereta sudah selesai melintas. Mereka berdua melanjutkan jalan-jalannya dan kembali mengobrol.

“mau ku ceritakan suatu kisah?” orang pintar itu membuka obrolan
“mau, kisah apa?”
“kisah tentang kitab Iridhoma”
“Iridhoma?”
“kau tak pernah dengar ya. Tentu saja. sama halnya kitab sutasoma yang di karang empu tantular. Iridhoma adalah suatu kitab yang di buat oleh ras berbeda”
Dia yang punya bayangan yang bisa bicara itu tertegun. Sedangkan bayangannya yang punya bayangan yang bisa ngomong Cuma diam dan tidak mau lagi mendengarkan ucapan orang pintar yang di katainya goblok tadi.
“coba ceritakan padaku” kata dia, penasaran
“kuceritakan dengan singkat dan berurutan” orang pintar itu menelan ludah sejeguk agar tenggorokannya tidak garing di tengah bercerita “dahulu kala. Pada zaman sebelum pra aksara. Sebelum piramida di bangun. Dan sebelum peradaban sumeria terbentuk. Muncullah sebuah kitab yang di tulis oleh ras manusia berbeda. Orang-orang yang dulunya tidak tahu  menahu langsung mengeramatkan buku itu dan tidak semua orang bisa membaca tulisannya. Hanya orang-orang khususlah yang bisa. Dan bertahun-tahun kemudian. Muncullah dua orang yang bisa membaca buku itu. Mereka mempelajarinya dengan seksama. Hingga pada suatu saat, mereka berdua mendapatkan ilmu yang luar biasa dan kekuatan mistik yang luar biasa juga. Mereka bisa berjalan di air. Bisa memerintah gunung. Bisa memanggil ikan. Berpindah tempat dengan cepat. Serta kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki oleh mereka”

“dobol. Apa ada orang bisa kayak gitu” bayangan langsung menyahut
“hus, jangan di putusin dulu. Kamu kan udah janji nggak bakalan mengusik” tegur yang punya bayangan. “silakan di lanjutkan kembali”
“baiklah. Sampai mana tadi ya.......”
“sampai mereka mendapat kekuatan-kekuatan”
“oh iya-iya benar. Lalu disaat orang-orang pada tahu akan kesaktian dan kemampuan mereka yang luar biasa. Maka mereka berdua di jadikan pemimpin. Yang satu ke sebelah timur dan satunya lagi ke sebelah barat. Mereka membangun kerajaan yang besar, kuat dan canggih. Namun, lama-kelamaan mereka menyadari suatu kejanggalan.  ilmu yang mereka terima dari buku itu belum sepenuhnya baik. Melainkan ada yang buruk juga. Seperti amarah, kedengkian, sombong, pemborosan dan sifat buruk-buruk lain yang tercokol, bahkan terselip di sebagian buku Iridhoma itu. Karena itulah mereka berdua bisa kehilangan kendali dan bahkan menyiksa rakyatnya tanpa kenal bully. Setelah sadar dan tahu apa yang mereka lakukan pada rakyatnya ketika tak sadarkan diri. Mereka berduapun akhirnya menggelar pertemuan darurat di arah utara. Mereka berbincang tentang kekuatan jahat yang mengendalikan mereka, yang tanpa sadar bisa njedul kapan saja. setelah pertemuan memakan waktu kurang lebih 1 hari. Barulah mereka menemukan bahwa  kejahatan itu tidak bisa di hilangkan. Malahan bisa menular ke semua orang. Karena tidak bisa dihilangkan. Maka, muncullah ide untuk membagi dan memberi kekuatan gelap itu. Supaya mereka mempunyai kepribadian jahat sendiri-sendiri dan tidak serta merta mengeluarkan seluruh kejahatan-kejahatan. Dan untuk menyelamatkan rakyat mereka pula dari kekuatan jahat itu. Lalu setelah proses tukar-menukar selesai dilakukan. Maka timbullah masa baru. Yaitu: penguasa kerajaan timur, dia perhatian terhadap masalah rakyat cuman sering malah di tindas dan di tempelengi. Penguasa kerajaan barat, orangnya tidak peduli penderitaan rakyat tetapi sering memberi upah dan harta kepada mereka. Kejadian itu terus berlanjut sampai di ujung kematian mereka. Mereka meminta menyobek beberapa lembar buku itu yang baik-baik, dan sisanya di bakar. Dengan itu diharapkan kekuatan-kekuatan jahat tadi tidak akan bisa merusak kepribadian orang lagi. Namun tidak! setelah dibakar, Kekuatan gelap tersebut malah jadi kutukan bersejarah yang berangsur-angsur lamanya sampai terasa hingga saat ini. Kekuatan gelap itu menyerang banyak orang yang senantiasa menganggap dirinya lebih hebat dari pada yang lain. Yaitu kesombongan. Lalu disaat manusia marah, maka kekuatan amarah dan kedengkian langsung masuk. Juga pada saat bersedih. Kegalauan datang menghinggap lalu mengayumi orang yang bersedih itu sehingga tambah sedih. Ketika mau membantu orang. Kekuatan acuh tak acuh juga menghalangi orang yang mau membantu itu sehingga tak jadi membantu. Semenjak itulah dan sampai saat ini lembaran kitab Iridhoma yang baik itu seperti menghilang karena sudah tidak terurus lagi”

“lalu sekarang, apakah kau tahu lembaran kitab yang baik itu?” Dia orang yang punya bayangan yang bisa bicara itu langsung menancap.
“ada deh. Itukan Cuma cerita, cuman memang ada sedikit kesamaan di dunia nyatanya, hanya itu”
“lha kenapa kamu tau ceritanya. Sedangkan banyak orang yang tidak tau”
“tentu saja karena aku orang pintar. Selain itu, kekuatan buruk kitab itulah yang dari masa ke masa membuat cerita itu kabur”
“dan jika dimikian. Bagaimana caranya agar aku tidak terkena kekuatan buruk itu?”
“maka dari itu, kau harus temukan jawabanmu sendiri”

            Mereka terus berjalan dan memasuki desa yang tak asing lagi. Sedangkan kau masih menyaksikan mereka. Terlihat banyak orang masih pada sibuk dan selamanya mereka sibuk. Kegiatan mereka seakan tak pernah berhenti. Roda terus menggelinding sampai di saat roda itu menimpa diri mereka sendiri. Semua terus berjalan menapaki kehidupan yang mereka sendiri tak tau tujuan sebenarnya dari hidup. Mereka semua terlupa akan sesuatu yang penting. Suatu yang lebih penting ketimbang apa yang mereka kerjakan saat ini. Mereka pada melupakan bahkan tidak memikirkan di benak mereka sama sekali.

“tadi kau berkata masih ada lembaran lain yang di simpan. Jika kau tau cerita itu, tentunya kau juga harus tau letak lembaran itu?”
“tentu, bahkan aku sudah mempelajarinya. Meski yang tersisa Cuma beberapa lembar. Namun satu katanya setara dengan seribu kosa kata dan puluhan ilmu yang mendalam. Aku sudah menguasainya tapi saat ini aku rahasiakan”
“mengapa? Bukankah dengan itu nantinya akan bisa membuat orang-orang tersadar?”
“bukan, bisa jadi malah sebaliknya. Di saat orang yang mempelajari buku itu jadi pintar. Nanti akan terjadi dua kemungkinan. Pertama dia akan membawa ilmu itu untuk kebaikan. Kedua akan membawa pada keburukan juga. Soalnya kekuatan keburukan yang ada di sekitar kita tidak mau bagian darinya digunakan untuk kebaikan. Itulah resikonya. Bahkan bisa lebih besar lagi”
“kau pasti juga sama terpengaruhnya. Kau terkena sifat egoismu untuk menyimpan ilmu itu sendiri. Benarkan?”
“apa tidak boleh. Makanya, aku saja yang begini bisa kena apalagi orang yang lebih buruk dariku”

            Siang yang begitu panas. Bisa kau saksikan semua terpogram dengan alakadarnya. Mayat Markutel yang nyangkut di sungai dekat stasiun TV itu langsung di liput dan di jadikan berita terkini oleh beberapa stasiun televisi. Orang-orang menyaksikan berita itu dengan mimik wajah yang berbeda-beda. Ada yang biasa saja. mau muntah. Keceret di tempat. Bahkan ada yang sampai kebelet BAB. Semua memakai ekspresinya sendiri-sendiri. Anak-anak yang juga pada nonton TV buru-buru mengganti chanelnya karena tidak suka menonton berita. Lebih baik menonton kartun favoritnya yang padahal sedang menampilkan iklan. Sedangkan dari pihak kepolisian mengungkapkan, akan menindak lanjuti kematian Markutel. Karena tidak ada kejelasan informasi dan tidak kejelasan motif pembunuhan. Maka, di sesi stasiun TV selesai meliput. Kasuspun langsung di tutup dan tidak jadi di tindak lanjuti lebih lanjut. Semua seakan biasa saja dengan kematian Markutel. Dan tidak lama berita itu langsung terlupakan. Terlupakan oleh kesibukan orang-orang, kesibukan oleh game-game, kesibukan oleh belajar, kesibukan oleh waktu bersama teman. Serta kesibukan-kesibukan lain yang menyampingkan segala hal yang di rasa bukan urusan mereka. Itulah pikiran kebanyakan orang!

“kenapa kita ke sini?” sahut Dia yang punya bayangan yang bisa ngomong. Cuman Dianya bingung karna semenjak tadi bayangannya tidak bicara apa-apa lagi.
“aku punya sesuatu yang menarik” orang pintar itu langsung masuk ke ruangan tersebut bersama Dia. Lama kelamaan Dia sadar juga tempat itu.
“inikan tempat di segelnya tulisan mak Tek. Kenapa, dan untuk apa kau kesini?” sambil menghalangi orang pintar itu agar tidak masuk kedalam lagi lebih jauh dan mendekati peti yang tergembok itu.
“kau taukan tak akan bisa menghalangiku. Jadi minggirlah dan akan ku beri tahu sesuatu yang menarik dari tulisannya”
“tidak, hukumnya haram. Aku tidak mau mendekati yang haram”
“haram apaan. Masa’ mbaca aja nggak boleh. Kamu jangan mau di gobloki sama yang kayak begituan”
“pokoknya jangan!” lalu di dorongnya orang pintar itu agar menjauh. Namun percuma, dengan ketinggian ilmu yang dimilikinya dari buku itu. Dia buat Dia yang punya bayangan yang bisa bicara itu tidak bisa bergerak. Dan dengan ketinggian ilmunya pula dia bisa dengan mudah melepas kunci gembok peti itu. Lalu mengambil kertas di situ.
“cepat nih baca dengan cermat. Janga terperdaya dengan kekuatan jahat yang ada di sekelilingmu. Seperti halnya yang sudah dialami kebanyakan orang. Lihatlah, bacalah dan kau akan tahu tentang sesuatu”
Kemudian karna tekanan yang di berika orang pintar itu kepadanya membuatnya menyerah dan membaca kertas tersebut

            Mak Tek
            Seorang yang tahu yang tidak tahu
Aku tahu nantinya suratku tidak akan di baca oleh orang-orang primitif  itu. Dan aku juga tahu orang yang mengetahui suratku ini hanya kau orang yang tidak berani ku sebut namanya. Kau tahu aku sebnarnya juga menyembunyikan ilmu yang ada di kitab itu. Aku mengetahui dari yang tidak di ketahui. Dan aku bisa menyaksikan yang belum disaksikan. Untuk itulah disaat aku berkata bahwa aku adalah awal dari peradaban. Langsung ku tulis surat ini untuk orang-orang yang membaca dan orang-orang yang tidak membaca. Bahwa sebagian kalian Cuma pecundang karna membanggakan sesuatu yang tidak patut untuk di banggakan. Dan untuk itu kukatakan ini dengan jelas bagi orang-orang yang berpikir.

                                                                                    Salam untukmu ku ucap.....



1 September 2014
                    MHA

0 komentar:

Posting Komentar