Malam
dini hari, lebih tepatnya sebelum fajar. Berkelebatan bayangan hitam yang
tiba-tiba muncul dibalik kardus. Kucing mengeong karna merasa buntutnya tertekan.
Sedangkan bayangan itu masih mondar-mandir mencari sesuatu yang dirasa sangat penting.
Setelah beberapa saat mencari, barulah bayangan itu berhenti tepat di atas
kepala seorang petugas yang saat itu bertugas menjaga kardus-kardus kosong agar
tak ada yang mencurinya.
“lihatlah,
jinku sudah beraksi. Kalau begitu giliran kita yang beraksi” sahut Belot yang
semenjak tadi bersemangat mencuri kardus-kardus itu. Adut dan Cocor Cuma
mengangguk lalu memulai aksinya. Mereka menyebar kesegala arah. Tanpa takut
ketahuan petugas, ke-tiganya dengan beringas terus merengsek mengambili kardus
yang dikira masih berharga. Entah mengapa, petugas saat itu sama sekali tak tau
jika ada orang yang menyusup masuk ke areanya. Bahkan belot berulang kali
melintas di depan mata kepalanya sendiri, cuman petugas itu sama sekali tak
melihat apa-apa. Paling hanya melihat kardus-kardus melayang. Petugas itu sama
sekali tak takut dan merasa khawatir karna begituan sudah cukup lumrah terjadi.
Mulai dari kuntilanak, wewegombel, genderuwo, sering sekali dilihatnya waktu
bertugas. Jadi yang namanya kardus terbang, sudah dianggapnya kuno dan suatu
hal yang wajar dan dibolehkan. Tapi kali ini bukannya kardus terbang. Tapi ada
yang mengusungnya. Ya....! hanya saja, petugas tak melihat ketiga orang itu.
Selesai
melaksanakan tugas mencuri kardus, merekapun pergi dengan hati gembira.
Bayangan itu juga menghilang. Petugas yang merasa hasil kerjanya pada malam itu
maksimal, waktu siangnya dipecat gara-gara banyak kardus yang hilang. Petugas
tadi langsung diusir dan disuruh pulang kerumahnya. Dengan ini berakhirlah ia
dan jadi pengangguran. Beberapa saat kemudian, bos yang memecat tadi lupa
menyopot seragam dan pangkat dan surat PHK mantan petugas tadi. Tanpa dipikir,
langsunglah dia menyuruh suruhannya agar ketempat mantan petugas itu untuk
melakukan apa yang belum ia lakukan tadi.
Sampai
di rumah petugas, dia melihat mantan petugas itu terduduk lesu di teras nya.
Disaat pesuruh mulai menghampiri dan
memberi surat PHK terlebih dahulu. belum bicara apa-apa, mantan petugas yang
seakan tahu dirinya akan datang memulai pembicaraan terlebih dahulu.
“masa’
Cuma gara-gara kardus saya di pecat. Saya nggak terima! Kalau perlu saya tuntut
ke pengadilan” kata petugas itu setelah menerima surat PHK
“maaf
pak,tapi keputusan direktur PT. Kardus sejahtera sudah bulat”
“halah,
PT dabulan..... bisanya ngardus doang. Saya bertahun-tahun menjaga kardus. Saya
serahkan diri saya, mengabdi kerja paruh waktu tanpa ada masalah apapun. Jika
ada masalah kan biasanya dirundingkan dan diambil jalan musyawarah, bukan cara
sepihak begini. Wong saya sumpah tadi malem nggak ngeliat maling. Saya biasanya
kan ngliat setan sama benda bergerak. Kok tiba-tiba dipecat begini” mantan petugas itu semakin sedih,
utusan atau suruhan PT. Kardus juga merasa kasihan.
“begini
sajalah. Bilangin sama Bos kamu. Beri kesempatan kepada saya satu kali lagi.
Satu tok. Nggak lebih. Pokoknya kasih kesempatan. Dijamin. Hanya tuhan yang
tahu. Yang jelas kasih kesempatan untuk membenahi kinerja saya”
“baik
pak, nanti saya akan menemui bos saya untuk menyampaikan rujukan bapak. Tapi
tolong kertas PHK ini di bawa dulu. Soalnya belum tentu bapak diberi kesempatan”
“ya,
terimaksih”
“baik
pak” lalu utusan pergi meninggalkan rumah mantan petugas itu
Di
kegelapan malam, tiga pencuri itu tertawa bebarengan. Mereka menghabiskan malam
dengan bercerita.
“ha....ha.....ha.....kita
goblok ya. Masak Cuma nyolong kardus” kata Belot sambil menunjuk-nunjuk kardus
kosong yang barusan di curi. Adut dan cocor juga tanpa sebab terpingkal-pingkal
hingga terjengkal seakan merasa bukan salah satu dari mereka yang goblok.
“lha
mau gimana lagi. Sekali-sekali ya hasil jarahan kita bervariasi. Jangan emas
duit melulu. Kan bosen”
“trus
kardus-kardus ini mau di apain?”
“kita
taruh dijalan”
“jangan!
Ntar faktor kecelakaan tambah meningkat”
“nggak
papa, itu kan malah akan membuat pengguna jalan berpikir obyektif. Dan nantinya
memanfaatkan kardus itu untuk nembeli lubang di jalan”
“setuju!”
sahut cocor
“weleh,
malah mbahas tentang jalan. Ini waktunya kita beraksi lagi. Jadi,apa yang akan
kita curi selanjutnya?”
“KOREK!”
“apa
alasannya”
“untuk
memelanjer kompor gas saya yang susah nyala”
“alasan
nggak mutu!”
“lha
kita nyolong kardus. Alasannya Cuma buat tempat kotak amal dan turun ke
jalan-jalan”
“itu
kan berpahala”
“uangnya
kan kita ambil”
“yang
penting membuat orang lain berpahala”
“kalau
begitu kardus”
“kok
itu lagi”
“tapi
lebih menantang, kita nyolongnya sendiri-sendiri. Dan boleh mergok teman
sendiri, gimana”
“berarti
kita nggak boleh ketahuan teman serekan”
“yo’i”
“oke,
kita mulai malam ini”
Lalu
mereka tertawa lagi. Mereka minum oplosan
sampai di ambang batas, tak sadar-kan diri dan besoknya sekarat. Untung cocor
tidak kebanyakan minum, jadi dia bisa menyelamatkan dua temannya. Rencana
penyolongan juga tertunda.
Sedangkan petugas penjaga sudah
dipercaya lagi menjaga kardus-kardus. Bahkan dia sekarang pangkatnya di naikkan
jadi strip dua karna kerjanya yang ulet. Selain itu, seminggu ini juga tak ada
lagi kasus pencurian kardus. Petugas itu tetap giat bekerja karna dia ingin
mendapat posisi di PT itu. Selama ini dia bosen kerja menjaga kardus terus. Dia
membayangkan jika nantinya akan kerja di dalam kantor dan tak usah kerja lembur
dan jaga malam seperti apa yang dia biasa lakukan. Selain itu juga dia tak
ingin lagi mengecewakan atasan nya. Lalu dia tekatkan. Dia yakin. Petugas itu
rela 6X seminggu kerja lembur untuk menjaga kardus. Dia pontang panting. Tetap
kerja walau pegel. Tetap melek walau keliliben. Bahkan ngantuk juga ditahan
sampai pagi. Pagi ditahan sampai malam. Begitu seterusnya hingga dia seperti
kesetanan karna terus bekerja. Bos pun membiarkannya saja. Bahkan salut dan
memberi banyak apresiasi. Terbukti memang tak ada lagi pencurian. Sang petugas
juga puas akan usaha keras yang dilakukannya. Dia kini mulai bersikap hati-hati
dan was-was. Dulu setan dan hal aneh di anggap nya wajar. Tapi sekarang dia
sudah kesal dan muak karna petugas itu menduga setan-setan itulah yang mencuri
kardus. Walau tak ada bukti, dia tetap kesal. Sesekali dia bersua dengan
genderuwo. Tanpa pikir, dia langsung memborgol dan mengurung nya meski
akhir-akhirnya hilang di tempat.
Cara kerja petugas ini memang banyak
menarik perhatian banyak karyawan. Mereka saling bisik. Ada yang mengira ini
hanya semacam simulasi untuk menaikkan pangkat, ada juga yang berkata bahwa itu
Cuma akal-akalan, dan sebagian lain mengapresiasi dan mendukung. Salah satu
dari mereka bahkan menyinggung ”ntar pas sekarat juga kerjanya luntur lagi”.
Sebenarnya petugas itu tau jika sekarang ini dia jadi bahan perbincangan. Tapi
dia tak menggubris, malah semakin sregep dan giat. Tak beberapa lama si bos
yang memang sudah melihat petugas itu bekerja dengan proaktif, lalu mengangkat
pangkatnya lagi dan sekaligus menaikkan gajinya beberapa persen. Para pegawai
atau karyawan yang mengetahui hal itu mulai was-was dan merasa tak senang karna
menganggap itu tindakan pilih kasih. Pada akhirnya, karna tak mau di
sampingkan... mereka juga bekerja dengan giat dan berencana menyamai kinerja
petugas itu agar gaji mereka nantinya juga di naikkan. Walhasil karna
kesregepan pekerja dan seluruh komunitas kerja PT ini, membuat mereka untung
berkali lipat dan produktif.
Bos mulai senang dan menambah
gaji pekerjanya 15%, khusus petugas dia beri 25%. Karna gara-gara dialah yang
pertama kali bekerja keras hingga menular ke pekerja lainnya. Pangkatnya
kembali di naikkan ke level centang. Dan selangkah lagi dia bisa menjejakkan
kaki ke dalam kantor. Mengetahui hal ini, banyak kalangan pekerja mulai berani
protes dan melakukan aksi-aksi. Para karyawan geram, tak disangka apa yang
mereka lakukan malah membuat petugas itu semakin ndewo. Lalu dengan
menunjang agar protesnya di tanggapi. Mereka mulai mengirim surat kritikan di
meja bos.
Besoknya, para pekerja termasuk petugas
di suruh berkumpul di halaman depan kantor. Boslah yang menyuruh. Setelah tata
panggung dan persiapan beres, bos naik ke atas panggung dan memulai pidatonya.
Isinya kurang lebih adalah menyuruh mereka jangan lekas puas dan iri. “imbalan
adalah sesuai apa yang di usahakan. Jangan pernah menuntut apa yang tidak jadi
haknya. Mulailah langkah kalian sendiri dan jangan membebek kepada orang lain” kata bos itu yang memberikan penjelasan sekalian membuat mereka tahu apa yang
dilakukannya sudah benar. “dengar! Aku memberikan petugas itu uang dan bonus
lebih banyak karna dialah yang memulai untuk bekerja keras. Dialah yang membuat
kalian sadar akan semangat kerja dan produktif. Nggak lembek. Toh kalian juga
dapat bonusnya...... ingatlah, sekarang PT kita maju gara-gara kalian, tapi
yang membuat kalian begini kan petugas itu. Jadi apa salah nya saya memberi
tambahan lebih orang yang mengawali. Karna langkah pertama itu berat,
setelahnya baru terasa mudah” tambahnya lagi.para pekerja Cuma diam. Mereka tak
lagi protes. Tapi malah semakin dengki dengan petugas, karna merasa dia yang di
istimewakan.
Pada hari yang tidak di ketahui,
saat angin menitih ranting. Dan setan sudah tak mau nampak di area kardus itu
gara-gara takut di tangkap petugas. Tengah malam seperti biasa, petugas itu
berkeliling dengan senternya. Mengamati keseluruhan, ia tak mau ada orang lain
datang untuk mencuri kardus. Agak jauh dari dari tempat petugas, ada seekor
kucing yang dari tadi terus mengeong. Petugas tadi lalu mendekati dan
mengelusnya. Tapi tak disangka buntutnya diinjak dan malah mencakar si petugas.
Dengan kaget dia melempar kucing itu. Tepat di sampingnya tanpa sengaja petugas
itu menyoroti dan melihat bayangan mondar-mandir. Petugas mencoba mengejar. Tak
sampai dekat, bayangan dengan cepatnya berpindah tempat. Pikir petugas mungkin
bayangan itulah yang mencuri banyak kardus dan membuatnya di pecat. Segeralah
dia berlari, berkeliling dan mencari. Yang tanpa di duga sebenarnya bayangan
itu sudah ada di atas kepalanya. Di saat yang di tunggu-tunggu, 3 orang pencuri
yang sudah keluar dari rumah sakit segera meninggalkan posisinya masing-masing
untuk mencuri. Sesuai dengan yang di rencanakan. Ada yang dari arah utara,
selatan, dan barat. Timur nggak digunakan karna ada 2 anjing helder bertubuh
sispex yang sedang berjaga.
3
maling itu saling awas. bukan takut ketangkep petugas, tapi ketahuan teman
sendiri. Menurut hukum jin, orang yang di kepalanya sudah di tempeli bayangan
itu. Maka, nggak akan bisa melihat orang yang memiliki jin itu. Dan dalam ilmu
kemalingan, orang yang sudah memiliki jin itu juga di sebut dewa maling karna
nggak bakalan ketahuan. Kecuali jika tubuh mereka kesemprot air detergen. Jadi
sifat-sifat molekul akan kembali seperti semula dan menyebabkan orang itu
terlihat lagi oleh orang yang di tempeli jinnya. Yang saat ini dilakukan mereka
adalah bertaruh untuk jadi maling yang terhebat. Yang jelas mau tak mau ada dua orang yang kalah dan bakalan
ketangkep petugas.
Sedangkan petugas tadi, tanpa kenal
lelah mencari dan mengitari area kardus berulang-ulang. Seperti halnya dulu. Ketiga
maling itu juga tak kelihatan, padahal mereka sudah tersorot dan berada tepat
di depan petugas. Tiga maling itu dengan mudah beraksi, kali ini bukan kardus
dulu yang mereka incar. Tapi memergoki teman sendiri. tiga maling itu bisa
saling lihat karna nggak di tempeli bayangan tadi. Dengan membawa senapan MK-7
silver, tapi dengan peluru air ditergen. Mereka saling ndelik dan membuat
semacam stimulus. Tak jarang mereka salah sasaran dan malah menyemprot
petugas.”kurang asem, maling nggak tau di buntung beraninya ngumpet, sini kalau
berani!” gertak petugas yang mulai kesal gara-gara di semproti dari segala
arah. Tak beberapa lama dia sudah tak sabar dan melepaskan dua ekor anjing
heldernya yang baru-baru ini di beli untuk digunakan menjerat maling. Kontan tiga maling yang
bersembunyi kaget. Mereka sadar jika anjing itu bisa melihat dan mengetahui
keberadaan mereka. Akhirnya ketiganya pontang-panting berlarian. Karna takut
ketemu anjing barusan, otomatis ke-tiganya juga saling ketemu. Tanpa di beri
komando, pertempuran semprotan pun berlangsung. Mereka saling tembak, dan jika
ada anjing mereka tancap lari mencari tempat sembunyi. Sementara petugas Cuma
bengong melihat senjata terbang dan tembakan air menyemprot ke mana-mana.
Anjing-anjing kelalapan mondar-mandir mengejar sesuatu yang di mata petugas
tidak ada seseorang. Mungkin petugas salah lihat, atau mungkin otaknya
bermasalah karna kurang istirahat. Malam itu dia memilih tidur di posnya. Dan
membiarkan anjing-anjing itu menggong-gong mengejar angin. “anjing bego”
pikirnya sambil menutup kuping dengan berbuntelan kemul.
Hari menjelang pagi, bayangan itu
menghilang. Ayam berkokok bergantian. Anjing itu terlihat masih mentereng
sembari duduk di tempat. Rupanya anjing itu menunggui tiga maling yang sedang
berada di puncak tumpukan kardus. Matahari mulai terlihat seluruhnya. Para
pekerja sudah mulai berdatangan. Begitu juga petugas yang sudah bangun dan
bersiap. Setelah keluar dari posnya, dia kaget melihat tiga orang terpatung di
atas tumpukan kardus yang tinggi. Di bawahnya ada 2 ekor anjing yang semalam
dia kira edan. Padahal mereka mengetahui ada penyusup datang. Karna salut, dia
memberi 2 anjing itu daging dan menyuruh mereka kembali ke pangkalannya.
Pekerja yang tak sengaja melihat kejadian, segera mengambil tempat untuk
melihat lebih jelas. Kebetulan bos juga ada di lokasi. Wartawan yang berada di
dekat tempat itu juga mulai kesana dan meliput. Rupanya bakal jadi headline.
Petugas yang menjaga mulai di tanyai berbagai macam pertanyaan. tiga maling itu
gemetaran, mereka tahu bakal di hakimi di tempat begitu melihat banyak massa di
bawahnya. Lalu setelah petugas selesai di wawancara, mulailah dia naik ke atas
dan membekuk ketiga maling yang ada di atas. Kameramen terus mengikut dan
jepretan foto terus menerus berdatangan. Untungnya semua berjalan baik dan tak
ada yang memukuli. Melihat kejadian barusan, bos semakin percaya dan memberi
janji akan menaruhnya kerja di kantor. Bahkan jadi asistennya. Pekerja lain
yang mendengar maupun tidak mendengar juga tak habis pikir.”ini pasti Cuma
akal-akalannya.”kata seseorang ” Semua Cuma skenario agar orang percaya,
padahal belum tentu ini benar.” Kata seorang lagi, tapi berbisik. “mungkin
mereka di bayar dan pura-pura jadi maling” kata pekerja lain yang juga menambah
variasi kritikan. Hampir semua berbisik dan tak percaya kejadian barusan. Bos
sebenarnya tahu, Cuma tidak mau tahu. Yang jelas janjinya akan segera di
laksanakan, petugas itu senang dan mengucap terima kasih sambil berjabat
tangan.
Setelah semua bubar, tiga maling
tadi di introgasi di ruang tertutup. Tangan mereka di borgol. Petugas datang.
Bukannya marah dan menghukum, dia malah tersenyum karna senang. “terimakasih,
berkat kalian saya bisa bekerja menjadi asisten bos. Dan berkat kalian pula
saya di pecat. Tapi dengan itu saya di panggil lagi, saya berubah dan mencoba
giat bekerja, ya.... itu semua berkat kalian. Selamat, kalian mengubah hidup
saya” petugas lalu melepas borgol mereka dan mulai saling bersalaman. Maling
yang tadinya takut, kini menjadi lega dan enteng lagi. Mereka jadi sok akrab
dan sok dekat. Meskipun baru pertama kali bertemu.
“ini
juga perencanaan kita kok pak, kan kita tau kalau bapak lagi susah. Masak
kerjanya njuaga terus. Kasihan. Makanya kami bantu bapak agar jadi sekarang ini”
tancap Belot seakan tahu semua akan terjadi. Petugas bertambah senang dan
menyuruh mereka pergi begitu saja. “pergi sajalah. Kalian saya bebaskan karna
ini bukan termasuk tindakan kriminal. Tapi tindakan membantu orang. Tapi saya
giring dulu ke perempatan biar nggak ketahuan jika kalian bebas”
Tiga
maling itu mengangguk dan digiringlah menuju perempatan. Sampai disana, mereka
bersalaman lagi. Mengucap terimakasih sambil senyam-senyum. Rupanya mereka sama-sama di untungkan.
28 Februari 2014
MHA
0 komentar:
Posting Komentar