Sabtu, 24 Agustus 2019

Kumpulan Cerpen; SEKAWAN

Malam dini hari, lebih tepatnya sebelum fajar. Berkelebatan bayangan hitam yang tiba-tiba muncul dibalik kardus. Kucing mengeong karna merasa buntutnya tertekan. Sedangkan bayangan itu masih mondar-mandir mencari sesuatu yang dirasa sangat penting. Setelah beberapa saat mencari, barulah bayangan itu berhenti tepat di atas kepala seorang petugas yang saat itu bertugas menjaga kardus-kardus kosong agar tak ada yang mencurinya.

“lihatlah, jinku sudah beraksi. Kalau begitu giliran kita yang beraksi” sahut Belot yang semenjak tadi bersemangat mencuri kardus-kardus itu. Adut dan Cocor Cuma mengangguk lalu memulai aksinya. Mereka menyebar kesegala arah. Tanpa takut ketahuan petugas, ke-tiganya dengan beringas terus merengsek mengambili kardus yang dikira masih berharga. Entah mengapa, petugas saat itu sama sekali tak tau jika ada orang yang menyusup masuk ke areanya. Bahkan belot berulang kali melintas di depan mata kepalanya sendiri, cuman petugas itu sama sekali tak melihat apa-apa. Paling hanya melihat kardus-kardus melayang. Petugas itu sama sekali tak takut dan merasa khawatir karna begituan sudah cukup lumrah terjadi. Mulai dari kuntilanak, wewegombel, genderuwo, sering sekali dilihatnya waktu bertugas. Jadi yang namanya kardus terbang, sudah dianggapnya kuno dan suatu hal yang wajar dan dibolehkan. Tapi kali ini bukannya kardus terbang. Tapi ada yang mengusungnya. Ya....! hanya saja, petugas tak melihat ketiga orang itu.

Selesai melaksanakan tugas mencuri kardus, merekapun pergi dengan hati gembira. Bayangan itu juga menghilang. Petugas yang merasa hasil kerjanya pada malam itu maksimal, waktu siangnya dipecat gara-gara banyak kardus yang hilang. Petugas tadi langsung diusir dan disuruh pulang kerumahnya. Dengan ini berakhirlah ia dan jadi pengangguran. Beberapa saat kemudian, bos yang memecat tadi lupa menyopot seragam dan pangkat dan surat PHK mantan petugas tadi. Tanpa dipikir, langsunglah dia menyuruh suruhannya agar ketempat mantan petugas itu untuk melakukan apa yang belum ia lakukan tadi.

Sampai di rumah petugas, dia melihat mantan petugas itu terduduk lesu di teras nya. Disaat pesuruh  mulai menghampiri dan memberi surat PHK terlebih dahulu. belum bicara apa-apa, mantan petugas yang seakan tahu dirinya akan datang memulai pembicaraan terlebih dahulu.
“masa’ Cuma gara-gara kardus saya di pecat. Saya nggak terima! Kalau perlu saya tuntut ke pengadilan” kata petugas itu setelah menerima surat PHK
“maaf pak,tapi keputusan direktur PT. Kardus sejahtera sudah bulat”
“halah, PT dabulan..... bisanya ngardus doang. Saya bertahun-tahun menjaga kardus. Saya serahkan diri saya, mengabdi kerja paruh waktu tanpa ada masalah apapun. Jika ada masalah kan biasanya dirundingkan dan diambil jalan musyawarah, bukan cara sepihak begini. Wong saya sumpah tadi malem nggak ngeliat maling. Saya biasanya kan ngliat setan sama benda bergerak. Kok tiba-tiba dipecat  begini” mantan petugas itu semakin sedih, utusan atau suruhan PT. Kardus juga merasa kasihan.
“begini sajalah. Bilangin sama Bos kamu. Beri kesempatan kepada saya satu kali lagi. Satu tok. Nggak lebih. Pokoknya kasih kesempatan. Dijamin. Hanya tuhan yang tahu. Yang jelas kasih kesempatan untuk membenahi kinerja saya”
“baik pak, nanti saya akan menemui bos saya untuk menyampaikan rujukan bapak. Tapi tolong kertas PHK ini di bawa dulu. Soalnya belum tentu bapak diberi kesempatan”
“ya, terimaksih”
“baik pak” lalu utusan pergi meninggalkan rumah mantan petugas itu
Di kegelapan malam, tiga pencuri itu tertawa bebarengan. Mereka menghabiskan malam dengan bercerita.
“ha....ha.....ha.....kita goblok ya. Masak Cuma nyolong kardus” kata Belot sambil menunjuk-nunjuk kardus kosong yang barusan di curi. Adut dan cocor juga tanpa sebab terpingkal-pingkal hingga terjengkal seakan merasa bukan salah satu dari mereka yang goblok.
“lha mau gimana lagi. Sekali-sekali ya hasil jarahan kita bervariasi. Jangan emas duit melulu. Kan bosen”
“trus kardus-kardus ini mau di apain?”
“kita taruh dijalan”
“jangan! Ntar faktor kecelakaan tambah meningkat”
“nggak papa, itu kan malah akan membuat pengguna jalan berpikir obyektif. Dan nantinya memanfaatkan kardus itu untuk nembeli lubang di jalan”
“setuju!” sahut cocor
“weleh, malah mbahas tentang jalan. Ini waktunya kita beraksi lagi. Jadi,apa yang akan kita curi selanjutnya?”
“KOREK!”
“apa alasannya”
“untuk memelanjer kompor gas saya yang susah nyala”
“alasan nggak mutu!”
“lha kita nyolong kardus. Alasannya Cuma buat tempat kotak amal dan turun ke jalan-jalan”
“itu kan berpahala”
“uangnya kan kita ambil”
“yang penting membuat orang lain berpahala”
“kalau begitu kardus”
“kok itu lagi”
“tapi lebih menantang, kita nyolongnya sendiri-sendiri. Dan boleh mergok teman sendiri, gimana”
“berarti kita nggak boleh ketahuan teman serekan”
“yo’i”
“oke, kita mulai malam ini”
Lalu mereka tertawa lagi. Mereka minum  oplosan sampai di ambang batas, tak sadar-kan diri dan besoknya sekarat. Untung cocor tidak kebanyakan minum, jadi dia bisa menyelamatkan dua temannya. Rencana penyolongan juga tertunda.

            Sedangkan petugas penjaga sudah dipercaya lagi menjaga kardus-kardus. Bahkan dia sekarang pangkatnya di naikkan jadi strip dua karna kerjanya yang ulet. Selain itu, seminggu ini juga tak ada lagi kasus pencurian kardus. Petugas itu tetap giat bekerja karna dia ingin mendapat posisi di PT itu. Selama ini dia bosen kerja menjaga kardus terus. Dia membayangkan jika nantinya akan kerja di dalam kantor dan tak usah kerja lembur dan jaga malam seperti apa yang dia biasa lakukan. Selain itu juga dia tak ingin lagi mengecewakan atasan nya. Lalu dia tekatkan. Dia yakin. Petugas itu rela 6X seminggu kerja lembur untuk menjaga kardus. Dia pontang panting. Tetap kerja walau pegel. Tetap melek walau keliliben. Bahkan ngantuk juga ditahan sampai pagi. Pagi ditahan sampai malam. Begitu seterusnya hingga dia seperti kesetanan karna terus bekerja. Bos pun membiarkannya saja. Bahkan salut dan memberi banyak apresiasi. Terbukti memang tak ada lagi pencurian. Sang petugas juga puas akan usaha keras yang dilakukannya. Dia kini mulai bersikap hati-hati dan was-was. Dulu setan dan hal aneh di anggap nya wajar. Tapi sekarang dia sudah kesal dan muak karna petugas itu menduga setan-setan itulah yang mencuri kardus. Walau tak ada bukti, dia tetap kesal. Sesekali dia bersua dengan genderuwo. Tanpa pikir, dia langsung memborgol dan mengurung nya meski akhir-akhirnya hilang di tempat.
           Cara kerja petugas ini memang banyak menarik perhatian banyak karyawan. Mereka saling bisik. Ada yang mengira ini hanya semacam simulasi untuk menaikkan pangkat, ada juga yang berkata bahwa itu Cuma akal-akalan, dan sebagian lain mengapresiasi dan mendukung. Salah satu dari mereka bahkan menyinggung ”ntar pas sekarat juga kerjanya luntur lagi”. Sebenarnya petugas itu tau jika sekarang ini dia jadi bahan perbincangan. Tapi dia tak menggubris, malah semakin sregep dan giat. Tak beberapa lama si bos yang memang sudah melihat petugas itu bekerja dengan proaktif, lalu mengangkat pangkatnya lagi dan sekaligus menaikkan gajinya beberapa persen. Para pegawai atau karyawan yang mengetahui hal itu mulai was-was dan merasa tak senang karna menganggap itu tindakan pilih kasih. Pada akhirnya, karna tak mau di sampingkan... mereka juga bekerja dengan giat dan berencana menyamai kinerja petugas itu agar gaji mereka nantinya juga di naikkan. Walhasil karna kesregepan pekerja dan seluruh komunitas kerja PT ini, membuat mereka untung berkali lipat dan produktif.

               Bos mulai senang dan menambah gaji pekerjanya 15%, khusus petugas dia beri 25%. Karna gara-gara dialah yang pertama kali bekerja keras hingga menular ke pekerja lainnya. Pangkatnya kembali di naikkan ke level centang. Dan selangkah lagi dia bisa menjejakkan kaki ke dalam kantor. Mengetahui hal ini, banyak kalangan pekerja mulai berani protes dan melakukan aksi-aksi. Para karyawan geram, tak disangka apa yang mereka lakukan malah membuat petugas itu semakin ndewo. Lalu dengan menunjang agar protesnya di tanggapi. Mereka mulai mengirim surat kritikan di meja bos.

               Besoknya, para pekerja termasuk petugas di suruh berkumpul di halaman depan kantor. Boslah yang menyuruh. Setelah tata panggung dan persiapan beres, bos naik ke atas panggung dan memulai pidatonya. Isinya kurang lebih adalah menyuruh mereka jangan lekas puas dan iri. “imbalan adalah sesuai apa yang di usahakan. Jangan pernah menuntut apa yang tidak jadi haknya. Mulailah langkah kalian sendiri dan jangan membebek kepada orang lain”  kata bos itu yang memberikan penjelasan  sekalian membuat mereka tahu apa yang dilakukannya sudah benar. “dengar! Aku memberikan petugas itu uang dan bonus lebih banyak karna dialah yang memulai untuk bekerja keras. Dialah yang membuat kalian sadar akan semangat kerja dan produktif. Nggak lembek. Toh kalian juga dapat bonusnya...... ingatlah, sekarang PT kita maju gara-gara kalian, tapi yang membuat kalian begini kan petugas itu. Jadi apa salah nya saya memberi tambahan lebih orang yang mengawali. Karna langkah pertama itu berat, setelahnya baru terasa mudah” tambahnya lagi.para pekerja Cuma diam. Mereka tak lagi protes. Tapi malah semakin dengki dengan petugas, karna merasa dia yang di istimewakan.

              Pada hari yang tidak di ketahui, saat angin menitih ranting. Dan setan sudah tak mau nampak di area kardus itu gara-gara takut di tangkap petugas. Tengah malam seperti biasa, petugas itu berkeliling dengan senternya. Mengamati keseluruhan, ia tak mau ada orang lain datang untuk mencuri kardus. Agak jauh dari dari tempat petugas, ada seekor kucing yang dari tadi terus mengeong. Petugas tadi lalu mendekati dan mengelusnya. Tapi tak disangka buntutnya diinjak dan malah mencakar si petugas. Dengan kaget dia melempar kucing itu. Tepat di sampingnya tanpa sengaja petugas itu menyoroti dan melihat bayangan mondar-mandir. Petugas mencoba mengejar. Tak sampai dekat, bayangan dengan cepatnya berpindah tempat. Pikir petugas mungkin bayangan itulah yang mencuri banyak kardus dan membuatnya di pecat. Segeralah dia berlari, berkeliling dan mencari. Yang tanpa di duga sebenarnya bayangan itu sudah ada di atas kepalanya. Di saat yang di tunggu-tunggu, 3 orang pencuri yang sudah keluar dari rumah sakit segera meninggalkan posisinya masing-masing untuk mencuri. Sesuai dengan yang di rencanakan. Ada yang dari arah utara, selatan, dan barat. Timur nggak digunakan karna ada 2 anjing helder bertubuh sispex yang sedang berjaga.
3 maling itu saling awas. bukan takut ketangkep petugas, tapi ketahuan teman sendiri. Menurut hukum jin, orang yang di kepalanya sudah di tempeli bayangan itu. Maka, nggak akan bisa melihat orang yang memiliki jin itu. Dan dalam ilmu kemalingan, orang yang sudah memiliki jin itu juga di sebut dewa maling karna nggak bakalan ketahuan. Kecuali jika tubuh mereka kesemprot air detergen. Jadi sifat-sifat molekul akan kembali seperti semula dan menyebabkan orang itu terlihat lagi oleh orang yang di tempeli jinnya. Yang saat ini dilakukan mereka adalah bertaruh untuk jadi maling yang terhebat. Yang jelas mau tak mau  ada dua orang yang kalah dan bakalan ketangkep petugas.

            Sedangkan petugas tadi, tanpa kenal lelah mencari dan mengitari area kardus berulang-ulang. Seperti halnya dulu. Ketiga maling itu juga tak kelihatan, padahal mereka sudah tersorot dan berada tepat di depan petugas. Tiga maling itu dengan mudah beraksi, kali ini bukan kardus dulu yang mereka incar. Tapi memergoki teman sendiri. tiga maling itu bisa saling lihat karna nggak di tempeli bayangan tadi. Dengan membawa senapan MK-7 silver, tapi dengan peluru air ditergen. Mereka saling ndelik dan membuat semacam stimulus. Tak jarang mereka salah sasaran dan malah menyemprot petugas.”kurang asem, maling nggak tau di buntung beraninya ngumpet, sini kalau berani!” gertak petugas yang mulai kesal gara-gara di semproti dari segala arah. Tak beberapa lama dia sudah tak sabar dan melepaskan dua ekor anjing heldernya yang baru-baru ini di beli untuk digunakan  menjerat maling. Kontan tiga maling yang bersembunyi kaget. Mereka sadar jika anjing itu bisa melihat dan mengetahui keberadaan mereka. Akhirnya ketiganya pontang-panting berlarian. Karna takut ketemu anjing barusan, otomatis ke-tiganya juga saling ketemu. Tanpa di beri komando, pertempuran semprotan pun berlangsung. Mereka saling tembak, dan jika ada anjing mereka tancap lari mencari tempat sembunyi. Sementara petugas Cuma bengong melihat senjata terbang dan tembakan air menyemprot ke mana-mana. Anjing-anjing kelalapan mondar-mandir mengejar sesuatu yang di mata petugas tidak ada seseorang. Mungkin petugas salah lihat, atau mungkin otaknya bermasalah karna kurang istirahat. Malam itu dia memilih tidur di posnya. Dan membiarkan anjing-anjing itu menggong-gong mengejar angin. “anjing bego” pikirnya sambil menutup kuping dengan berbuntelan kemul.

            Hari menjelang pagi, bayangan itu menghilang. Ayam berkokok bergantian. Anjing itu terlihat masih mentereng sembari duduk di tempat. Rupanya anjing itu menunggui tiga maling yang sedang berada di puncak tumpukan kardus. Matahari mulai terlihat seluruhnya. Para pekerja sudah mulai berdatangan. Begitu juga petugas yang sudah bangun dan bersiap. Setelah keluar dari posnya, dia kaget melihat tiga orang terpatung di atas tumpukan kardus yang tinggi. Di bawahnya ada 2 ekor anjing yang semalam dia kira edan. Padahal mereka mengetahui ada penyusup datang. Karna salut, dia memberi 2 anjing itu daging dan menyuruh mereka kembali ke pangkalannya. Pekerja yang tak sengaja melihat kejadian, segera mengambil tempat untuk melihat lebih jelas. Kebetulan bos juga ada di lokasi. Wartawan yang berada di dekat tempat itu juga mulai kesana dan meliput. Rupanya bakal jadi headline. Petugas yang menjaga mulai di tanyai berbagai macam pertanyaan. tiga maling itu gemetaran, mereka tahu bakal di hakimi di tempat begitu melihat banyak massa di bawahnya. Lalu setelah petugas selesai di wawancara, mulailah dia naik ke atas dan membekuk ketiga maling yang ada di atas. Kameramen terus mengikut dan jepretan foto terus menerus berdatangan. Untungnya semua berjalan baik dan tak ada yang memukuli. Melihat kejadian barusan, bos semakin percaya dan memberi janji akan menaruhnya kerja di kantor. Bahkan jadi asistennya. Pekerja lain yang mendengar maupun tidak mendengar juga tak habis pikir.”ini pasti Cuma akal-akalannya.”kata seseorang ” Semua Cuma skenario agar orang percaya, padahal belum tentu ini benar.” Kata seorang lagi, tapi berbisik. “mungkin mereka di bayar dan pura-pura jadi maling” kata pekerja lain yang juga menambah variasi kritikan. Hampir semua berbisik dan tak percaya kejadian barusan. Bos sebenarnya tahu, Cuma tidak mau tahu. Yang jelas janjinya akan segera di laksanakan, petugas itu senang dan mengucap terima kasih sambil berjabat tangan.

             Setelah semua bubar, tiga maling tadi di introgasi di ruang tertutup. Tangan mereka di borgol. Petugas datang. Bukannya marah dan menghukum, dia malah tersenyum karna senang. “terimakasih, berkat kalian saya bisa bekerja menjadi asisten bos. Dan berkat kalian pula saya di pecat. Tapi dengan itu saya di panggil lagi, saya berubah dan mencoba giat bekerja, ya.... itu semua berkat kalian. Selamat, kalian mengubah hidup saya” petugas lalu melepas borgol mereka dan mulai saling bersalaman. Maling yang tadinya takut, kini menjadi lega dan enteng lagi. Mereka jadi sok akrab dan sok dekat. Meskipun baru pertama kali bertemu.

“ini juga perencanaan kita kok pak, kan kita tau kalau bapak lagi susah. Masak kerjanya njuaga terus. Kasihan. Makanya kami bantu bapak agar jadi sekarang ini” tancap Belot seakan tahu semua akan terjadi. Petugas bertambah senang dan menyuruh mereka pergi begitu saja. “pergi sajalah. Kalian saya bebaskan karna ini bukan termasuk tindakan kriminal. Tapi tindakan membantu orang. Tapi saya giring dulu ke perempatan biar nggak ketahuan jika kalian bebas”

Tiga maling itu mengangguk dan digiringlah menuju perempatan. Sampai disana, mereka bersalaman lagi. Mengucap terimakasih sambil senyam-senyum. Rupanya  mereka sama-sama di untungkan.



                28 Februari 2014
                        MHA

0 komentar:

Posting Komentar